Anda di halaman 1dari 42

PANDUAN

KOMUNIKASI EFEKTIF

PEMERINTAH KABUPATEN
DISI
PUSKESMAS DISI
2021

1
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dituntut untuk pemberikan pelayanan yang
berkualitas yang menjamin keselamatan pasien (patient safety).
Komunikasi menjadi dasar untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan proses perawatan yang terbaik, menjelaskan tujuan
pengobatan dan mendiskusikan proses perawatan pasien dengan
professional lain yang terlibat. Komunikasi yang berlangsung
diPuskesmas seringkali terjadi dalam situasi yang tingkat stressnya
tinggi dan harus dilakukan segera, sehingga dalam pelaksanaan
proses komunikasi di Puskesmas diperlukan panduan cara
komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami penerima.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Panduan Komunikasi Efekif Puskesmas Disi disusun guna
memberikan panduan komunikasi yang efektif bagi seluruh
civitas hospitalia dan memberikan panduan bagi pemberi
layanan dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi
pasien, keluarga pasien, pengunjung Puskesmas dan
masyarakat sekitar Puskesmas secara profesional. Selain itu,
panduan komunikasi efektif ini ditujukan untuk memberikan
gambaran dan panduan antar staf klinis dalam berkomunikasi
dalam memberikan pelayanan prima yang berfokus pada pasien
dengan mengutamakan keselamatan pasien(patient safety).
2. Tujuan Khusus
a. Memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan dalam
lingkup pekerjaan antar staf non tenaga kesehatan dan antar
staf klinis (PPA)
Puskesmas Disi
b. Mengurangi angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat
kesalahan dalam berkomunikasi
c. Menjamin pemberian pelayanan yang optimal dengan
berfokus pada keselamatan pasien(patient safety)
2
d. Menyebarluaskan informasi dan edukasi kesehatan untuk
pasien, keluarga pasien, pengunjung, masyarakat serta SDM
(Sumber Daya Manusia) Puskesmas Disi.
C. TEORI KOMUNIKASI
1. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).
Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif :
b. Sumber/pemberipesan/
komunikator(dokter,perawat,admission,Adm.Kasir,dll),
adalah orang yang memberikan pesan.Sumber (yang
menyampaikan informasi) :
adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada
penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab
pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas,
memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah
pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8).
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai
materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi
yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi
pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima
pesan (komunikan).
c. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan
kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan
dengan tujuan komunikasi, media penyampaian,
penerimanya.
d. Media/saluran pesan (Elektronik,Lisan,dan Tulisan) adalah
sarana komunikasi dari komunikator kepada komunikan.
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi
pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik
yang disampaikan penerima.Pesan dapat berupa berita lisan,
3
tertulis, atau keduanya sekaligus.Pada kesempatan tertentu,
media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang
mungkin terjadi berupa perubahan sikap(konsil kedokteran
Indonesia, hal.8). Media yang dapat digunakan: melalui
telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, VCD, (peraga)
e. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien,
perawat, dokter, Admission,Adm.) atau audience adalah
pihak/orang yang menerima pesan. Penerima pesan
berfungsi sebagai penerima berita.Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang
pembicaraan.Tanggung jawab penerima adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim.
f. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi
berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia,
hal.8).Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari komunikan
terhadap respon pesan yang diterimanya.
2. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (umum dan asuhan) dan
edukasi kesehatan yang berupa edukasi pelayanan promosi
kesehatan. Berdasarkan sifat komunikasi, komunikasi di
lingkungan Puskesmas Disi terdiri dari:
a. Informasi umum : penyebarluasan informasi tentang
pelaksanaan kegiatan di Puskesmas Disi (pemberitahuan
agenda kegiatan, rencana startegis organisasi, tata aturan
kerja, kebijakan dan lain – lain)
b. Informasi asuhan meliputi :Waktupelayanan, pelayanan yang
tersedia, SDM pemberi pelayanan, kualitas pelayanan, cara
mendapatkan pelayanan, jaminan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber alternatif mengenai asuhan dan
pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien
melebihi kemampuan Puskesmas (sumber rujukan).
c. Edukasi kesehatan (Pelayanan Promosi meliputi : Edukasi
tentang penyakit, edukasi tentang obat, edukasi tentang diet
dan nutrisi, edukasi tentang manajemen nyeri , edukasi
4
tentang penggunaan alat bantu kesehatan, edukasi tentang
rehabilitasi medic, edukasi tentang pemberian informed
consentdan lain – lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Proses komunikasi efektif
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui
prinsip sebagai berikut:
a. Pemberi pesan secara lisanmemberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan
tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh
penerima pesan
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi
penerima pesan
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan
pesan dengan hasil verifikasi
Proses komunikasi efektif dengan prinsip: terima, catat,
verifikasi dan klarifikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya


nama obat, nama orang, dll. Untuk menverifikasi dan
mengklarifikasi, ,maka komunikan sebaiknya mengeja huruf
demi huruf menggunakan alfabeth standarinternasional yaitu:

CHARACTE MORSE TELEPHONY PHONIC (PRONUNCIATION)


R CODE
A •- Alfa (AL-FAH)
B ••• Bravo (BRAH-VOH)
C •• Charlie (CHAR-LEE) of (SHAR-LEE)

5
D •• Delta (DELL-TAH)
E • Echo (ECK-OH)
F ••• Foxtrot (FOKS-TROT)
G • Golf (GOLF)
H •••• Hotel (HOH-TEL)
I •• India (IN-DEE-AH)
J • Julieet (JEW-LEE-ETT)
K • Kilo (KEY-LOH)
L ••• Lima (LEE-MAH)
M -- Mike (MIKE)
N • November (NO-VEM-BER)
O --- Oscar (OSS-CAH)
P •• Papa (PAH-PAH)
Q • Qaebec (KEH-BECK)
R •• Romeo (ROW-ME-OH)
S ••• Sieera (SEE-AIR-RAH)
T - Tango (TANG-GO)
U •• Uniform (YOU-NEE-FORM) of (OO-
NEE-
FORM)
V ••• Victor (VIK-TAH)
W • Wishkey (WISS-KEY)
X •• Xray (ECKS-RAY)
Y • Yankee (YANG-KEY)
Z •• Zulu (ZOO-LOO)
1 • One (WUN)
2 •• Two (TOO)
3 ••• Three (TREE)
4 •••• Four (FOW-ER)
5 ••••• Five (FIFE)
6 •••• Six (SIX)
7 ••• Seven (SEV-EN)
8 •• Eight (AIT)
9 • Nine (NIN-ER)
0 ----- Zero (ZEE-RO)

6
BAB II RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup komunikasi di Puskesmas Disimeliputi :


A. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit
Adalah komunikasi yang terjalin di lingkungan Puskesmas Disi
yang melibatkan pimpinan dan staf atau antar staf yang berisi
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan di semua
area Puskesmas
B. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien
Adalah komunikasi yang terjalin antara Profesional Pemberi
layanandengan pasien dan keluarga pasien dalam proses asuhan
yang bertujuan untuk mendukung proses penyembuhan.
C. Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan
Adalah komunikasi yang terjalin antara Professional Pemberi
layananbaik komunikasi secara langsung (lisan) maupun
komunikasi tidak langsung (tertulis) melalui pendokumentasian
di rekammedis pasien.
D. Komunikasi dengan masyarakat
Adalah komunikasi yang terjalin antara Puskesmas Disi dengan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
tujuan untuk memberikan informasi dan edukasi tentang
kesehatan maupun informasi umum terkait kegiatan pelayanan
Puskesmas.

