Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia
kelenjar periuretra yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul
bedah.Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di
inferior darikandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5
cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh
diafragmaurogenitale.
Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan
berakhir padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra
eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya
pembesaran prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot
destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan
destrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang
selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh
karenaitu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur
diagnostik dan asuhankeperawatan yang komprehensif pada klien Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) beserta keluarganya.
B. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyakitnya.
2. Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kliendengan BPH secara komprehensif
3. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien BPH . Agar semua
mahasiswa, khususnya para pembaca mengetahui bahwa apa sebenarnya yang
dimaksud dengan BPH, apa saja yang menjadi penyebab terjadinya, gejala yang
ditimbulkan dan bagaimana proses perawatan dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Pengertian BPH
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
(secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
urethral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal
671).
Hipertropi prostat merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan pada pria
yang berusia lebih tua dari 50 tahun. Dimana istilah hipertropi prostat kurang tepat
karena yang terjadi sebenarnya hyperplasia kelenjar periuretral. (Mansjoer A,
Suprohaita,ikaw, setia wulan w, Kapita selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 2, 2007)
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah pembesaran atau hypertropi prostat.
Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter.
Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat
tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretra lah yang
mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar prostat
sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam
literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi
prostat sudah umum dipakai.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor
lain yang erat kaitannya dengan terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan
epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma


dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan
C. Teori teori tentang terjadinya BPH
1. Teori Dehidrosteron (DHT)\
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT)
dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa
protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg
disebabkan oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau
aabsolut. Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi
prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth
factor (b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi
yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini
difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma
karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan
mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal
setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel.

Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan


berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya
dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun
patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah
gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang
terjadi pada prostat yang membesar.
2. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
3. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat
mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum
puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
4. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang
tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal
dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga
terjadi kontraksi involunter,
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya
penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli

mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik


melebihi tekanan spingter.
8. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa
pada prostat yang membesar.
9. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.
Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap, serta gagal ginjal.
10. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap
berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme
infektif.
11. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli,
Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu
tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.
12. Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid.

D. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi
reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan
inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian

menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal 329; Poernomo, 2000 hal
74).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan
terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan
detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal 329; Poernomo, 2000
hal 76).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal (Poernomo, 2000, hal 76).

E. Manifestasi Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract
Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif meliputi:

a. (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
b. (nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari
c. (urgensi) perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan
d. (disuria).nyeri pada saat miksi
Gejala obstruktif meliputi:
a. rasa tidak lampias sehabis miksi.
b. (hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
adanya tekanan dalam uretra prostatika.
c. (straining) harus mengejan
d. (intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra
vesika sampai berakhirnya miksi dan waktu miksi yang memanjang yang
akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia karena overflow. Untuk
menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah,
beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat
diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian
atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang
(yang merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal
ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, perikarditis,
foetoruremik dan neuropati perifer.
3. Gejala di luar saluran kemih
Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia
inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan
pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal
(Poernomo, 2000, hal 77 78; Mansjoer, 2000, hal 330).
4. warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.
Berdasarkan gambaran klinik hipertrofi prostat dapat dikelompokan dalam empat (4)
derajat gradiasi sebagai berikut :
Derajat
I

Colok Dubur
Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba.

Sisa Volume Urine


< 50 ml

II

Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat mudah 50 100 ml


dicapai.

III

Batas atas prostat tidak dapat diraba

IV

> 100 ml
Retensi urine total

F. Komplikasi
1. Retensi Urine
2. Perdarahan
3. Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi
4. Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi
5. Hidroureter
6. Hidronefrosis
7. Cystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis.
8. Hipertensi, Uremia
9. Prolaps ani/rectum, hemorroid.
10. Gagal ginjal
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan
urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila
fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau
trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui
pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli,
mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
(Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis
4. Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka,
hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior
kapsula prostat.
5. Rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
a. Prostatektomy
merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang
memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan menghilangkan
retensi urinaria akut.
H. Penatalaksanaan
8

1. Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progestero
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pende
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengosta
e. Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal
3. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin.
b. Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar).
c. Fitoterapi
Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain: eviprostat.
Substansinya misalnya pygeum africanum, sawpalmetto, serenoa repelus.
4. Terapi bedah
a. TURP
b. TUIP
c. Prostatektomi terbuka
5. Terapi invasif minimal
a. TUMT (Trans Urethral Micro web Thermotherapy)
b. Dilatasi balon trans uretra (TUBD)
c. High Intensity Focus Ultrasound
d. Ablasi jarum trans uretra
e. Stent Prostat
ASUHAN KEPERAWATAN BPH
1.

Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat penyakit sekarang
keluhan utama BAK mengedan, tidak lancar, BAK tidak lampias, urine
bercampur darah,retensi urine
c. Riwayat penyakit dahulu
riwayat trauma, sering menunda BAK, riwayat batu
d. Riwayat kesehatan keluarga
adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat sulit BAK terutama lakilaki
e. Riwayat psikologis
f. Pemeriksaan fisik

Mata (conjungtiva anemis/tidak), TTV, pembesaran kelenjar getah bening,


colok dubur.
2.

Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat / obstruksi uretrha
2) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih atau
obstruksi uretrha dan dorongan vesica urinaria
3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakitnya
4) Kurang

pengetahuan

tentang

prognosis

atau

kebutuhan

pengobatan

berhuibungan dengan kurangnya informasi


5) Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca
obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis, ketidakseimbangan elektrolit
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme patogen
3) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan ras
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan .
3.
NO
1

Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Retensi urin

NOC
Klien akan bebas dari

NIC
1. Dorong pasien untuk

berhubungan dengan

gejala-gejala benign

berkemih tiap 24 jam dan

pembesaran prostat /

prostatic hyperplasia di

bila tiba-tiba dirasakan

obstruksi uretrha

tandai dengan kriteria :

2.Awasi dan catat waktu

tidak ditemukannya

dan jumlah setiap

adanya frequency,

berkemih, perhatikan

urgency, hesistatic,

penurunan keluaran urin

aliran yang

dan perubahan berat jenis

melemah, nocturia

3. Perkusi / palpasi area


supra pubik
4. Dorong masukan cairan
sampai 3000 ml per hari
10

dalam toleransi campur


bila diindikasikan
5. Kolaborasi pemberian
obat anti spasmadic
6. Kateterisasi untuk residu
urin dan biarkan kateter tak
menetap sesuai indikasi

Nyeri berhubungan

Nyeri teratasi atau

1. Kaji tingkat nyeri,

dengan iritasi mukosa,

berkurang dengan

perhatikan lokasi,

distensi kandung kemih

kriteria :

atau obstruksi uretra

Nyeri hilang atau

dan dorongan vesica

berkurang /

urinaria

terkontrol
Tampak rileks
Keadaan umum baik

intensitas dan lamanya


2. Pertahankan tirah baring
bila diindikasikan.
3. Ajarkan tindakan
relaksasi misalnya
tekhnik nafas dalam.
4. Atur posisi klien
senyaman mungkin
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Berikan diet tinggi serat.
1. Anjurkan klien untuk

Ganggua konsep diri


berhubungan dengan
penyakitnya

Dapat bedaptasi dengan


lingkungan dan orang
sekitar dengan baik
tanpa rendah diri
dengan kriteria :
Klien dapat bergaul
dengan orang lain
Klien tidak merasa
malu

mengekspresikan
perasaanya khusunya
mengenai penilain dirinya
2. Berikan informasi
tentang kondisi tidak
ditularkan secara seksual
3. Berikan informasi
tentang anatomi dasar
seksual dan tingkatkan
dialog dengan klien
4. Anjurkan menghindari
11

makanan berbumbu,
alkohol
5. Diskusikan perlunya
pemberitahuan pada
perawat kesehatan lain
tentang diagnosa
1. Kaji ulang proses,

Kurang pengetahuan

Klien dapat

penyakit pengalaman kien.

tentang prognosis dan

menyatakan

2. Tekankan perlunya

kebutuhan pengobatan

pemahaman tentang

nutrisi yang baik, anjurkan

berhubungan dengan

penyakitnya dengan

konsumsi buah,

kurangnya informasi.

kriteria sebagai

meningkatkan dietr tinggi

berikut :

serat.

