Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh persen dari seluruh hernia pada dinding abdomen muncul di
dalam inguinal. Perbandingan hernia indirek dengan hernia direk 2:1, sementara
hernia femoralis memiliki proporsi yang lebih sedikit. Hernia inguinalis kanan lebih
sering daripada sebelah kiri. Rasio perbandingan laki-laki dan perempuan 7:1. Tujuh
ratus lima puluh ribu hernia inguinalis dilakukan hernioraphy di Amerika Serikat,
25.000 di antaranya hernia femoralis, 166.000 hernia umbilikal, 97.000 untuk hernia
insisional, dan 76.000 untuk hernia pada dinding abdomen.1
Angka kejadian hernia femoralis kurang dari 10% dari semua hernia yang
terjadi, tetapi 40% dari kejadiannya adalah emergency yang disertai dengan
inkarserasi dan strangulasi. Angka kematian pada operasi emergency lebih tinggi
daripada operasi secara elektif. Hernia femoralis lebih sering pada orang yang lebih
tua, biasanya pada laki-laki yang sebelumnya punya riwayat operasi hernia
inguinalis.1
Prevalensi hernia inguinal pada laki-laki sangat dipengaruhi umur. Hernia
inguinal kongenital lebih sering terjadi pada individu dengan berat badan lahir
rendah, terutama pada sisi sebelah kanan. Berdasarkan penelitian pada anak laki-laki
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram, 32% dilakukan operasi hernia pada

umur 8 tahun. Untuk laki-laki dewasa, insiden meningkat berdasarkan umur, dan
sudah dilaporkan 50% pada laki-laki di atas 75 tahun.1
1.2 INSIDENSI
Hernia dinding abdomen adalah hernia yang paling sering ditemukan pada
infant dan anak-anak. Temuan klinis pada hernia ini bervariasi dari yang beresiko
terjadinya strangulasi sampai yang hanya membutuhkan perhatian khusus dari orang
tua. Perawatan pada anak-anak dengan hernia dinding abdomen dipusatkan pada
defek yang membutuhkan operasi berulang dan yang hanya membutuhkan operasi
yang sederhana.2
Hernia umbilikal adalah salah satu yang paling sering terjadi pada infant dan
anak-anak. Penyebab pastinya tidak diketahui, karena biasanya sembuh secara
spontan. Ras dan prematuritas adalah faktor predisposisi yang paling sering dikaitkan
dengan kejadian hernia umbilikal. Angka kejadian hernia umbilikal 10 kali lebih
banyak pada orang Afrika Amerika daripada orang kulit putih. Di Afrika Selatan,
perbedaan ras tidak begitu jelas. Hernia umbilikal ditemukan sebanyak 23% pada
orang kulit hitam dan 19% pada orang kulit putih. Hernia umbilikal paling sering
terjadi pada bayi yang lahir prematur dibandingkan pada bayi yang lahir cukup bulan
dan didapatkan sebanyak 75-84% pada bayi yang lahir dengan berat dibawah 1500 gr.
Meskipun hernia umbilikal ditemukan secara terisolasi dari masalah-masalah
kesehatan pada bayi. Angka kerusakan yang ditimbulkan sebanding dengan angka

