Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkantimbulnya
berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya
kontak lensa.1
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksialergi
terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa danreaksi terlambat
sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.
Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen.Biasanya dengan riwayat atopi.1
Konjungtivitis alergi biasanya mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata
berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan
dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehinggamata sangat berair. Konjungtiva
banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel) yang melepaskan
senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai rangsangan (seperti
serbuk sari atau debu tungau). Mediator inimenyebabkan radang pada mata, yang
mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat
konjungtivitis alergi.2
Konjungtivitis alergi yang musiman dan yang berkelanjutan adalah jenis yang
paling sering darireaksi alergi pada mata. Konjungtivitis alergi yang musiman sering
disebabkan oleh serbuk sari pohon atau rumput, oleh karenanya jenis ini timbul
khususnya pada musim semi atau awal musim panas. Serbuk sari gulma bertanggung
jawab pada gejala alergi mata merah pada musim panas dan awal musim gugur.
Alergimata merah yang berkelanjutan terjadi sepanjang tahun; paling sering
disebabkan oleh tungau debu, bulu hewan, dan bulu unggas.2
Konjungtivitis vernal adalah peradangan rekuren bilateral yang diakibatkan
karena sistem imun . Konjungtivitis vernalis adalah bentuk konjungtivitis alergi yang
1

lebih serius dimana penyebabnya tidak diketahui. Konjungtivitis vernalis paling


seringterjadi pada anak umur antara 3-25 tahun dengan prevalensi pada kedua
jeniskelamin sama dan sering terjadi pada anak dengan riwayat eksema, asma, atau
alergi musiman. Konjungtivitis vernalis biasanya kambuh setiap musim semi
danhilang

pada

musim

gugur

dan

musim

dingin.

Banyak

anak

tidak

mengalaminyalagi pada umur dewasa muda.2


Penyebaran konjungtivitis vernalis merata di dunia, terdapat sekitar
0,1%hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi
pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian AmerikaSelatan)
daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman). 3
Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan).
Sekitar 65% pasien yang menderita konjungtivitis vernalis memiliki satu atau lebih
sanak keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan(misalnya asma,hay fever,
iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit
turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itusendiri.2
Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi
akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara,
itulahmengapa dinamakan konjungtivitis vernalis (atau musim semi). Di belahan
bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin.
Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan
berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun.3

BAB II

LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: An.Kharendra
Usia
: 8 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Tanah Abang
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: SD
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pemeriksa
: Ayu Rizkyah
2.1.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis pada tanggal 18 Agustus 2015 di
poli Mata RSAL Dr.Mintohardjo
Keluhan Utama :
Gatal pada kedua mata yang dirasakan sekitar 7 hari yang lalu
Keluhan tambahan
:
Pasien mengaku banyak keluar cairan dari mata (belekan) terutama di pagi
hari setelah bangun tidur berwarna putih dan lengket yang bisa ditarik . Kedua
mata dirasakan kadang-kadang sakit. Pasien mengatakan matanya terasa seperti
ada benda asing. Pasien mengeluh mata merah dan semakin gatal jika pasien
bermain,sehingga pasien akan mengucek matanya. Pasien juga mengeluhkan
pembengkakan pada kedua kelopak mata yang dikatakan akan berkurang jika
dikompres menggunakan air dingin. Pasien mengaku sudah sering berulang
seperti ini selama kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu. Pasien menyangkal adanya
silau dan pandangan kabur.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSAL Dr.Mintohardjo dibawa oleh ibunya dengan
keluhan gatal pada kedua mata yang dirasakan sekitar 7 hari yang lalu. Pasien
mengaku banyak keluar cairan dari mata (belekan) terutama di pagi hari setelah
bangun tidur berwarna putih dan lengket yang bisa ditarik. Pasien mengatakan
matanya terasa seperti ada benda asing dan dirasakan kadang-kadang sakit. Pasien
mengeluh mata merah dan semakin gatal jika pasien bermain sehingga pasien
akan mengucek matanya. Pasien juga mengeluhkan pembengkakan kedua kelopak
mata yang dikatakan berkurang jika dikompres menggunakan air dingin. Pasien
3

mengaku sudah sering berulang seperti ini selama kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Pasien menyangkal adanya silau dan pandangan kabur. Pasien menyangkal ada
yang seperti ini di lingkungan rumah maupun sekolah. Pasien baru datang berobat
dikarenakan ibu pasien baru bisa mengantarkan ke dokter,ibunya mengaku belum
memberikan obat apapun hanya mengkompres dengan air dingin saja.
Riwayat penyakit dahulu :
Ibu pasien mengaku selama ini tidak mengetahui pasien mempunyai alergi.
Riwayat penyakit asma disangkal.
Riwayat Keluarga :
Ibu pasien menyangkal adanya riwayat alergi pada keluarga
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: tampak sakit ringan