7
BAB III
TATALAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF

A. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit


1. Rapat/pertemuan
Rapat adalah pertemuan sebagai media untuk berkomunikasi
antar pegawai atau pimpinan dengan staffnya untuk
berkomunikasi menyatukan pemikiran, perencanaan,
penetapan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
Mengembangkan komunikasi dan koordinasi yang baik, maka
diperlukan pertemuan/rapat di setiap tingkat, antar tingkat
dan antar profesi dalam membahas pengembangan pelayanan,
update ilmu pengetahuan dan lain sebagainya meliputi :

a. Pertemuan / Rapat disetiap Tingkat


No NAMA JADWAL
1. Rapat Minlok
2. Rapat linsek

3. Rapat linprog

4. Pertemuan Tinjauan Mangemen


5. Rapat tim mutu

2. Apel
Apel pagi adalah apel yang dilaksananakan pada pagi hari
sebelum aktivitas kerja dimulai. Dilaksanakan pada hari
Senin jam 07.30 WIB dan diikuti oleh semua karyawan bagian
yang berisi penyampaian informasi mengenai kegiatan,
kebijakan, himbauan, instruksi yang berhubungan dengan
Puskesmas.

3. Radio Internal
Radio internal Puskesmas digunakan untuk memberikan
informasi dalam kondisi darurat (kode bahaya : code blue, code
red, code pink, code black, code green) maupun informasi /
8
pengumuman tertentu (tematik) yang di tujukan untuk
pengunjung Puskesmas, pasien dan penunggu pasien,
maupun karyawan Puskesmas.

4. Phone Internal
Tata cara menggunakan telepon lewat operator :
a. Siapkan nomor telepon yang akan dituju dan siapkan
inti/pokok pembicaraan
b. Angkat gagang telepon dan tekan nomor operator 777
c. Bila terdengar nada sibuk tunggulah sebentar,kemudian
tekan kembali
777
d. Setelah tersambung operator sampaikan dari unit mana /
nama serta maksud dan tujuan dengan memberikan nomor
telepon yang akan dituju.
e. Petugas operator menyambungkan nomor sesuai
permintaan.
f. Setelah tersambung ucapkan salam, identitas dan unit kerja
dan disampaikan ”Mohon tunggu sebentar”
g. Kemudian telepon di flash-kan ke unit peminta.
h. Sampaikan maksud dan tujuan secara tepat dan jelas.
i. Jika yang dihubungi tidak ada di tempat tinggalkan pesan
( untuk siapa dari siapa dan keperluannya).
j. Selesai bicara ucapkan terima kasih dan letakkan gagang
telepon pada tempatnya secara perlahan dan benar

Tata cara menerima telepon dari luar :


a. Angkat gagang telepon dan usahakan jangan berdering lebih
dari tiga kali;
b. Ucapkan :
1) Salam (selamat pagi/selamat siang/ selamat
malam ) 2) Dengan Puskesmas ada yang bisa
dibantu.
3) Setelah menelpon menjelaskan maksud dan tujuannya
maka petugas operator menjawab ”mohon ditunggu”

9
c. Selanjutnya petugas menyambungkan extention yang
dimaksud/dituju.
d. Harus ramah dan sopan dalam setiap menerima telepon
e. Setelah tersambung letakkan kembali gagang telepon seperi
semula.

5. Surat Menyurat
a. Bentuk komunikasi dapat berupa surat edaran
pemberitahuan berhubungan dengan kebijakan dan
informasi baru terkait pelayanan dan juga kegiatan
Puskesmas. Surat edaran berisi kalimat yang tidak berbelit-
belit sehingga isi informasi dapat diterima dan dipahami
oleh penerima pesan dengan baik.
b. Surat menyurat, bentuk informasi surat menyurat
dilakukan antar staf kepada pimpinan Puskesmas ataupun
antar bagian Puskesmas terkait dengan permohonan
ataupun usulan kebutuhan di masing-masing unit.

6. Fax
Mesin faks adalah peralatan komunikasi yang digunakan
untuk mengirimkan dokumen dengan menggunakan suatu
perangkat yang mampu beroperasi melalui jaringan telepon
dengan hasil yang serupa dengan aslinya.
Cara penggunaan mesin fax :
a. Pengirim memasukkan dokumen yang hendak dikirim ke
bagian feeder mesin faks dan selanjutnya menekan nomor
telepon mesin faks yang dituju.
b. Ketika koneksi telah terjadi dengan mesin faks tujuan,
maka mesin faks akan melakukan scanning dengan
membaca area yang sangat kecil pada dokumen tersebut.
c. Mesin faks tersebut akan mengubahnya menjadi suatu
sinyal listrik untuk kemudian menerjemahkan daerah yang
dibaca sebagai daerah gelap atau terang dengan
menandainya “0” untuk gelap dan “1” untuk terang. Sinyal
listrik tersebut lalu ditransmisikan melewati saluran
telepon dan menuju mesin penerima faks. Mesin penerima
10
tersebut kemudian menangkap dan mengartikan sinyal
listrik untuk membuat suatu dokumen yang persis sama
dengan aslinya dan kemudian mencetaknya.
d. Alamat fax Puskesmas Disi adalah :
7. E-mail
E-mail secara harfiah dapat didefenisikan sebagai metode
pengiriman, penerimaan, dan penyimpanan pesan melalui
sistem komunikasi elektronik berupa internet. E-mail di
gunakan sebagai komunikasi antara pimpinan dengan staf,
antar staf maupun dengan instansi lain sesuai dengan
kebutuhan. Alamat e-mail Puskesmas Disi

8. Web site
Website atau situs Puskesmas sebagai kumpulan halaman
yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau
gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari
semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang
membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait
dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan
halaman (hyperlink).
Fungsi WEB
a. Media Promosi : Sebagai media promosi utama maupun
penunjang promosi utama Puskesmas , website dapat berisi
informasi yang lebih lengkap daripada media promosi
offline seperti leaflet, brosur, koran atau majalah.
b. Media Pemasaran : website merupakan media pemasaran
yang cukup baik karena dibandingkan dengan leafet,
brosur, koran, majalah, TV, radio dan dapat beroperasi 24
jam serta dapat diakses darimana saja.
c. Media Informasi : bersifat global dapat diakses dari mana
saja selama dapat terhubung ke internet, sehingga dapat
menjangkau lebih luas daripada media informasi
konvensional seperti koran, majalah, radio atau televisi
yang bersifat lokal.

11
d. Media Komunikasi : dibangun untuk berkomunikasi seperti
forum yang dapat memberikan fasilitas fasilitas bagi para
anggotanya untuk saling berbagi informasi atau membantu
pemecahan masalah tertentu.