kejadian hernia umbilikal, termasuk trisomi 21, hipotirodisme kongenital,


mucopolisacaridosis dan exomphalos/makroglosia/gigantisme.
Insiden hernia inguinalis indirek pada populasi umum dari bayi dan anak-anak
tidak diketahui, karena adanya variasi pada prematuritas, penyakit penyerta lainnya,
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Meskipun ada temuan terhadap beberapa
populasi kontrol, insiden mencapai 1% sampai 5%. Di sisi lainnya, perbandingan
hernia pada anak laki-laki dengan anak perempuan hingga 8:1 sampai 10:1.
Gambaran ini tergantung dari penyakit penyerta dan faktor lainnya. Bayi prematur
memiliki resiko yang lebih tinggi terkena hernia inguinalis. Dilaporkan dari 7%, 17%,
dan 30% anak laki-laki serta dari 2% anak perempuan dengan kelahiran prematur dan
berat badan lahir rendah yang lebih ditekankan memiliki resiko lebih tinggi terkena
hernia pada bayi-bayi tersebut. Penyakit penyerta akibat kelahiran prematur, seperti
penggunaan ventilator, sepsis dan enterocolitis necrotizing, tidak berkaitan dengan
insiden terjadinya hernia. Oleh karena resiko terjadinya hernia inguinalis, dengan
resiko inkarserasi mencapai 60% dalam 6 bulan pertama kehidupan, para ahli
neonatologi dan ahli bedah anak merekomendasikan operasi hernia sebelum bayi
keluar dari rumah sakit.3

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.4
2.2 EMBRIOLOGI5
Pada minggu ke 5 atau 6 kehidupan embrional, gonad terbentuk dan tampak
pada ventro medial dari urogenital ridge yang agak mengembung ke dalam coelom
sebagai struktur yang pipih di sebelah kaudal diafragma.
Badan embrio cepat memanjang sehingga tampak seakan-akan gonad
bergerak ke kaudal, dan kira-kira pada minggu ke 10 akan terletak di dekat annulus
inguinalis internus. Sekitar bulan ke 3 kehidupan embrional, peritoneum tampak
menonjol ke dinding ventral abdomen sebagai prosesus vaginalis peritonei. Pada
waktu ini testis terletak di dekat penonjolan prosesus vaginalis peritonei tersebut,
yaitu setinggi annulus inguinalis internus. Penonjolan peritoneum melalui anulus
inguinalis internus dan testis yang bergerak ke bawah mengikuti gubernakulum,
merupakan permulaan fase ekternal dari desensus gonad. Pada bulan ke 7 atau 8
testis turun melalui kanalis inguinalis internus dan keluar melalui kanalis inguinalis

eksternus mengikuti sentral fiber gubernakulum. Pada bulan ke 8, testis biasanya


sudah berada dalam skrotum dan prosesus vaginalis peritonei masih terbuka.
Pada bulan ke 9 prosesus vaginalis peritonei akan mengalami regresi sehingga
menutup sempurna setinggi batas atas kanalis inguinalis dan hanya tinggal sebagai
jaringan fibrotik. Kegagalan sebagian atau seluruh obliterasi/regresi prosesus
vaginalis peritonei mengakibatkan sakus vaginalis tetap terbuka dan merupakan
faktor predisposisi terjadinya hernia inguinalis lateralis atau predisposisi terjadinya
pada bayi dan anak.
Prosesus vaginalis peritonei dapat mengalami kegagalan obliterasi total
sehingga langsung terjadi hernia skrotalis atau berobliterasi sampai ketinggian
tertentu hingga dapat terjadi hernia inguinalis tertentu.
2.3 ANATOMI
Semua hernia dinding abdomen terdiri dari cavum peritoneal yang menonjol
keluar melalui suatu lokus minoris atau defek pada lapisan muskuler dari abdomen.
Defek bisa kongenital maupun akuisita.6
a. Dinding Perut7
Anatomi dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari :
1. Kutis
2. Lemak subkutis

3. Fasia skarpa
4. Muskulus obligus eksterna
5. Muskulus obligus abdominis interna
6. Muskulus abdominis tranversal
7. Fasia transversalis
8. Lemak peritoneal
9. Peritoneum.

