Wanita yang sudah berhubungan seks sebaiknya melakukan pap smear PAPANIKOLAOU test
atau pap smear adalah metode screeningginekologi merupakan pemeriksaan leher rahim
(serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli
kandungan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab
Kanker Leher Rahim.
"Pap smear penting pada semua perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual!"
tegas Dr dr Dwiana Ocviyanti SpOG (K), Spesialis kebidanan dan kandungan dari FK UI
RSCM, Jakarta.
"Perempuan yang sudah melakukan kontak hubungan seksual selama tiga tahun dari kontak
seksual pertama kali WAJIB melakukan pap smear," sambung dokter yang biasa disapa dr Ovy
ini.
Lantas, seperti apakah pap smear itu?
Deteksi Dini Kanker Serviks
Pap smear atau Pap Test adalah tes spesifik yang digunakan dan ditujukan untuk mendeteksi dini
kanker leher rahim/kanker serviks.
Mengapa pap smear menjadi salah satu pemeriksaan yang penting untuk perempuan yang telah
aktif secara seksual? Pasalnya, aktivitas seksual merupakan salah satu predisposisi kanker
serviks.
Pap smear memang hanya merupakan metoda skrining yang fungsinya untuk menapis. Walau
begitu, pap smear mampu mendeteksi lebih dari 90 persen kanker leher rahim tahap awal yang
masih bisa disembuhkan.
"Kanker leher rahim pada stadium awal tidak ada gejala, apalagi lesi prakanker yang sama sekali
tidak bergejala," ungkap dr Ovy.
Yup, perjalanan penyakit ini hingga disebut penyakit dapat diibaratkan seperti pergerakan siput
karena pertumbuhannya yang lambat, membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 20 tahun menuju
kanker dan selama masa itu hampir tidak ada gejala yang ditimbulkan.
Cara Kerja
Pap smear dianjurkan dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Dijelaskan oleh dr Ovy, pap
smear dilakukan di atas meja ginekologi oleh seorang dokter atau bidan terlatih. Pemeriksaan
dalam ini menggunakan alat yang disebut spekulum yang berfungsi untuk membuka liang
vagina.
Sesudah dibuka lalu pemeriksa akan mengambil cairan leher rahim menggunakan suatu alat yang
disebut spatula dan suatu sikat kecil yang halus. Cairan dari serviks kemudian dioles pada object
glass dan dibawa ke laboratorium untuk proses dan membutuhkan waktu sekira 37 hari hingga
"dibaca" oleh seorang ahli patologi.
Kemudian, dari hasil pemeriksaan bisa diketahui apakah sel-sel leher rahim yang tampak itu
normal atau sudah menunjukkan tanda-tanda tidak normal.
Belum Tentu Kanker
Bila ternyata terdapat sel tidak normal, apakah itu positif kanker serviks? Tidak!
"Jangan dulu panik, karena dari 80 persen sel yang tidak normal belum tentu kanker, bisa
disebabkan oleh virus yang terinfeksi atau karena peradangan sebab lain," dr Ovy menenangkan.
Nah, jika dilihat dari perbandingan, mungkin hanya sekitar 10 persen hasil pap smear yang
bermasalah.
"Dari seluruh hasil pap smear yang menunjukkan masalah, hanya sekitar satu persen saja yang
berpotensi untuk menjadi kanker serviks," katanya.
Faktor Risiko Tinggi
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko menderita kanker serviks yang dikenal
dengan faktor risiko tinggi, yakni perempuan yang telah berhubungan seksual di usia muda
(kurang dari usia 21 tahun) atau melahirkan di usia muda, berganti-ganti pasangan seksual,
mempunyai banyak anak, perempuan yang merokok atau menjadi perokok pasif.
"Tapi tidak berarti tanpa faktor risiko ini seorang perempuan tidak dapat terkena kanker serviks,
loh!," papar dr Ovy.
Ya, harus dibuang jauh-jauh pemikiran bahwa hanya perempuan yang berisiko tinggi saja yang
perlu melakukan pap smear. Karena kenyataannya kanker serviks dapat terjadi pada siapa saja.
"Banyak perempuan yang tidak memiliki keluhan lalu merasa tidak perlu melakukan pap smear.
Sebenarnya itu salah, justru yang tidak ada keluhan dan merasa baik-baik saja wajib hukumnya
melakukan pap smear. Jangan sampai nanti mereka datang untuk melakukan pap smear ternyata
kankernya sudah stadium lanjut. Lebih baik mencegah daripada mengobati," terang dr Ovy
serius.
Tes in penting untuk wanita terutama yang telah berkeluarga dan sudah pernah melahirkan,
wanita yang merokok, serta wanita memiliki mitra seks yang multipel.
-Kemudian cairan tersebut akan dioleskan pada gelas objek dan difiksasi dengan cairan khusus
untuk dilihat di bawah miskroskop di dalam laboraturium.
-Pap Smear memerlukan proses di laboraturium patologi sehingga hasilnya baru bisa diperoleh
1-3 hari.