Website Puskesmas Disi

9. E-document
Yaitu aplikasi bantuan secara elektronik dalam menyimpan,
mencari, mendistribusikan dokumen. Contoh kegunaannya
adalah petugas pelayanan ingin memastikan SOP (standar
prosedur operasional) suatu layanan atau ingin melihat
kebijakannya, maka petugas tersebut tinggal melihat melalui
sistem tanpa harus bersentuhan dan mencari dokumen
fisiknya.
Dalam mengakses aplikasi e-dokumen menggunakan jaringan
SIM RS dapat dilakukan menggunakan browser yang ada di
komputer masing-masing dengan alamat, WIFI (........) Untuk
mengakses aplikasi edokumen menggunakan jaringan internet
dapat dilakukan menggunakan handphone atau laptop anda
yang terhubung dengan internet kemudian mengakses website
Puskesmas Disi dengan alamat (........) kemudian di bagian
bawah ada link atau tautan untuk menuju aplikasi e-dokumen.

10. E-Office
Aplikasi surat menyurat dan pengelolaan nota dinas secara
elektronik. Termasuk juga di dalamnya adalah surat biasa,
surat undangan dan surat edaran. Semuanya dalam e-office
tersebut sudah tercakup baik itu proses pembuatan,
pengiriman dan pengarsipan.

11. Whats App (WA) Gateway


Dalam melakukan komunikasi internal antar pimpinan dan
staf Puskesmas salah satunya adalah menggunakan Whats App
Gateway. Pesan yang disampaikan berupa undangan rapat,
pengumuman pemakaian seragam tertentu, atau informasi
12
lainnya yang memungkinkan diiformasikan melalui Whats App
Gateway. Pengelola komunikasi (admin) melaluiWhats App
Gateway dilakukan staf subbagian Tata Usaha dan Rumah
Tangga Rumah
Sakit.
12. Informasi Akurat Dan Tepat Waktu
Selain jalur komunikasi diatas, terdapat informasi yang harus
disampaikan secara akurat dan tepat waktu yaitu :
Komunikasi efektif yang mengharuskan pemberian informasi
yang akurat dan tepat waktu ke seluruh Puskesmas termasuk
dalam kondisi “urgent. Pemberian informasi yang akurat dan
tepat waktu adalah proses penyampaian informasi ke seluruh
area Puskesmas Disi meliputi informasi yang akurat dan tepat
waktu terkait kondisi kegawatdaruratan medis ataupun non
medis yang memerlukan penanganan segera secara cepat dan
tepat. Adapun tujuan dari informasi akurat dan tepat waktu ini
adalah untuk : a. Tujuan Umum
Menjamin keselamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung
dan SDM Puskesmas Disi dalam kondisi
gkegawatdaruratan medis maupun non medis yang terjadi
di semua area
Puskesmas Disi

b. Tujuan Khusus
1) Menjamin keselamatan pasien, keluarga pasien,
pengunjung dan SDM Puskesmas Disi pada saat terjadi
kegawatdaruratan medis (henti jantung dan atau henti
nafas)
2) Menjamin keselamatan pasien, keluarga pasien,
pengunjung dan SDM Puskesmas Disi pada saat terjadi
kebakaran
3) Menjamin keselamatan pasien (ibu dan bayi) dan
keluarga pasien Puskesmas Disi dari resiko penculikan
bayi di area Puskesmas

13
4) Menjamin keselamatan pasien dan keluarga pasien
Puskesmas Disi dari resiko kejadian bencana
masal/infeksi atau radiasi di area Puskesmas
5) Menjamin keselamatan pasien dan keluarga pasien
Puskesmas Disi dari resiko kejadian ancaman bom dan
atau gangguan keamanan di area Puskesmas
6) Menjamin keselamatan pasien dan keluarga pasien
Puskesmas Disi dari resiko kejadian kerusakan
sarana dan prasarana Puskesmas

c. Implementasi Kode – Kode Penting Puskesmas Disi


1) CODE BLUE
(a) Pengertian
Adalah suatu sistem peringatan dini kepada tim code
blue (tim resusitasi) akan adanya kkondisi
kegawatdaruratan medis berupa henti jantung dan
atau henti nafas di area Puskesmas Disi yang
membutuhkan resusitasi jantung paru segera.

(b) Tujuan
Menciptakan sistem koordinasi terintegrasi dalam
penanganan kegawatdaruratan dengan cepat dan
tepat serta menjamin pemberian Bantuan Hidup
Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL) secara
tepat dan tepat.

(c) Tatacara aktivasi


(1) Tim primer segera mengenali atau mengidentifikasi
korban henti jantung dan atau henti nafas sedini
mungkin
(2) Tim primer segera melakukan pertolongan dengan
melakukan tahapan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
dengan cara : § Pastikan keamanan korban,
lingkungan dan penolong

14
§ Cek respon korban dengan melihat ada tidaknya
pergerakan dada (Look), adakah suara nafas
korban
(listen), dan apakah teraba nadi carotis (feel)
(3) Jika teridentifikasi henti jantung dan atau henti
nafas segera mengaktifkan sistem code blue
dengan mengaktifkan sistem call center (meminta
bantuan/Tolong) di nomor ektensi 501.
Contoh : “mohon perhatian kepada Tim Code Blue
Sekunder: Panggilan code blue parkir timur,
panggilan code blue parkir timur, panggilan code
blue parkir timur”
Pemberian informasi tersebut diulangi sampai 3 kali
tanpa ada jeda waktu.
(4) Sambil menunggu tim sekunder datang, tim primer
segera melakukan compresi jantuing luar dan
membebaskan jalan nafas korban.
(5) Lakukan kompresi jantung luar dan nafas buatan
dengan ratio
30:2 (30 kali kompresi jantung luar : 2 kali nafas
buatan)
(6) Perhatikan kecepatan kompresi minimal 100
kali/menit
(7) Lakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) sampai
denagn 5 siklus dan segera lakukan evaluasi
apakah sudah ada nadi/nafas
(8) Jika sudah ada nadi dan nafas korban, posisikan
korban dalam posisi recovery
(9) Jika masih belum ada nadi/nafas lakukan BHD
kembali atau sampai dengan tim sekunder
datangRespon time tim
sekunder tidak boleh lebih dari 5 menit

2) CODE RED a) Pengertian


Suatu upaya untuk menanggulangi kebakaran yang
terjadi di Puskesmas
15
b) Tujuan
(1) Mencegah terjadinya bencana kebakaran
berdampak lebih luas
(2) Mencegah jatuhnya korban jiwa akibat kebakaran
(3) Mengamankan terbakarnya aset dan dokumen
penting Puskesmas

c) Tatacara aktivasi
(1) Petugas/karyawan ditempat terjadinya kebakaran
segera menekan/mengaktifkan alarm kebakaran
(alarm manual) sambil teriak minta bantuan “Code
Red” kepada rekan seruangan untuk telepon 501
dan langsung mengambil APAR & Helm warna
Merah untuk melakukan pemadaman. Khusus
area Grha Azalea petugas/karyawan tidak perlu
menekan alarm karena bangunan sudah dilengkapi
dengan sistem detektor yang akan mengaktifkan
alarm secara otomatis.
(2) Secara simultan petugas/karyawan lainnya akan
menghubungi petugas PIN Satpam untuk
memberikan informasi lebih detail.
(3) Petugas PIN ( Satpam ) mengumumkan melalui
sistem suara sentral Puskesmas dengan menyebut
Code Red-Lokasi kejadian dan mengulang
sebanyak 3 (tiga) kali
(4) Tim Kode Merah/Code Red (Satpam, Tim MFK)
segera menuju lokasi sambil membawa APAR
untuk membantu pemadaman dan mengamankan
barang barang dapat yang teraliri listrik.