Gambar 1. Otot-otot perut di atas linea arcuata

Gambar 2. Otot-otot perut di bawah linea arcuata

b. Regio inguinalis7
1. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial
bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah
aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Pada dasarnya kanalis inguinalis merupakan bagian dari dinding depan


abdomen. Kanalis inguinalis pada anak terutama pada bayi relatif lebih pendek dan
terletak antara musculus oblikuus abdominis internus dan musculus oblikuus
abdominis eksternus. Kanalis inguinalis ini dilewati funikulus spermatikus pada lakilaki dan ligamentum teres uteri (round ligament) pada anak perempuan.
Anulus inguinalis internus adalah pintu masuk hernia inguinalis ke dalam
kanalis inguinalis dan terletak pada fasia transversa. Annulus inguinalis eksternus
terletak subkutan dan terbentuk pada celah antara serabut muskulus oblikus
abdominis eksternus. Anulus inguinalis eksternus terletak lebih medial dan kaudal
daripada anulus inguinalis internus. Dengan demikian jika terjadi peninggian tekanan
intra abdominal maka dinding belakang kanalis inguinalis akan terdorong ke depan
berdekatan/melekat pada dinding depan kanalis inguinalis sehingga menutup dan
memperkuat kanalis inguinalis.

Gambar 3. Kanalis inguinalis

2. Kanalis femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis
dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena
femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis
keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi
ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis.
2.4 PATOGENESIS
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia
dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang yang sehat, ada tiga
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia

inguinalis,

yaitu

kanalis

inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis


yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir
tidak

berotot. Gangguan

hernia.4

pada

mekanisme

ini dapat menyebabkan terjadinya

10

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang


lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada
umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis
paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai
prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %.
Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus
inguinalis yang cukup besar.4
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah
apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia
disebut hernia skrotalis.4
Hernia pada anak umumnya asimtomatik, tapi kadang-kadang bergejala.
Keluhan yang khas ialah adanya benjolan pada daerah inguinalis atau skrotalis yang
hilang timbul. Benjolan akan timbul pada waktu anak mengejan, menangis atau
berlari-lari, dan akan hilang pada saat anak tidur. Benjolan ini apabila ditekan akan

11

menghilang. Walaupun tak bergejala, tapi kadang-kadang anak merasa gelisah dan
iritable, terutama kalau hernianya besar atau berisi usus. Anak yang lebih besar
kadang-kadang merasa sakit pada daerah lipat paha kalau sedang melakukan
kegiatan. Rasa sakitnya samar-samar atau menahun, atau kadang-kadang ada yang
rasa sakitnya mendadak dan hebat sekali serta sukar ditentukan bahwa rasa sakit ini
disebabkan oleh hernia.5
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.4
Hidrokel berbeda dengan hernia, karena sifatnya lebih tetap dan batas
permukaan bagian atas jelas, serta tidak teraba hubungannya dengan funikulus
spermatikus. Pada pembesaran kelenjar limfe inguinalis biasanya terletak lebih lateral
dari kanalis inguinalis, dan terkadang pada anak wanita diduga sebagai hernia karena
konsistensi kelenjar limfe sama dengan konsistensi ovarium. Hidrokel pada funikulus
spermatikus dapat menyerupai hernia inkarserata dan sering dilakukan pembedahan
untuk mengetahuinya.5

12

Sama halnya dengan hernia, insiden hidrokel lebih banyak terjadi pada bayi
laki-laki. Hidrokel noncommunicata, tidak berhubungan dengan patent prosesus
vaginalis dan tidak mencetuskan hernia, lebih sering pada bayi laki-laki dan dapat
sembuh sendiri, biasanya menghilang dalam 6-12 bulan.3
2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi terhadap rongga abdomen :7
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara
keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal
(direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.
2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada di dalam dinding abdomen.
3. Hernia interna, yaitu hernia yang kantongnya berada di dalam rongga abdomen
seperti

hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.