Klien dan keluarga


memahami

3. Diskusikan pembatasan
aktivitas awal, contoh :

penyakitnya
Berpartisipasi dalam

menghindari mengankat

hal pengobatan
Melakukan perubahan

4. Instruksikan perawatan

yang perlu

bertat.
kateter urin bila ada,
identifikasi sumber alat /
dukungan

Mempertahankan
Resiko terhadap
kekurangna volume
cairan

hidrasi adekuat dengan


kriteria :
Nadi perifer teraba
Tanda tanda vital
stabil
Pengisian kapiler bai
Membran mukosa
lembab

1. Dorong penigkatan
pemasukan oral
berdasarkan kebutuhan
individu
2. Awasi tekanan darah,
nadi dengan serius,
evaluasi pengisian perifer
3. Tingkatkan tirah baring
dengan kepala tinggi
4. Awasai elektrolit

khususnya natrium
Klien akan terbebas
12

Resiko infeksi

dari infeksi dengan

1. Kaji adanya tanda-tanda

kriteria :

infeksi

Tidak ditemukan tanda

2.Kaji tanda tanda vital

tanda infeksi
Tanda tanda vital

(suhu

dalam batas normal

3. Lakuakan perawatan
luka dengan tekhnik septik
dan aseptik
4. Kolaborasi pemberian
antibiotik

klien akan

mempertahankan pola

1. Kaji pola tidur klien

Gangguan Pola istrahat

tidur terpenuhi dengan

2. Ciptakan lingkungan

tidur

kriteria :

yang nyaman dan tenang

Klien dapat tidur

4. Hindari melakukan

nyenyak
Klien tenang

tindakan tindakan pada saat


klien tidur
5. Berikan informasi pada
klien dan keluarga tentang
pentingnya istrahat tidur
pada klien

Klien akan

Intoleransi aktivitas

mempertahankan posisi

1. kaji kemampuan klien

optimal dengan kriteria

untuk melakukan aktivitas .

2. Atur posisi klien dan

Mampu
mempertahankan
keseimbangan tubuh
Mampu melaksanakan
aktivitas sehari hari
pada tahap
rehabilitasi sesuai
kemampuan
Klien tampak rileks

ubahlah secara teratur tiap


2 jam.
3. bantu klien melakukan
gerakan gerakan sendi.
4. Bantu klien untuk
melakukan aktivitas dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari (mandi, makan,
eliminasi)

13

dan melaporkan
Ansietas

kecemasan menurun

1. Kaji tingkat ansietas

sampai tingkat dapat

2. Berikan informasi

diatasi dengan kriteria :

tentang proses penyakit

Klien tampak rileks


Mengatakan

dan antisipasi tindakan.


3. Jadwalkan istrahat

pengetahuan yang

adekuat dan priode

akurat tentang situasi


Menunjukkan tentang

menghentikan tidur

perasaan dan
penurunan rasa takut

4. Temani atau atur supaya


ada seseorang bersama
klien sesuai indikasi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak
selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
14

2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,


hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing. Miksi
yang tidak puas. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e.
Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu
miksi (disuria). Massa pada abdomen bagian bawah. Hematuriai. Urgency
(dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin). Kesulitan
mengawali dan mengakhiri miksi. Kolik renall. Berat badan turun.
Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali
tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu
terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya
merusak ginjal.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu : Mengingat dalam setiaap
permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran kemih,pastinya melibatkan
ginjal oleh karenanya hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan
atau

menjaga

kesehatan

diantaranya

perbanyaklah

mengkonsumsi

air

mineral,minimal 8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan
pencernaan dan kinerja fungsi ginjal

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer A, Suprohaita,ikaw, setia wulan w, Kapita selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 2, 2007

15

Anda mungkin juga menyukai