Apabila api semakin membesar dan tidak terkendali


(1) Petugas Tim MFK segera mematikan aliran listrik
di bagian gedung yang terbakar.
(2) Petugas lainnya ditempat kejadian mengambil helm
warna biru, putih dan kuning untuk persiapan
16
sebagai koordinator evakuasi apabila dinyatakan
untuk evakuasi oleh koordinator pemadam api.
(3) Tim Kode Merah / Code Red segera persiapan
untuk penggunaan Hydrant.
(4) Jika hal ini terjadi pada jam kerja maka Petugas
PIN satpam akan menghubungi perawat PIN dan
dokter IGD, selanjutnya dokter IGD berkoordinasi
dengan Direktur dan Koordinator JHERT untuk
menyatakan siaga bencana.
(5) Jika hal ini terjadi diluar jam kerja, maka Petugas
PIN
( Satpam) menghubungi perawat kontrol selain
dokter IGD, selanjutnya dokter IGD berkoordinasi
dengan Direktur dan Koordinator JHERT untuk
menyatakan siaga bencana.
(6) Petugas PIN ( satpam ) menghubungi Pemadam
Kebakaran dan BPBD Kabupaten Disi.

3) CODE PINK
a) Pengertian
Adalah kode untuk penanganan penculikan bayi/anak
b) Tujuan
Memberikan perlindungan keamanan bagi pasien dan
keluarga
c) Tatacara aktivasi
(1) Jika pegawai Puskesmas mengetahui atau
mencurigai adanya pasien bayi/anak yang hilang,
segera teriakkan kode pink
(2) Pegawai lain yang mendengar adanya code pink
segera menghubungi nomor telepon “501” dan
melaporkan kode pink di tempat kejadian
(3) Operator 501 akan mengumumkan code pink dan
mengaktifkan satuan petugas keamanan
(4) Satuan petugas keamanan yang bertugas di
ruangan/gedung tempat kejadian segera menutup
akses keluar masuk ruangan/gedung, memeriksa
17
semua pengunjung (termasuk staf RS) yang akan
keluar gedung terutama pengunjung yang
membawa tas besar atau menggunakan
jaket/mantel
(5) Petugas ruangan akan mengecek semua are adi
ruangan tersebut dan mengidentifikasi identitas
pasien bayi/anak yang hilang
(6) Satuan petugas pengamanan menghubungi Wakil
Direktur Umum dan Keuangan untuk meminta
persetujuan
menghubungi Kepolisisan
(7) Satuan petugas pengamanan menghubungi
kepolisian
(8) Satuan petugas keamanan segera menuju ke lokasi
dan mengidentifikasi kejadian
(9) Keluarga di berikan ruangan yang tenang dan
senatiasa ditemani pegawai RS

4) CODE YELLOW
a) Pengertian
Suatu sistem dan upaya koordinasi dalam melakukan
pengendalian ancaman bahaya yang meliputi bencana
massal, tumpahan/paparan B3, wabah, dan
keracunan
b) Tujuan
Menciptakan sistem koordinasi terintegrasi dalam
melakukan setiap ancaman bahaya yang meliputi
bencana massal, tumpahan/paparan B3, wabah, dan
keracunan dengan baik dan tepat
c) Tata Cara Aktivasi :
Aktivasi Bencana Massal (K1)
(1) Petugas / saksi yang melihat insiden/kejadian
lapor dan
telepon ke satpam (501) bahwa telah terjadi
bencana massal.

18
(2) Yang termasuk dimaksud bencana massal adalah
terjadi bencana/ kecelakaan / insiden yang
mengakibatkan timbulnya korban dalam jumlah
banyak didalam lingkungan Puskesmas
(3) Satpam mengumumkan melalui pengeras suara
dengan Kalimat Code Yellow/Kuning : K1;
Lokasi ............. yang diulang sebanyak 2 kali.
(4) Perawat IGD yang berjaga segera menuju lokasi
dengan membawa peralatan untuk penanganan
cedera
(5) Apabila jumlah korban melebihi kemampuan
penanganan perawat IGD, segera lapor kembali ke
satpam 501 dan menginformasikan untuk
pengaktifan level ”SIAGA”.
(6) Satpam mengumumkan kembali melalui pengeras
suara dengan Kalimat Code Yellow/Kuning : K1;
Lokasi ............. ;
’SIAGA ..... yang diulang sebanyak 2 kali.
Tingkatan level SIAGA :
(1) SIAGA I
 Jumlah korban sampai dengan 25 orang;
 Perawat jaga diruang lain yang berada didekat
lokasi kejadian segera datang membantu
dengan catatan tetap ada perawat jaga diruang;
(2) SIAGA II
 Jumlah korban antara 25 s/d 50 orang;
 Perawat yang berada diruang lain segera datang
memberikan bantuan ke lokasi kejadian;

Aktivasi Penanggulangan Tumpahan dan Paparan B3


(K2)
(1) Petugas / saksi yang melihat insiden/kejadian
lapor dan telepon ke satpam (501) bahwa telah
terjadi tumpahan dan atau paparan B3.

19
(2) Satpam mengumumkan melalui pengeras suara
dengan Kalimat Code Yellow/Kuning : K2 ;
Lokasi ............. yang diulang sebanyak 2 kali.
(3) Unit Pelaksana K3 dengan perawat IGD segera ke
lokasi.
(4) Apabila ditemukan korban yang terpapar B3,
segera evakuasi dan lakukan prosedur
dekontaminasi pada ruang dekontaminasi IGD
atau ruang dekontaminasi terdekat (bila ada).
(5) Area lokasi Tumpahan B3 dilakukan pembersihan
menggunakan spill kit yang tersedia oleh petugas
yang sudah terlatih.
(6) Catat insiden/kejadian dalam formulir yang
tersedia

5) CODE BLACK
a) Pengertian
Suatu sistem dan upaya penanggulangan untuk
menanggulangi timbulnya ancaman bom dan
gangguan keamanan di lingkungan Puskesmas

b) Tujuan
Menciptakan sistem koordinasi yang terintegrasi
dalam pengendalian dan penanganan setiap
kemungkinan adanya bahaya ancaman bom dan
gangguan keamanan yang dapat timbul di Puskesmas
dengan baik.

c) Tata Cara Aktivasi :


Saat Menerima Telepon Berisi Ancaman Bom
(1) Saat menerima telepon
• Ulur waktu percakapan dengan penelepon
selama mungkin;
• Kenali suara-suara pada latar belakang si
penelepon misalnya suara musik, jenis

20
kendaraan yang lewat, suara anak-anak, suara
hewan dan sebagainya;
• Tandai karakteristik suara penelepon;
• Tanyakan dimana bom tersebut akan meledak
dan kapan;  Tandai apakah penelepon
memahami dengan jelas likaliku PUSKESMAS
Kabupaten Disi dengan menanyakan
deskripsinya tentang RS.
(2) Memberitahukan pihak yang berwenang:
• Polisi
• Damkar
(3) Nyalakan alarm bila diperlukan

6) CODE GREEN
a) Pengertian : suatu sistem dan upaya koordinasi dalam
melakukan penanganan kejadian kerusakan sarana
prasarana Puskesmas

b) Tujuan : menciptakan sistem koordinasi terintegrasi


dalam melakukan setiap ancaman dari kejadian
kerusakan sarana prasarana dengan baik dan cepat.