Gambar 4. Hernia Interna

13

Berdasarkan urgensi terapi :


1. Hernia reponibel, yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.4
2. Hernia ireponibel, yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke
abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis

hernia

ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan


vaskularisasi.4
3. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, dimana isi kantong hernia tidak
dapat masuk kembali ke rongga peritoneal akibat terjadi jepitan oleh anulus
inguinalis, sehingga terjadi gangguan pasase segmen usus yang terjepit.8
4. Hernia strangulata, yaitu hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi,
mulai dari bendungan sampai nekrosis.4
Sedangkan berdasarkan lokus minoris hernia diklasifikasikan menjadi:
A. Hernia inguinalis
Pada kehidupan 12 minggu intrauterine terjadi penonjolan peritoneum melalui
anulus inguinalis internus menuju ke scrotum melalui kanalis inguinalis. Penonjolan
peritoneum disebut sebagai prosesus vaginalis. Pada wanita disebut kanal Nuck. Pada

14

laki-laki prosesus vaginalis jarang mencapai scrotum kecuali diikuti penurunan testis.
Dalam keadaan normal prosesus vaginalis mengalami obliterasi sempurna kecuali
yang menempel pada testis membentuk tunika vaginalis. Hernia terjadi apabila
prosesus vaginalis gagal obliterasi dan tetap lebar terbuka sehingga organ
intraperitoneal seperti usus, ovarium dan sebagainya dapat masuk ke dalam kantong
hernia.8
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong
hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua
lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking,
pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia
dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan
apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau
ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang

15

menyentuhnya adalah hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang
teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.4
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak
dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan
adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.7
Komplikasi4
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum atau organ
ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat pula isi hernia
terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia strangulata. Jepitan
cincin

hernia

akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam
hernia dan terjadi transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem akan
menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat
serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang
akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan
dengan rongga perut.

16

Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit,
dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan
vaskularisasi terjadi keadaan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia.
Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum. Hernia strangulata adalah
keadaan emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya.
a. Hernia inguinalis indirek (lateral)7
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup.
karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

17

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul
hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian
tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuista.
b. Hernia inguinalis direk (medialis)7
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke
anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena
epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini
tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini
sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak
pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah
mengalami strangulasi atau inkaserata.
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah
peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom
Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan
pada perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringanjaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis biasanya
pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering dirasakan penderita
hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan intensitas nyeri
semakin meningkat apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat.

18

B. Hernia femoralis
Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di bawah
ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di
lateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anakanak. Pintu masuk dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi
hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar dari fosa ovalis di lipat paha.1
Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal yang
kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan
menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan
multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Penderita dengan
hernia femoralis sering mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan yang dapat di
palpasi dalam lipat paha. Nyerinya bersifat nyeri tumpul dan jika telah terjadi
obstruksi dapat menimbulkan muntah dan gangguan konstipasi. Hernia femoralis
sering terjadi inkaserata dan biasanya terjadi dalam 3 bulan atau lebih. Apabila
sudah terjadi inkaserata maka penderita akan merasakan nyeri yang begitu hebat dan
dapat terjadi shock. Pembengkakan sering muncul di bawah ligamentum inguinal.7

19

Terapi konservatif tidak dianjurkan, karena tingginya insiden terjadinya


strangulasi di kemudian hari. Terapi yang dilakukan pada penderita hernia femoralis
adalah operasi.10

Gambar 5. Hernia berdasarkan lokus minoris


C. Hernia Lain
1. Hernia Umbilikalis
Cacat fascia umbilicus sering terjadi pada neonatus, terutama pada bayi
premetur. Insidensnya lebih tinggi pada orang kulit hitam, pada kebanyakan anakanak, ukuran annulus umbilikalis secara progresif berkurang dan akhirnya ia
menutup. Penonjolan usus melalui cacat ini jarang mengakibatkan inkarserasi. Karena
dua faktor ini, tindakan bedah ini tidak diindikasikan kecuali kalau usus tersebut

20

mengalami inkarserasi atau kalau tidak cacat fasia tersebut berdiameter lebih dari 1,5
cm setelah berumur 3 tahun.9