Negatif:
Artinya tidak ditemukan sel-sel yang berbahaya.
Displasia:
Artinya ditemukan sel yang menunjukkan perubahan sifat, yang dapat mengarah ke keganasan,
diperlukan pemeriksaan biopsi untuk dikonfirmasi secara pasti.
Positif:
Artinya ditemukan sel ganas. Harus dilakukan pemeriksaan biopsi untuk menegaskan diagnosa.
Sebenarnya, penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.
Di dunia, kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak
diderita wanita usia di atas 15 tahu. Sekitar 5000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks, dan
setiap 2 menit seorang wanita meninggal karena kanker ini. Di Indonesia, setiap satu jam seorang
wanita meninggal karena kanker.
Menurut dr Bramundito, SpOG, kanker serviks merupakan beban kesehatan, psikologi, dan sosial
bagi wanita penderita. Penyakit ini dapat menyerang semua wanita, khususnya yang aktif secara
seksual, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya. Tetap ada faktor risiko yang potensial
menyebabkan kanker serviks. Di antaranya, melakukan hubungan seks di usia muda, sering
berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan kondom, sering menderita infeksi di daerah
kelamin, melahirkan banyak anak, dan kebiasaan merokok. Juga defisiensi vitamin A, C, dan E.
ujarnya.
Deteksi Dini
Kanker serviks berbeda dengan kanker jenis lainnya. Pada kanker serviks, ada fase yang disebut
prakanker yang dapat dideteksi sejak dini. Jika segera mendapat pengobatan, angka
kesembuhannya hampir 100%. Kanker serviks stadium dini seringkali tidak menunjukkan gejala atau
tanda yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali. Sedangkan, jika terjadi gejala seperti
perdarahan setelah berhubungan intim; keputihan atau cairan encer dari vagina; mengalami
perdarahan setelah menopause; keluar cairan kekuningan yang berbau atau bercampur darah; nyeri
panggul; atau tidak dapat buang air kecil, maka kemungkinan besar sudah terjadi kanker serviks
stadium lanjut. Maka, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan sedini mungkin baik dengan Pap
smear atau IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat). Jangan menunggu sampai ada keluhan, ujar
dr. Bramdito.
Ada sekitar 100 jenis HPV yang telah diidentifikasi, sebagian besar tidak berbahaya. Sebanyak 40
jenis dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari 40 jenis ini digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu HPV berisiko tinggi (penyebab kanker) dan berisiko rendah. Ada 15 jenis yang
menyebabkan kanker, di antaranya HPV 16 dan 18 yang merupakan penyebab dari 70% kanker
serviks di Asia Pasifik dan dunia.
Cara pencegahan terbaru adalah dengan vaksinasi, terutama yang menargetkan pada HPV 16 dan
18. Vaksin akan meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan
menghancurkan virus ketika masuk ke dalam tubuh, sebelum terjadi infeksi.
Vaksin sebaiknya dilakukan sejak masa remaja, yaitu sejak usia 10 tahun pada orang Indonesia
dengan jadwal vaksinasi bulan ke-0, 1, dan 6. Pada usia ini anak sudah mulai memasuki masa
reproduktif dan belum terkontaminasi oleh virus HPV. Sehingga dengan vaksinasi, respons titer
antibodi yang terbentu jauh lebih tinggi dibandingkan usia dewasa, menurut Karel Staa, MD.
Vaksin ini dikalkulasi dapat memberi pertahanan selama 5-6 tahun. Seperti vaksin pada umumnya,
vaksin ini tidak sepenuhnya memberi perlindungan 100% terhadap kanker serviks. Oleh karena itu,
vaksinasi bersama skrining serta usaha mengurangi faktor risiko dapat mengurangi risiko terkena
kanker serviks. Sekaligus dapat menurunkan jumlah penderita kanker serviks di Indonesia.
Sumber: Semijurnal Farmasi & Kedokteran, No. 52, Juni 2008.
Kanker Leher Rahim merupakan kanker peringkat pertama di Indonesia. Penyebabnya
belum diketahui secara pasti, tetapi 95% kasus ditemukan HPV (Human Pappiloma Virus)
positif. Faktor risiko penyebab Kanker Leher Rahim antara lain :
o Menikah atau melakukan hubungan seksual pada usia muda (< 17 tahun)
o Sering berganti-ganti pasangan seksual dan berhubungan seksual dengan pria yang
sering berganti-ganti pasangan seksual
Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid atau sesuai petunjuk
dokter. Pap smear sebaiknya dilakukan 1 kali setahun oleh setiap wanita yang sudah
melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan di Pusat Diagnostik
Budi Sehat Solo (Jl. S. Parman 131) - Telp. (0271) 648026, dan di Sragen (Jl. Raya
Sukowati 524) - Telp. (0271) 5890919.
Lakukan Pap smear secara rutin agar Kanker Leher Rahim lebih cepat dideteksi
dan lebih besar kemungkinan sembuh.