Kriteria kerusakan sarana prasarana sebagai berikut :


(1) Mengancam nyawa seseorang
(2) Harus segera tindaklanjuti pada saat itu juga
(3) Dapat berdampak ke hal yang lain

c) Protokol Penanganan Kerusakan Sarana Prasarana


dan Fasilitas
(1) Karyawan atau saksi yang melihat
insiden/kejadian lapor dan telepon ke satpam 501
bahwa telah terjadi kerusakan sarana prasarana
dan fasilitas
(2) Satpam mengumumkan melalui pengeras suara
dengan Kalimat Code Green : Lokasi (sebutkan)
yang diulang sebanyak 2 kali.
21
(3) Petugas dari Tim MFK segera menuju ke lokasi
insiden/kejadian dan melakukan tindakan
penyelamatan/perbaikan segera

B. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien


Komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan, dalam hal ini
PPA dengan pasien dan keluarganya memiliki tujuan untuk
kesembuhan pasien dengan berfokus pada keselamatan pasien.
Komunikasi kepada pasien dan keluarga harus menggunakan
format yang mudah dipahami dan bahasa yang dimengerti oleh
pasien dan keluarga. Apabila pasien menggunakan bahasa lain,
maka dibutuhkan anggota keluarga atau penerjemah untuk
membantu dalam pemberian informasi dan edukasi. Apabila
tidakada keluarga yang dapat membantu menerjemahkan, maka
petugaspetugas yang ditunjuk Puskesmas sebagai penerjemah
akan membantu menjelaskan informasikepada pasien.
1. Antar pemberi layanan dengan pelanggan
Komunikasi secara verbal oleh civitas hospitalia secara umum
dilakukan baik untuk kelancaran pekerjaan ataupun dalam
memberikan layanan kepada pengunjung dan pengguna
layanan Puskesmas petugas customer service, pendaftarn
rawat jalan dan rawat inap, pendaftaran di IGD, petugas
security, petugas kebersihan dan lain – lain meliputi : a. Jam
pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang
diberikan ketika kebutuhan pasien melebihi kemampuan
Puskesmas.
e. General consent
General consent di beriakn pada pasien rawat jalan, rawat
darurat dan rawat inap. pemberi general consent di rawat
jalan adalah petugas pendaftaran pasien arwat jalan dan
rawat darurat.
(1) Hak dan kewajiban pasien, tata tertib, dan tariff
(2) ruang lingkup dari general consent
22
(3) informasi tentang tes dan pengobatan yang memerlukan
persetujuan khusus (informed consent)
(4) persetujuan pelepasan informasi pasien untuk
asuransi /perusahaan
(5) peraturan barang berharga milik pasien

Petugas memastikan pemahaman pasien dan keluarga


dengan cara : meminta pasien untuk mengulang informasi
yang telah diberikan dengan menggunakan bahasa pasien
sendiri atau memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya. selanjutnya pasien dan petugas menanda tangani
dan menuliskan nama serta waktu.

Contoh sikap petugas customer service, registrasi dan


admission ketika menerima pasien:
(1) Berdiri ketika pasien datang.
(2) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
(“Selamat pagi/siang/sore/malam, saya (nama)”).
(3) Mempersilahkan pasien duduk,
(4) Menanyakan nama pasien (“Maaf dengan Bpk/Ibu?”).
(5) Tawarkan bantuan kepada pasien (“Ada yang bisa
dibantu Bpk/Ibu(nama)?”)
(6) Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa
punya cukup waktu, menganggap penting informasi
yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
(7) Menilai suasana hati lawan bicara.
(8) Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimic,
gerak/bahasa tubuh dari pasien).
(9) Menatap mata pasien secara professional yang lebih
terkait dengan makna menunjukkan perhatian dan
kesungguhan mendengarkan.
(10) Memberikan informasi yang diperlukan oleh pasien.
(11) Memberikan informasi jadwal praktek/paket dan
langsung tanyakan apakah mau dibantu untuk
dibuatkan perjanjian.

23
(12) Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa
melakukan interupsi yang tidak perlu.
(13) Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada
keluhan yang disampaikan.
(14) Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebagainya
maka dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap
yang tenang.
(15) Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (“ Ada
lagi yang bisa kami bantu Bpk/Ibu?”).
(16) Mengucapkan salam penutup (“Terima kasih atas
waktunya Bpk/Ibu. Apabila ada lagi yang bisa saya
bantu, kami siap melayani dengan penuh cinta kasih.”
(17) Berdiri ketika pasien hendak pulang.

Selain komunikasi secara langsung, komunikasi antara


pemberi pelayanan (Customer servise &petugas
pendaftaran) dilakukan melalui handphone. Beberapa
layanan yang diberikan kepada pelanggan melalui HP
adalah pendaftaran via Whats app dan Whats app informasi
pelanggan.

2. Komunikasi Efektif Perawat/Bidan Dan Pasien


Pelayanan Puskesmas tidak dapat dipisahkan dari peran
komunikasi. Petugas dan tenaga medis tidak dapat
melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses pelayanan
kesehatan dengan baik tanpa kemampuan berkomunikasi
yang baik dengan pasien, teman, atasan dan pihak-pihak
lain. Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di Puskesmas dalam hubungan
perawat dan pasien adalah pertukaran informasi secara
verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Dalam
setiap tahapan pelaksanaan proses keperawatan, perawat
selalu menggunakan komunikasi verbal. Pasien baru yang
masuk dalam perawatan rawat inap perlu di berikan
informasi tentang ; a. Informasi Pasien baru

24
1) Pasien di rawat jalan dan rawat darurat diberikan
menggunakan media informasi tertulis berupa leaflet,
banner, sarana elektronik serta pemberian informasi
oleh petugas di Puskesmas 9customer service, perawat,
bidan) perlu di berikan informasi tentang :
(1) Jenis pelayanan
(2) Jam buka pelayanan
(3) fasilitas ruangan
(4) dokter yang bertugas di Puskesmas
(5) hak dan kewajiban pasien
(6) tata tertib
(7) tata cara pengurusan administrasi
(8) terif pelayanan
(9) tatacara penyampaian aduan dan keluhan
(10) perlindungan barang milik pasien
(11) tatacara cuci tangan
(12) tatacara pembuangan sampah
(13) etika batuk efektif

2) Sedangkan pemberian informasi di rawat inap dan


kamar bersalin dilakukan secara lisan dan dengan
media tertentu (leaflet) dan dibuktikan dengan tanda
tangan pemberi dan penerima informasi yang dilakukan
oleh perawat/bidan pada formulir edukasi pasien.
informasi yang diberikan meliputi :
(1) Jenis pelayanan di ruangan
(2) Konfirmasi dan orientasi fasilitas ruangan sesuai
dengan kelas yang digunakan pasien
(3) Petugas ang merawat, coordinator ruangan dan
perawat primer
(4) hak dan kewajiban pasien
(5) tata tertib
(6) komfirmasi kelas perawatan dan tarif pelayanan
(7) konfirmasi jaminan dan tata cara pengurusan
administrasi
(8) tatacara penyampaian aduan dan keluhan
25
(9) perlindungan barang milik pasien
(10)pelayanan kerohanian
(11)tatacara cuci tangan
(12)tatacara pembuangan sampah
(13)etika batuk efektif