Kesadaran

: compos mentis

Tanda vital
Suhu

: 36 0C

Nadi

: 86 x/menit

Pernapasan

: 20x/menit

2.1.3 Pemeriksaan Mata : Status lokalis

Mata Kanan

Mata Kiri

Sentral, normal

Kedudukan

Sentral, normal

6/6

Visus

6/6

Ke segala arah

Pergerakan

Ke segala arah

Edema (-)

Palpebrae

Edema (-)
4

Hiperemi (+), sekret (-),


Papil yang besar( coble
stone)

Konjungtiva

Hiperemi (+), sekret (-) ,


Papil yang besar( coble
stone)

jernih

Sklera

jernih

Jernih

Kornea

Jernih

Reguler(normal)

Iris

Reguler(normal)

Jernih

Lensa

jernih

Bulat

Pupil

Bulat

Letak di pusat mata

Letak di pusat mata

+ 3 mm

+ 3 mm

Reflek cahaya (+)

Reflek cahaya (+)

Tidak dilakukan

Funduskopi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tonometri

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tes Fluorescen

Tidak dilakukan

Normal

Palpasi

normal

DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis vernal ODS
DIAGNOSIS BANDING
Trakoma
RENCANA PENGELOLAAN
Karena konjungtivitis vernalisis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat
bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek,
berbahaya jika dipakai jangka panjang.
1.Terapi Non-medikamentosa

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu


mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa
tindakan tersebut antara lain: Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan
tangan atau jaritangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis
dari mediator-mediator sel mast. Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya
juga membawa serbuksari, Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk
mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru
harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen, Kompres dingin
di daerah mata, Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen
2. Terapi Medikamentosa
1. Antihistamin. Cocok untuk eksaserbasi akut tetapi umumnya tidak untuk
penggunaan jangka panjang. Ada 2 jenis antihistamin yang dapat digunakan yaitu
sedatif antihistamin contohnya CTM (Chlorpheniramin Maleat) dan yang non sedatif
contohnya loratadin dan obat tetes mata livostin
2. Steroid. Biasanya digunakan untuk kasus yang lebih berat dari akut
eksaserbasi konjungtivitis. Steroid biasanya diberikan dalam jangka pendek dengan
pemberhentian secara tapering. Obat steroid yang dapat digunakan seperti
prednisolone 0,5% atau rimexolone 1%
3. Terapi kombinasi. Kombinasi antihistamin dan mast cell stabilizer lebih
efektif dibandingkan kombinasi vasokonstriktor dan antihistamin
4. Imune modulators. Ciclosporin 0,05% dapat diberikan jika steroid tidak
efektif. Obat ini dapat menyebabkan iritasi mata dan penglihatan kabur jika digunakan
selama beberapa minggu dan dapat terjadi kekambuhan jika pemakaiannya di
berhentikan secara mendadak.

3. Terapi Bedah
Terapi pembedahan exterpasi cobble stone apabila terdapat cobble stone yang besar
dan mengganggu. Namun, terapi ini kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya
efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekatakan tumbuh lagi.3,6
6

Usulan Pemeriksaan
Pengecatan gram/ giemsa/KOH swab
prognosis
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungsionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kongungtivitis Vernalis
Kongungtivitis vernalis adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang
(recurrence) yang khas, dan mrupakan suatu reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I),
Penyakit ini juga di kenal sebagai catarrh musim semi, konjungtivitis
musiman atau konjungtivitis musim kemarau . Pada kasus ini pasien
merupakan anak laki laki dengan usia 8 tahun. Hal ini sesuai dengan teori
kepustakaan yang menyebutkan bahwa konjungtivitis vernalis paling sering terjadi
pada anak umur 3 25 tahun dengan prevalensi pada kedua jenis kelamin sama.
Konjungtivitis vernalis biasannya kambuh setiap musim panas dan hilang pada
musim dingin.
Pasien datang dengan keluhan gatal pada kedua mata sejak tujuh hari yang lalu
di sertai dengan mata merah , banyak keluar cairan dari mata (belekan) terutama
7

