Abstract
Research about of influenced of the adding fly ash to compressive strength of mortar PCC
and analysis of sea water used for immersing was done. This study aims to look at the
influenced of adding fly ash on the quality of mortar PCC by measuring the compressive
strength and analyze the sea water used for immersing by using multiple parameters. Data
were collected for pH, TSS, TDS and total hardness in solution immersion mortar. The result
showed mortar compressive strength increases with increasing duration of immersion time,
and the value of compressive strength of mortar with the adding of fly ash percentage of 2,
4 and 6% at 28 days in sea water immersion respectively 284, 276 and 273 kg/cm2 whereas
in aquadest 323, 315 and 298 kg/cm2. Decrease in compressive strength is proportional to
the increase in pH, levels of TSS, TDS and total hardness in solution immersion mortar.
Keywords: PCC, fly ash, mortar, compressive strength, TSS, TDS
I. Pendahuluan
Semen merupakan senyawa/zat pengikat
hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H
(kalsium silikat hidrat) yang apabila
bereaksi dengan air akan dapat mengikat
bahan-bahan padat lainnya, membentuk
satu kesatuan massa yang kompak, padat
dan keras.(1) Ada beberapa jenis semen
yang terdapat di pasaran. Salah satunya
semen Portland Composite Cement (PCC).
Semen PCC merupakan bahan pengikat
hidrolis hasil penggilingan bersama-sama
klinker semen Portland dan gipsum dengan
satu atau lebih bahan anorganik. Bahan
anorganik tersebut antara lain terak tanur
tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa
silikat, dengan kadar total bahan anorganik
6 % 35 %.(2) Fly ash adalah bagian dari sisa
pembakaran
batubara
pada
boiler
pembangkit listrik tenaga uap yang
berbentuk partikel halus amorf dan bersifat
pozzolan, berarti abu tersebut dapat
Klinker
(g)
Pozzolan
(g)
Lime stone
(g)
Gipsum
(g)
Fly ash
(g)
Total
(g)
I
II
III
IV
4050
3950
3850
3750
250
250
250
250
500
500
500
500
200
200
200
200
0
100
200
300
5000
5000
5000
5000
Material
Semen uji
Pasir ottawa
Air
Komposisi
500 g
1375 g
242 mL
(larutan
dengan
Gambar 1.
Hasil
pengukuran
kuat
tekan
(kg/cm2)
dengan
komposisi
penambahan fly ash (%). Kondisi
pengukuran:
A
(perendaman
akuades), B (perendaman air laut),
dengan umur perendaman 3 hari ( ),
7 hari ( ), dan 28 hari ( ).
penelitian
ini
bertentangan
dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa abu
terbang (fly ash) dinilai dapat meningkatkan
kualitas beton dalam hal kekuatan, kekedapan
air,
ketahanan
terhadap
sulfat
dan
kemudahan dalam pengerjaan (workability)
beton/mortar.(7) Pendapat lain yang juga
bertentangan dengan hasil penelitian ini
menyatakan bahwa penggunaan abu terbang
(fly ash) sebagai bahan bangunan yang paling
baik adalah 20%-30%.(9) Sedangkan pada
penelitian ini penambahan abu terbang (fly
ash) paling besar hanya 6% dan itu telah
menyebabkan kuat tekan mortar menurun.
Kemungkinan lain yang menyebabkan
turunnya kuat tekan mortar dengan
penambahan fly ash adalah karena laju
kenaikan kuat tekan dengan bahan ikat fly ash
dan semen bersifat lambat sebab ia bersifat
pozolan. Kapur sebagai bahan ikat hidrolik
memiliki butiran yang terlalu besar sehingga
tidak mampu bereaksi dengan abu terbang (fly
ash), sedangkan yang mampu bereaksi dengan
fly ash adalah kapur bebas yang merupakan
hasil sampingan dari reaksi hidrasi semen.
Kenaikan kuat tekan mortar kemungkinan
akan bertambah seiring dengan umur mortar
yang semakin bertambah setelah 28 hari
keatas, sementara penelitian ini hanya sampai
pada umur mortar 28 hari. Kemungkinan ini
didukung oleh pernyataan yang menyatakan
bahwa kuat tekan beton dengan bahan
tambah fly ash mengalami peningkatan yang
lambat dan baru mencapai kuat tekan optimal
pada umur 90 hari.(6) Hal ini terjadi karena
kalsium silikat hidrat (C-S-H) yang dihasilkan
melalui reaksi pozolanik akan bertambah
keras dan kuat seiring berjalannya waktu.