Informasi diberikan dengan bahasa yang dapat di


mengerti dan di pahami pasien dan keluarga. Apabila
dibutuhkan, Puskesmas dapat menghubungi penerjemah
yang diperlukan. Informasi juga diberikan menggunakan
media seperti papan informasi, banner, leaflet dan media
elektronik.

b. Komunikasi dalam asuhan pasien


Komunikasi yang dilakukan oleh Profesional Pemberi
layanandilakukan untuk tujuan pemberian asuhan
kepada pasien, meliputi komunikasi saat melakukan
assessment, tindakan keperawatan/kebidanan atau pada
saat memberikan informasi edukasi. Komunikasi dalam
assesmen pasien(asssmen awal, ulang dan tambahan)
meliputi assessment medis, keperawatan dan gizi
berisi tentang: Status fisik, psiko sosio spiritual, ekonomi,
riwayat kesehatan pasin, assesmen nyeri, resiko jatuh,
assessment fungsional, risiko nutrisi, kebutuhan edukasi,
perencanaan pemulangan pasien (discharge planning).
Tahapan komunikasi dalam asuhan pasien, meliputi : 1)
Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di
Puskesmas yang dilakukan oleh petugas
registrasi/admisi dan perawat untuk mengumpulkan
data pasien. Data tersebut diperlukan sebagai dasar
pelaksanaan proses keperawatan pada tahap
selanjutnya.
Data pasien diperoleh dari:
(1) Wawancara, terdiri dari :
 Wawancara admisi
26
Wawancara ini dilakukan pada saat pertama
kali pasien masuk Puskesmas dengan tujuan
untuk mendapatkan data umum atau identitas
pasien.
 Wawancara riwayat hidup
Wawancara ini dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan informasi mengenai keluhan
pasien, riwayat kesehatan, perjalanan penyakit
dengan tujuan untuk mengetahui alasan
masalahnya. Wawancara ini memberikan
peluang kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan, mengenal dan mengetahu masa
lalunya. Wawancara terapeutik banyak
digunakan oleh professional kesehatan seperti
perawat, dokter, psikolog dan psikiater,
biasanya diterapkan pada pasien yang
mengalami gangguan psikologis.
(2) Pemeriksaan fisik
(3) Pemeriksaan diagnostik (laboratorium, radiologi,
dsb)
(4) Informasi/catatan dari tenaga medis lain dan dari
keluarga pasien. Kemampuan berkomunikasi
sangat berpengaruh pada kelengkapan data
pasien. Oleh karena itu, peningkatan komunikasi
seorang perawat perlu mendapatkan perhatian.
Dalam berkomunikasi perawat perlu
memperhatikan budaya yang berpengaruh pada
waktu dan tempat terjadinya komunikasi,
penggunaan bahasa, usia dan perkembangan
pasien.

2) Tahap Perumusan Diagnosa


Diagnosa dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh
dari tahap pengkajian. Perumusan diagnosa
keperawatan merupakan hasil penilaian perawat
dengan melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga
27
kesehatan lain yang berkenaan dengan masalah yang
dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat
memerlukan sikap komunikatif perawat dan sikap
kooperatif pasien.

3) Tahap Perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada
pasien diperlukan interaksi dan komunikasi dengan
pasien. Hal ini untuk menentukan alternatif rencana
keperawatan yang akan diterapkan. Misalnya, sebelum
memberikan makanan kepada pasien, perawat harus
terlebih dahulu mengetahui makanan yang sesuai bagi
pasien. Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat
merupakan media komunikasi antar tenaga kesehatan
yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat
dilaksanakan secara teratur dan efektif. 4) Tahap
Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari
perencanaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Aktifitas ini memerlukan ketrampilan dalam
berkomunikasi dengan pasien. Terdapat dua katergori
umum aktivitas perawat dalam berkomunikasi, yaitu
saat mendekati pasien untuk memenuhi kebutuhan
dan saat pasien mengalami masalah psikologis.

Lebih lanjut tentang informasi yang harus di kaji dalam


asessmen awal, ulang dan lanjutan dapat di lihat di
Panduan Assesmen Pasien.

3. Komunikasi Efektif Dokter Dan Pasien


Dalam hubungan tenaga medis dan pasien, baik dokter
maupun pasien dapat berperan sebagai sumber atau pengirim
pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien sebagai
pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau
menjawab pertanyaan tenaga medis sesuai pengetahuannya.
Sementara tenaga medis sebagai pengirim pesan, berperan
28
pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana
pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin
terjadi serta dampak dari dilakukan dan tidak dilakukannya
terapi tertentu. Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua
tahap yang penting :
1. Tahap pengumpulan informasi
Dimulai dengan tahap penggalian informasi yang terdiri
dari :
1) Mampu mengenali alasan kedatangan pasien.
Penggalian informasi akan berhasil apabila dokter
mampu menjadi pendengar yang aktif sehingga pasien
dapat mengungkapkan kepentingan, harapan,
kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan
membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya
yang merupakan datadata penting untuk menegakkan
diagnosis.
2) Penggalian riwayat penyakit. Penggalian riwayat
penyakit (anamnesis) dapat dilakukan melalui
pertanyaan- pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian
diikuti dengan pertanyaan tertutup yang membutuhkan
jawaban “ya” atau “tidak”. Dokter merupakan seorang
ahli yang akan menggali riwayat kesehatan pasien
sesuai kepentingan medis.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan :
(1) Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat
diceritakan lebih jauh?
(2) Menurut Anda, pusing tersebut reda bila Anda
melakukan sesuatu, meminum obat tertentu atau
bagaimana menurut Anda?

Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti


dari anamnesis meliputi:
(1) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
(2) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
(3) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang,
contoh menggunakan pedoman Macleod’s clinical
29
examination seperti disebutkan dalam Kurtz
(1998)Macleod’s clinical examination :
(4) Dimana dirasakan?
(5) Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut
dirasakan?
(6) Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-
denyut? Hilang timbul? Nyeri terus menerus?
(7) Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan
kegiatan mengajar?
(8) Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-
jam?
Berhari-hari?
(9) Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan?
Berulangulang? Tidak tentu?
(10) Apa yang membuatnya reda? Apa yang
membuatnya timbul kembali? Saat istirahat? Ketika
kerja? Sewaktu minum obat tertentu?
(11) Adakah keluhan lain yang menyertainya ?

b. Tahap penyampaian informasi


Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan
akurat, maka dokter masuk ke tahap penyampaian
informasi. Tanpa informasi yang akurat di tahap
pengumpulan informasi, dokter dapat terjebak kedalam
kecurigaan yang tidak beralasan. Secara ringkas ada 6
(enam) hal penting yang harus diperhatikan agar efektif
dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu :
1) Informed Consent
Informed consent tindakan kedokteran dan kedokteran
gigi adalah proses komunikasi berupa pemberian
informasi yang adekuat oleh dokter atau dokter gigi dan
pengambilan keputusan
(persetujuan/penolakan) oleh pasien ataukeluarga
terdekatnya mengenai rencana pelayanan kedokteran
atau kedokteran gigi. pengambilan kepetusan dapat
berupa persetujuan atau penolakan.
30
Informasi diberikan oleh DPJP mencakup :
(1) diagnosis penyakit
(2) dasar diagnosis
(3) tindakan kedokteran yang di usulkan
(4) tatacara tindakan
(5) tujuan tindakan
(6) risiko dan komplikasi tindakan
(7) kemungkinan komplikasi
(8) prognosis
(9) alternative dan risiko alternative
(10) risiko dan komplikasi
(11) perluasan tindakan
(12) rencana tindakan/pengobatan
(13) bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat
sampinya akan dimonitor dan dinilai kembali
(14) nama dokter yang bertanggung jawab
(15) di jelaskan peranan dokter yang sedak mengikuti
pelatihan dalam rangkaian tindakan yang akan
dilakukan
(16) mengingatkan kembali bahwa pasien dapat
mengubah pendapatnya setiap waktu
(17) perkiraan biaya bila diperlukan