di pagi hari. Pasien juga mengatakan matanya terkadang teras sakit dan matanya
terasa sperti ada benda asing.
Pasien mengaku banyak keluar cairan dari mata (belekan) terutama di pagi
hari setelah bangun tidur berwarna putih dan lengket yang bisa ditarik . Kedua
mata dirasakan kadang-kadang sakit. Pasien mengatakan matanya terasa seperti
ada benda asing. Mata akan terasa merah dan semakin gatal jika pasien
bermain,sehingga pasien akan mengucek matanya. Pasien juga mengeluhkan
pembengkakan pada kedua kelopak mata yang dikatakan akan berkurang jika
dikompres menggunakan air dingin. Pasien mengaku sudah sering berulang
seperti ini selama kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu. Pasien menyangkal adanya
silau dan pandangan kabur. Hal ini sesuai dengan teori pada kepustakaan, di mana
gejala-gejala konjungtivitis vernalis meliputi rasa gatal, mata merah, mata berair,
dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Gejala-gejala ini cukup
menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita
sehingga menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas normal.Pada pemeriksaan
mata didapatkan visus mata kanan dan kiri normal , papil cobble stone pada
konjungtiva tarsalis superior kedua mata. Pada pemeriksaan sklera, kornea, bilik
mata depan, iris, pupil, lensa, dan refleks fundus tidak ditemukan adanya kelainan.
Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik mata pada pasien ini sesuai dengan tandatanda konjungtivitis vernalis berdasarkan kepustakaan.
Konjungtivitis vernalis pada dasarnya merupakan suatu reaksi alergi
(hipersensitivitas tipe I). Pada reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi pelepasan
mediator sel mast (histamin) yang dapat memicu vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, rasa gatal, dan peningkatan produksi mukus
darisel-sel goblet pada lapisan konjungtiva. Vasodilatasi arteri konjungtiva
posterior yang memasok darah ke konjungtiva bulbi mengakibatkan penampakan
mata merah yang dominan ditemukan pada fornix. Peningkatan permeabilitas
pembuluh darah mengakibatkan terjadinya edema palpebra dan kemosis. Keluhan
lain seperti nyeri, silau dan penurunan visus tidak dijumpai pada pasien, karena
proses patologis dari penyakit ini tidak melibatkan media refraksi seperti kornea,
bilik mata depan dan lensa. Pada kasus ini didiagnosis banding dengan
konjungtivitis trachoma. Pada konjungtivitis trachoma gambaran lesi pada kasus
dini didapatkan adanya papula kecil atau bercak merah bertaburan dengan bintik
8

putih-kuning (folikel trakoma).Pada konjungtiva tarsal (kasus lanjut) granula


(menyerupai butir sagu) dan parut,terutama konjungtiva tarsal atas. Sedangkan
pada konjungtivitis vernalis didapatkan gambaran nodul lebar datar dalam
susunan cobble stone pada konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan
susu. Ukuran lesi dan lokasi lesi pada konjungtivitis trachoma berupa penonjolan
besar lesi konjungtiva tarsalatas dan teristimewa lipatan retrotarsal kornea-panus,
bawah infiltrasi abu-abu dan pembuluh tarsus terlibat, sedangkan pada
konjungtivitis vernalis berupa penonjolan besar tipe tarsus atau palpebra. Tipe
cairan sekresi padak onjungtivitis trachoma stadium lanjut berupa kotoran air
berbusa atau frothy ,sedangkan pada konjungtivitis vernalis bergetah, bertali,
seperti susu
Konjungtivitis vernalis merupakan penyakit yang sembuh sendiri sehingga
medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek,
berbahaya jika dipakai jangka panjang.
Pasien juga disarankan untuk kontrol ke poliklinik minggu depan untuk
menilai respon dari terapi yang diberikan dan diberikan KIE antara lain,
Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jaritangan,
karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis darimediatormediator sel mast. Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawaserbuksari, Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi
kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus
dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi alergen. Prognosis penderita
konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan.

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitelkornea limbus.

Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel


goblet.Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri atas
tiga bagian, yaitu :a.Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsalsukar
digerakkan dari tarsus. b.Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah
digerakkandari sklera di bawahnya.c.Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva
yangmerupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di
bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.4

10

Secara histologis, konjungtiva terdiri atas lapisan :


a .Lapisan epitel konjungtiva, terdiri dari dua hingga limalapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal. Lapisanepitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
karankula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari
sel-selepitel skuamosa.
b. Sel-sel epitel superfisial, mengandung sel-sel goblet bulatatau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ketepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara meratadiseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripadasel-sel superficial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.
c.Stroma konjungtiva, dibagi menjadi lapisan adenoid(superficial) dan lapisan fibrosa
(profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat
dapatmengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum.Lapisan
adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau3 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi padaneonatus bersifat papiler bukan
folikuler dan mengapa kemudianmenjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari
jaringan penyambungyang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan
gambaran reksi papiler pada radang konjungitiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar
11

pada bola mata.


