Proses basah
Bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam jumlah
tertentu serta dicampurkan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 2540% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary klin)
Tanur lebih panjang, 90-120 m, karena memerlukan zone dehidrasi yang lebih
panjang untuk mengendalikan kadar air
Pemakaian bakar lebih banyak
Waktu produksi menjadi lebih lama
Pencampuran lebih homogen karena berbentuk buburan
Debu yang dihasilkan relatif sedikit
Pengangkutan bahan lebih, dapat dipakai pompa
Proses kering
Bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam raw mill dalam keadaan kering
dan halus dan hasil penggilingan (tepung baku) dengan kadar air 0,5-1%
dikalsinasikan dalam rotari klin. Proses ini menggunakan panas sekitar 15001900 kcal/kg klinker.
b. Sement Portland
a. Sement Portland Type I (Ordinary Portland Cement) untuk keperluan konstruksi bangunan
biasa yang tidak memerlukan persyaratan khusus, seperti bangunan rumah pemukiman,
gedung-gedung, dll. Mengandung 5% MgO, 2,5-3% SO3
b. Semen Portland Type II (Moderate Heat Portland Semen) untuk keperluan beton yang
memerlukan ketahanan sulfat atau panas hidrasi sedang. Biasanya semen ini digunakan untuk
bangunan pinggir laut (pelabuhan), aliran irigasi, landasan jembatan, dll. Mengandung 20%
SiO2, 6% Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO, 8%C3A
c. Semen Portland Type III ( High Early Strength Portland Cement) Dipakai untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan
terjadi. Biasanya digunakan untuk daerah yang bersuhu dingin, bangunan bertingkat, dan
bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap sulfat. Mengandung 6%
MgO, 3,5-4,5% Al2O3, 35% C3S, 40% C2S, 15% C3A
d. Semen Portland Type IV (Low Heat Portland Cement) penggunaanya memerlukan panas
hidrasi rendah karena mengandung C4AF dan C2S lebih banyak. Digunakan untuk bangunan
di daerah panas, pembuatan beton atau konstruksi berdimensi tebal. Mengandung 6,5% MgO,
2,3% SO3, 7% C3A
e. Semen Portland Type V (Sulfate Resistance Portland Cement) semen portland dengan daya
tahan sulfat yang tinggi, termasuk tahan terhadap larutan garam sulfat dalam air. Digunakan
untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri, dll. Mengandung
6% MgO, 2,3% SO3, 5% C3A
f. Oil Well Cement (OWC)
Adalah semen portland yang dicampur dengan bahan retarder khusus seperti lignin,
asam borat, casein, gula, atau organic hidroxid acid. Digunakan untuk pembuatan lapisan
sumur minyak yang dalam dan untuk menyumbat sumur setelah dibor. Mengandung 6%
MgO, 3% SO3, 48-65% C3S, 3% C3A, 24% C4AF+2C3A, 0,75% alkali (N2O)
Class A, digunakan untuk kedalaman 1830 m.
Class B, digunakan untuk kedalaman 1830 m, dengan ketahanan terhadap sulfat tingkat
menengah dan tinggi.
Class C, untuk kedalaman 1830 m, dengan ketahanan awal yang tinggi dan ketahanan sulfat
tingkat menengah dan tinggi.
Class D, Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 sampai 3050 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang.
Class E, Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4270 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
Class F, Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4880 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
Class G, Digunakan untuk kedalaman 2440 m, sering disebut juga dengan basic OWC karena
adanya penembahan aditif sehingga dapat digunakan untuk berbagai kedalaman.
g. Sement Portland Campur (Mixed Cement)
Disebut juga Super Masonry Cement. Adalah semen hidraulik yang digunakan
sebagai adukan konstruksi masonry. Digunakan untuk konstruksi ringan, sedang, untuk
plesteran, pemasangan bata dan bahan bangunan.
h. Semen Putih
Adalah semen yang dibuat dengan bahan baku batu kapur yang mengandung oksida
besi dan oksida magnesia yang rendah. Digunakan untuk plamir tembok, pembutan tekel /
traso, pemasangan keramik, tegel dan marmer. Mengandung 24,2% SiO2, 4,2% Al2O3,
0,39% Fe2O3, 65,8% CaO, 1,1% MgO, 0,02% Mn2O3
Sement non-Portland
c. saya masih ragu-ragu gambar mana yang mendekati benar ,,, kurang lebih yaa seperti
ini :