Selengkapnya bisa di lihat di panduan informed consent

2) Materi informasi apa yang disampaikan


(1) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik
(kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat
pemeriksaan).
(2) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan
diagnosis.
(3) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan
untuk menentukan diagnosis (manfaat, resiko, efek
samping/komplikasi).
(4) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang
telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
31
(5) Diagnosis, jenis atau tipe.
(6) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi
(kekurangan dan kelebihan masing-masing cara).
(7) Prognosis
(8) Dukungan (support) yang tersedia.
4. Pemberian Informasi/Edukasi Kesehatan Pasien/Keluarga
Pemberian informasi dan edukasi kesehatan dilakuan
diseluruh tempat pelayanan yang memungkinkan interaksi
antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga.
Proses komunikasi saat memberikan edukasi :
a. Tahap pengumpulan informasi pasien (assesment pasien)
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga berdasarkan :
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa
yang digunakan
3) Hambatan emosional dan motivasi
4) Keterbatasan fisik dan kognitif
5) Kesediaan pasien menerima informasi
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahap assesment pasien, kemungkinan
ditemukan :
1) Pasien dalam kondisi fisik dan emosional baik, maka
proses komunikasinya mudah disampaikan
2) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan
hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka
komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet
kepada pasien/keluarga sekandung (istri, anak,
ayah,inu, atau saudara kandung) dan menjelaskan
kepada mereka.
3) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan
hambatan emosional pasien (pasien marah atau
depresi) maka komunikasi yang efektif adalah memberi
leaflet dan menyarankan untuk membaca leaflet
tersebut. Apabila pasien tidak mengerti materi

32
edukasi, pasien dapat menghubungi edukator yang
berkaitan dengan informasi/edukasi yang diperlukan.
4) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan kendala
bahasa, maka segera menghubungi kepala perawat
yang akan menghubungi penerjemah.

c. Tahap verifikasi (memastikan pasien/keluarga


mengerti/memahami materi edukasi yang diberikan) :
1) Apabila pasien dalam kondisi pasien baik dan dapat
menerima informasi dan edukasi, maka verifikasi yang
dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan.
Pertanyaannya adalah : “ Dari materi yang telah
disampaikan, kirakira apa yang Bapak atau Ibu bisa
pelajari?”
2) Apabila pasien mengalami keterbatasan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan pihak keluarga dengan
pertanyaan yang sama “Dari materi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang Bapak atau Ibu bisa
pelajari?”
3) Apabila pasien mempunyai hambatan emosional
(marah dan depresi) maka verifikasinya adalah dengan
menanyakan kembali sejauh mana psien mengerti
tentang materi edukasi yang diberikan dan dipahami.
Proses pertanyaan ini bisa datang langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang.
4) Apabila pasien/keluarga telah memahami
informasi/edukasi yang disampaikan,maka tahap
pemebrian informasi/edukasi dapat dilakukan kembali
untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya.
Apabila pasien/keluarga menyatakan belum paham
maka dilakukan re-edukasi kembali sampai
pasien/keluarga memahami edukasi yang diberikan.
Pemberian edukasi dilakukan oleh semua PPA yang
mempunyai telah memiliki kewenangan klinis. Edukasi yang
diberikan perawat sesuai kewenangan klinisnya adalah :
33
Perawat PK I :
1) Pemasangan gelang pasien
2) Informasi pasien baru
3) Penggunaan alat bantu kesehatan
4) Manajemen nyeri (ringan)
5) Perawatan luka derajat I
6) Resiko Jatuh
7) Keamanan tempat bermain

Perawat PK II :
(1) Persiapan pasien pulang, penanganan pasien pulang
(2) Perawatan luka derajat II
(3) Penggunaan alat bantu kesehatan
(4) Posisi menyusui
(5) Keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses perawatan

Perawat PK III:
(1) Alat-alat yang digunakan diruangan khusus
(2) Luka derajat III
(3) IMD
(4) KMC

Perawat PK IV:
(1) Edukasi kolaborasi
(2) Luka derajat IV
C. Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Pemberi Asuhan
Dalam memberikan pelayanan di PUSKESMAS Kabupaten Disi
antar tenaga kesehatan pemberi asuhan(Professional Pemberi
Asuhan/PPA) melakukan komunikasi efektif untuk
menyampaikan informasi, berupa :
1. Informasi Asuhan Pasien
Komunikasi efektif antar staf klinis pada saat bekerja shift
dan antar shift dalam rangka penyampaian informasi asuhan
pasien dan hasil asuhan berupa :

34
a. Status kesehatan pasien (CPPT/Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi)
Profesional Pemberi Asuhan/PPA (Dokter, apoteker,
perawat, rehabilitasi medic, psikolog klinis dan ahli gizi)
mendokumentasikan asuhan pasien dalam form CPPT.
1) SOAP
di lakukan oleh dokter, perawat, apoteker, rehabilitasi
medic dan psikolog klinik. Subyek (S) berisis keluhan
pasien, Obyektif (O) berisis data obyektif yang di
temukan pada pasien, Analisis atau Diagnosa (A) untuk
perawat didisi masalah pasien teratasi, belum teratasi,
teratasi sebagian atau tidak teratasi dan
Perencanaan/Planning (P) berisi rencana medis pasien
dan program selanjutnya.
2) ADIME
Ahli gizi mendokumentasikan hasil asuhannya dalam
Asesmen (A) berisi mengenai pengkajian gizi, Diagnosa
gizi (D) berisi diagnose gizi, domain asuhan, klinis
perilaku dan lingkungan, Intervensi (I) berisi
perencanaan intervensi dan implementasi, Monitoring
(M) berisi kegiatan monitoring perkembangan gizi dan
Evaluasi hasil
(E).

b. Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap


Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap atau
Profil Ringkas Medis Rawat jalan dibuat oleh DPJP khusus
bagi pasiemn rawat jalan denga diagnose kompleks (lebih
dari atau sama dengan 3 diagnosa) sebelum pasien
pulang, setelah pemeriksaan dinyatakan selesai oleh DPJP,
berisi :
1) identitas pasien
2) riwayat alergi obat
3) tanggal kunjungan
4) diagnosis
5) pengobatan saat ini
35
6) riwayat tindakan/operasi
7) riwayat rawat inap
8) tanda tangan dan nama terang

Tatacara komunikasi menggunakan teknik SBAR :


1) Laporkan kondisi pasien secara langsung via lisan
/verbal maupun melalui telepon.
2) Ucapkan salam dan perkenalkan diri
3) Sampaikan tujuan melaporkan kondisi pasien
4) Sebutkan identitas pasien yang dilaporkan kondisinya.
5) Laporkan kondisi pasien menggunakan metode SBAR
(Situation –
Background – Assessment – Recommendation
(1) S (Situation) : Situation merupakan kondisi terkini yang
sedang terjadi pada pasien.
- Sebutkan nama dan unit anda
- Sebutkan identitas pasien (nama lengkap, tanggal
lahir dan atau nomor rekam medis), diagnosa medis
dan tanggal masuk.
- Jelaskan secara singkat masalah kesehatan pasien
atau keluhan utama termasuk skor nyeri.
(2) B (Background) : Background merupakan informasi
penting tentang apa yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini.
- Sebutkan riwayat alergi dan obat-obatan termasuk
cairan infus yang digunakan.
- Jelaskan hasil pemeriksaan yang mendukung dan
pemeriksaan laboratorium
- Jelaskan informasi klinis yang mendukung
(3) A (Assesment) : Assesment merupakan hasil pengkajian
dari kondisi pasien terkini.
- Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien
terkini, seperti vital sign, status mental, status
emosional, kondisi kulit, saturasi oksigen, dll.