d. Kelenjar air mata aksesori (kelenjar Krause dan wolfring),yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalamstroma. Sebagian besar kelenjar
krause berada di forniks atas, dansedikit ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring
terletak ditepi atastarsus atas.5
4.2 Definisi dan Etiologi
Konjungtivitis vernalis adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang (
recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi(hipersensitivitas tipe I).
Penyakit ini juga dikenal sebagai catarrh musim semidan konjungtivitis musiman
atau konjungtivitis musim kemarau. Seringterdapat pada musim panas di negeri
dengan empat musim, atau sepanjang tahundi negeri tropis (panas). 2,7 Konjungtivitis
vernalis mengenai pasien usia muda 3-25tahun dan kedua jenis kelamin sama.
Namun, sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan
berhenti sebelum usia 20.5
Terdapat tiga tipe konjungtivitis vernalisis, antara lain tipe palpebra, tipe limbal, dan
tipe campuran.
4.3 Patofisiologi
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang
insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.Pada
konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan
diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan
jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan
menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobble stone.
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan
sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada
konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations .
Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis
mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.
Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan
12

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada
limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam
kualitas maupun kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin
berkaitan

dengan

konjungtivalisasi

pada

penderita

keratokonjungtivitis

dan

dikemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga
terdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi.6
Pada bentuk palpebral, jaringan epitel membesar pada beberapa area dan
menular ke area lainnya. Kadangkala, eosinofil (warna kemerahan) tampak kuat
diantara sel-sel jaringan epitel. Perubahan yang menonjol dan parah terjadi pada
substansi propria (jaringan urat). Pada tahap awal jaringan terinfiltrasi dengan
limfosit, sel plasma, eosinofil, dan basofil. Sejalan dengan perkembangan penyakit,
semakin banyak sel yang berakumulasi dan kolagen baru terbentuk,sehingga
menghasilkan bongkol-bongkol besar pada jaringan yang timbul darilempeng tarsal.
Terkait dengan perubahan-perubahan tersebut adalah adanya pembentukan pembuluh
darah baru dalam jumlah yang banyak. Peningkatan jumlah kolagen berlangsung
cepat dan menyolok.6
Pada bentuk limbal terdapat perubahan yang sama, yaitu: perkembangbiakan
jaringan ikat, peningkatan jumlah kolagen, dan infiltrasi sel plasma, limfosit, eosinofil
dan basofil ke dalam stroma. Penggunaan jaringan yang dilapisi plastik yang
ditampilkan melalui mikroskopi cahaya dan elektrondapat memungkinkan beberapa
observasi tambahan. Basofil sebagai ciri tetap dari penyakit ini, tampak dalam
jaringan epitel sebagaimana juga pada substansi propria. Walaupun sebagian besar sel
merupakan komponen normal dari substansi propia, namun tidak terdapat jaringan
epitel konjungtiva normal. Walaupun karakteristik klinis dan patologi konjungtivitis
vernalis telahdigambarkan secara luas, namun patogenesis spesifik masih belum
dikenali.5,6
4.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang menyertai
meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah
ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan
13

sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat


beraktivitas normal.6

Terdapat dua bentuk klinik konjungtivitis vernalisis, yaitu :


1.Bentuk palpebra , terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.
Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( cobble stone ) yang diliputi sekret yang
mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih
berat dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan
bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.

2. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel
kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan
sedikit eosinofil.
14

4.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis yang teliti mengenai keluhan pasien dan riwayat terdahulu sangat
penting dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis vernalisis. Selanjutnya diagnosis
ditegakkan sesuai dengan gejala dan tanda klinis serta hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk
mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil
dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofildan granula
basofilik bebas.3
Walaupun secara prinsip konjungtivitis vernalis sangat berbeda dengan
trakhom