Menurunnya kuat tekan mortar dengan
penambahan fly ash juga disebabkan oleh
pengaruh perendaman dalam air laut, namun
pengaruh ini tidak terlalu besar karena mortar
yang direndam dalam akuades pun
mengalami penurunan kuat tekan.
Hasil kuat tekan mortar yang direndam dalam
air laut selalu lebih rendah dibandingkan
dengan yang direndam dalam akuades. Hal
ini disebabkan karena adanya pengaruh sulfat
yang ada dalam air laut. Berbagai macam
sulfat umumnya dapat menyerang beton
ataupun mortar. Sulfat bereaksi dengan
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan kalsium
aluminat hidrat, reaksi yang terjadi dapat
menyebabkan
pengembangan
volume
sehingga akan terjadi keretakan pada beton
atau mortar. Terjadinya reaksi pozolanik oleh
fly ash yang akan mengikat kapur bebas
(Ca(OH)2) membentuk permukaan mortar
yang lebih padat dan kedap air, sehingga
menyebabkan kuat tekan mortar yang
direndam dalam air laut tidak mengalami
penurunan yang begitu besar.
Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa
kuat tekan mortar yang ditambah fly ash
sebesar 2% pada umur 28 hari yang direndam
dalam air laut masih dalam batas yang
ditetapkan SNI, sedangkan untuk persentase 4
dan 6 % tidak lagi memenuhi SNI. Hasil
penelitian ini hampir sama dengan penelitian
lain tentang penambahan bahan aditif untuk
semen PCC yang
menggunakan bahan
tambah abu ampas tebu dan abu sekam padi
yang perendaman mortarnya sama-sama
dalam air laut. Masing-masing peneliti
tersebut menyatakan kuat tekan mortar
dengan penambahan abu ampas tebu yang
direndam dalam air laut yang memenuhi SNI
15-7064-2004 hanya pada komposisi abu
ampas tebu 2% pada umur 3, 7 dan 28 hari
dengan nilai kuat tekan berturut-turut yaitu
171 kg/cm2, 242 kg/cm2, dan 305 kg/cm2)(16)
dan menyatakan kuat tekan mortar dengan
penambahan abu sekam padi 2, 4, dan 6%
pada umur 28 hari dalam perendaman air laut
berturut-turut 282, 263, dan 236 kg/cm2
sedangkan dalam akuades 307, 295, dan 284
kg/cm2, jadi nilai kuat tekan mortar dengan
penambahan abu sekam padi 2% yang
direndam dalam air laut masih memenuhi
SNI 15-7064-2004 yaitu 280 kg/cm2,
sedangkan persentase 4 dan 6% tidak
memenuhi SNI.(17) Penurunan kuat tekan
mortar yang direndam dalam air laut
disebabkan karena adanya pengaruh dari ion
klorida yang terdapat dalam air laut. Ion
klorida dapat masuk kedalam mortar melalui
pori-pori mortar yang terbentuk akibat
keluarnya senyawa kalsium hidroksida yang
merupakan hasil reaksi hidrasi antara semen
dengan air dari dalam mortar.
Adapun hasil penelitian lain yang juga
berkaitan dengan penelitian ini yaitu
penelitian yang menggunakan bahan aditif
abu sekam padi dan fly ash untuk semen PCC
yang perendaman mortarnya dalam asam
Gambar 5.
Gambar 4.
IV. Kesimpulan
Kuat tekan semen tipe PCC dengan
penambahan fly ash semakin turun dengan
semakin
meningkatnya
persentase
penambahan fly ash. Nilai kuat tekan mortar
dengan persentase penambahan fly ash 2, 4,
dan 6% pada umur 28 hari dalam perendaman
air laut berturut-turut 284, 276, dan 273
kg/cm2 sedangkan dalam akuades 323, 315,
dan 298 kg/cm2. Nilai kuat tekan mortar
dengan persentase penambahan fly ash 2%
yang direndam dalam air laut masih
memenuhi SNI 15-7064-2004 yaitu 280
kg/cm2, sedangkan persentase 4 dan 6% tidak
memenuhi SNI. Nilai pengukuran pH, TSS,
TDS dan kesadahan total semakin naik
dengan bertambahnya komposisi fly ash yang
digunakan.
V. Ucapan Terima Kasih
Terimakasih kepada Analis Laboratorium
Kimia Lingkungan FMIPA Unand dan pihakpihak lain yang telah menyumbangkan
pikiran dan tenaga demi selesainya penelitian
ini.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Referensi
1.
3.
4.
5.
6.
17.
18.
19.