36
- Nyatakan kemungkinan masalah seperti : gangguan
pernafasan, gangguan neurologi, gangguan perfusi,
dll.
(4) R (Recommendation) : Recommendaton merupakan apa
saja hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien pada saat ini.
- Nyatakan usulan tindakan yang akan dilakukan
seperti: memindahkan pasien, mengganti pengobatan
,mengunjungi pasien, meminta konsultasi dokter dan
melihat pasien.
6) Tuliskan hasil konsultasi ke dalam form catatan
perkembangan terintegrasi (write down), kemudian
lakukan konfirmasi dengan membaca kembali/mengulang
intruksi tersebut (read back), untuk nama obat LASA
(Look Alike Sound Alike) dan obat High Alert harus dieja
huruf demi huruf dengan menggunakan NATO PHONETIC
ALPHABET.
7) Dokumentasikan pesan melalui telepon dengan
membubuhkan Cap Konfirmasi TBAK (Tulis Baca
Konfirmasi Kembali) ke dalam catatan perkembangan
terintegrasi di rekam medis.
8) Lakukan konfirmasi kembali kebenaran isi perintah
dengan cara mintakan tanda tangan dokter pemberi
pesan/perintah pada cap Konfirmasi READ BACK/TBAK
dalam waktu 24 jam, apabila hari libur maka tanda
tangan konfirmasi oleh dokter pemberi pesan/perintah
dilakukan pada hari kerja berikutnya.

D. Komunikasi Dengan Masyarakat


Komunikasi antara Puskesmas dengan masyarakat dilakukan
dengan berbagai cara dan media, meliputi :
1. Brosur/leaflet
Merupakan media yang di gunakan untuk menyebarluaskan
informasi dan edukasi kesehatan, dapat disertai gambar untuk
membantu menjelaskan mengenai informasi jenis pelayanan,
akses dan kualitas pelayanan, informasi kesehatan dan
37
informasi umum. Di dalam brosur/leaflet juga di cantumkan
nomor yang bisa di hubungi oleh masyarakat yang memerlukan
informasi lebih lanjut tentang layanan kesehatan yang di
sediakan oleh Puskesmas ataupun informasi lainnya yang di
butuhkan oleh masyarakat umum.

2. Spanduk/banner
Spanduk/banner merupakan salah satu mediakomunikasi
yang di gunakan baik di lingkungan Puskesmas maupun diluar
lingkungan Puskesmas. Spanduk memuat informasi tertentu
(tematik) yang di sampaikan secara singkat, jelas dan bersifat
informatif dengan tampilan yang menarik dan mudan diakses
(di baca) oleh masyarakat umum.
3. Poster dipakai untuk memuat informasi-informasi yang lebih
lengkap dan informatif, dipasang di tempat strategis (area
pelayanan medis/non medis, ruang tunggu, selasar Puskesmas
dan fasilitas umum Puskesmas)

4. Running text
Running text digunakan untuk pemberian informasi kepada
pasien/customer, pengunjung Puskesmas (masyarakat) dengan
kalimat yang singkat namun mudahdipahami.

5. Media Sosial
Puskesmas melakukan komunikasi dengan masyarakat luas
dengan menggunakan media sosial : seperti email, facebook,
website, instagram dan media massa online (warta kota). Selain
untuk menyampaikan informasi, media sosial juga digunakan
untuk memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan upaya promotif
dan preventif serta ajakan untuk menerapkan pola hidup
sehat.

6. Temu pelanggan eksternal


Penyelenggaraan temu pelanggan eksternal adalah
penyelenggaraan pertemuan dengan mengundang tamu
38
eksternal seperti pasien/pelanggan, keluarga pasien, tokoh
masyarakat & perwakilan dari instansi terkait di lingkungan
sekitar Puskesmas yang bertujuan untuk:
a. Memfasilitasi komunikasi pihak Puskesmas dengan seluruh
pelanggan Puskesmas.
b. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang pelayanan
Puskesmas kepada pelanggan.
c. Mendengarkan aspirasi dan bertukar pikiran dengan
pelanggan untuk perbaikan mutu pelayanan Puskesmas.

7. Public Hearing
Penyelenggaraan public hearingdigunakan sebagai media
komunikasi secara langsung antara Puskesmas dengan
masyarakat, LSM, komunitas, faskes Tk 1 & 2, instansi lain
dan institusi pendidikan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
untuk memberikan informasi – informasi penting terkait
layanan kesehatan, standar pelayanan public maupun
informasi edukasi kesehatan.

8. Seminar/workshop
Seminar / workshop di lakukan di dalam maupun di luar
Puskesmas bekerjasama dengan organisasi profesi maupun
diselenggarakan sendiri oleh Puskesmas dengan berbagai tema
kesehatan.

9. Siaran melalui media televisi/radio


Komunikasi antara Puskesmas dengan masyarakat juga di
lakukan melalui media Televisi daerah (Disi televisi, RBTV)
sertamelalui Radio dengan tujuan untuk menyebarluaskan
informasi dan edukasi kesehatan kepada masyarakat meliputi
informasi jenis layanan, akses dan kualitas pelayanan serta
informasi seputar kesehatan.

39
40
BAB IV
PENDOKUMENTASIAN

1. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit


terdokumentasikan dalam bentuk Undangan, Notulensi, Daftar
hadir, Materi, Lembar ekspedisi penyampaian surat ke instansi
2. Komunikasi Efektif Dokter Dan Pasien di dokumentasikan
dalam Berkas Rekam Medis
3. Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Pemberi Asuhan di
dokumentasikan dalam Berkas Rekam Medis
4. Komunikasi Dengan Masyarakat terdokumentasikan dalam CD
Profil , Kotak saran, Website, email, Dokumen (foto
dokumentasi, banner, poster, leaflet )

41
BAB V PENUTUP

Sebagai pemberi layana public, Puskesmas dituntut untuk


lebih mengutamakan pelayanan terbaik (prima)kepada pasien,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan asuhan pasien. Melalui
penerapan komunikasio efektif, asuhan pasen dapat berjalan dengan
baik dengan dukungan semua pemberi layanan pasien dan keluarga
pasien serta semua unit terkait yang ada di Puskesmas. Komunikasi
yang efektif dengan masyarakat juga menjadi salah satu kunci dalam
pencapaian visi dan misi Puskesmas.

42

Anda mungkin juga menyukai