dan

konjungtivitis

demam

rumput

namun

seringkali

gejalanya

membingungkan dengan penyakit tersebut. Trakhoma ditandai dengan banyaknya


serabut-serabut sejati yang terpusat, sedangkan pada konjungtivitis vernalis jarang
tampak serabut sejati. Pada trakhom, eosinofil tidak tampak pada kikisan konjungtiva
maupun pada jaringan, sedangkan pada konjungtivitis vernalis, eosinofil memenuhi
jaringan. Trakhom meninggalkan parut-parut pada tarsal, sedangkan konjungtivitis
vernalis tidak, kecuali bila terlambat ditangani. Tanda konjungtivitis demam rumput
adalah edema, sedangkan tanda konjungtivitis vernalis adalah infiltrasi selular.
Demam rumput memiliki karakteristik sedikit eosinofil, tidak ada sel mastosit pada
jaringan epitel, tidak ada peningkatan sel mastosit pada substantia propria, dan tidak
terdapat basofil,sedangkan konjungtivitis vernalis memiliki karakteristik adanya tiga
serangkai,yaitu: sel mastosit pada jaringan epitel, adanya basofil, dan adanya eosinofil
pada jaringan.6
4.6 Komplikasi
Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral atau
parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatriks yangringan.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan penglihatan menurun. Kadang-kadang
didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan
penyakitnya sangat menahun dan berulang, sering menimbulkan kekambuhan
terutama di musim panas.
15

4.7 Penatalaksanaan
Karena konjungtivitis vernalisis adalah penyakit yang sembuh sendiri,
perludiingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil
jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.2
Penatalaksanaan konjungtivitisvernalisis berdasarkan luasnya symptom yang muncul
dan durasinya, yaitu :
1.Terapi Non-medikamentosa
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi
keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut
antara lain: Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau
jaritangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari
mediator-mediator sel mast. Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya
juga membawa serbuksari, Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk
mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru
harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen, Kompres dingin
di daerah mata, Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen
2. Terapi Medikamentosa
1. Antihistamin. Cocok untuk eksaserbasi akut tetapi umumnya tidak untuk
penggunaan jangka panjang. Ada 2 jenis antihistamin yang dapat digunakan yaitu
sedatif antihistamin contohnya CTM (Chlorpheniramin Maleat) dan yang non sedatif
contohnya loratadin dan obat tetes mata livostin
2. Steroid. Biasanya digunakan untuk kasus yang lebih berat dari akut
eksaserbasi konjungtivitis. Steroid biasanya diberikan dalam jangka pendek dengan
pemberhentian secara tapering. Obat steroid yang dapat digunakan seperti
prednisolone 0,5% atau rimexolone 1%
3. Terapi kombinasi. Kombinasi antihistamin dan mast cell stabilizer lebih
efektif dibandingkan kombinasi vasokonstriktor dan antihistamin
4. Imune modulators. Ciclosporin 0,05% dapat diberikan jika steroid tidak
efektif. Obat ini dapat menyebabkan iritasi mata dan penglihatan kabur jika digunakan
16

selama beberapa minggu dan dapat terjadi kekambuhan jika pemakaiannya di


berhentikan secara mendadak.

4.8 Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan. Namun, kondisi ini dapat terus berlanjut dari waktu ke waktu,dan
semakin memburuk selama musim-musim tertentu.6
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
reaksi hipersensitifitas memiliki 4 tipe reaksi seperti berikut :
Tipe I : Reaksi Anafilaksi
Disni antigen atau allergen bebas akan bereaksi dengan antibody, dalam
hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basophil dengan akibat
terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat
Tipe II : Reaksi Sitotoksik
Disni antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi dalam hal ini IgE dan IgM
dengan adanya komplemen akan diberikan dengan antigen, sehingga dapat
mengakibatkan hancurnya sel tersebut.
Tipe III : Reaksi imun kompleks
Disini antibody berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk
kompleks imun. Keadaan ini menyebabkan terjadinya peradangan atau
kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil.
Tipe IV : Reaksi tipe lambat
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I , II,dan III ang berperan adalah antibodi
( imunitas humoral ) , sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah
limfosit T atau di kenal sebagai imunitas seluler. Sensitized limfosit T
bereaksi dengan anti gen dan menyebabkan terlepasnya mediator
( limfokin ).

17

DAFTAR PUSTAKA
18

1. Ilyas, Sidarta. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, hlm : 133-188.
2. Vaughen, Daniel G. 2000. Oftalmologi Umum edisi ke-4. Jakarta :
Penerbit Widya Medika, hlm :115-116.
3. PubMed Central Journal list. Vernal Keratokunjungtivitis. Available on :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/PMC1705/. Diakses Agustus 2015
4. A.K. Khurana.2007. Comprehenship Ophtalmology edisi ke-4 dalam
Chapter 12-New Age International, hlm 288-296.
5. Kanski JJ dan Bowling B. 2011 . Clinical Ophtalmology A Systemic
Approach. 7th edition. USA : Elsevier Saunders.
6. Bonini,Stefano,dkk. 2009. Allergic conjungtivitis : Update on its
pathophysiologi and perspectives for future treatment.

19

Anda mungkin juga menyukai