Gambar 6. Lokasi hernia lainnya


2. Hernia Paraumbilikalis.
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan
jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.4
3. Hernia Ventralis
Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal. Cacat
ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya direkomendasikan.
Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang maka tindakan ini relatif jelas dan
memuaskan tetapi apabila hernia ventralisnya besar dan fasianya jelek, merupakan
prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan

21

adalah operasi dengan memobilisasi jaringan dengan cermat dan untuk mencapai
penutupan langsung primer jika mungkin.7
4. Hernia Epigastrika
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan
atau tanpa kantong peritoneum.4
5. Hernia Lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga terbalik
dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk
segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas
m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m. Latisimussdorsi. Trigonum
petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.obligus
eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m. Latisimuss dorsi. Dasar
segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan tutupnya adalah fasia
superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik
tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII atau di tepi
kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia.
Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak.
Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan
juga penutupan defek.4

22

6. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.2
Meskipun Littre pertama kali menjelaskan suatu hernia yang berhubungan
dengan hernia femoralis, namun penyebaran relatif dari hernia Littre meliputi :
inguinal 50%, femoral 20%, umbilikal 20% dan lain-lain 10%. Hernia Littre di
inguinal lebih sering pada laki-laki dan di sebelah kanan. Gambaran klinik sama
dengan hernia Richter, saat terjadi strangulasi, nyeri, demam, dan selanjutnya muncul
manifestasi dari obstruksi usus. Penatalaksanaannya terdiri atas operasi hernia, dan
jika mungkin, eksisi diverticulum. Jika terdapat keadaan akut divertikulitis Meckel,
maka massa dengan inflamasi akut tersebut harus diangkat melalui insisi abdomen
terpisah.6
7. Hernia Spieghel
Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70
tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi dikanan
dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc
burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi
hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan
hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis dan m.abdominis
internus.4

23

8. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk
ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong
hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial,
sering secara Richter atau total. Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya
keluhan nyeri seperti ditusuktusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian
medial paha akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda Howship Romberg) yang
patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan
hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah
dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.4
9. Hernia Perinealis
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder
setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara
abdominoperineal. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang
mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan
rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi
abdominal dan perineal.4

24

10. Hernia Pantalon


Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan
hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira
kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi.4
11. Hernia Scrotalis
Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum.
Kadang ditemukan hernia scrotalis sangat besar. Diagnosis ditegakkan atas dasar
benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak
adanya pembatasan jelas di sebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui
annulus eksternus.4
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elephantiasis scrotum. Testis
yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. Hidrokel hampir
selalu menunjukkan adanya cairan peritoneum yang terperangkap di dalam suatu
prosesus vaginalis yang paten; oleh karena itu mereka biasanya disebut hidrokel
komunikans. Hidrokel khas merupakan massa lunak, tak nyeri tekan, letaknya
membujur, dan transiluminasinya positif. Adanya cairan secara tiba-tiba yang terbatas
pada daerah testis mungkin menunjukkan hidrokel nonkomunikans akibat torsi testis
atau testicular appendage, atau epididimo-orkhitis. Pemeriksaan rectal dan palpasi sisi

25

peritoneal dari annulus internus dapat membedakan suatu hernia inkarserata dan
hidrokel atau massa inguino-skrotal lainnya. 9
12. Hernia Richter
Hernia yang pertama ditemukan oleh Richter (1778) ini jarang ditemukan,
kebanyakan ditemukan pada hernia femoralis atau obturatoria. Biasanya sebagian
dinding usus antemesentrial mengalami inkarserasi karena pintu hernia kecil dengan
tepi keras dan tajam. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi
perforasi usus yang pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah inguinal.4
13. Hernia Labialis
Hernia labialis adalah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium
mayus. Secara klinis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu
berdiri dan mengedan, dan hilang pada waktu berbaring. Pada diagnosis banding
dipikirkan hernia femoralis dan kista di kanalis Nuck yang menonjol di kaudal
ligamentum inguinale dan di lateral tuberkulum pubikum. Kista kanalis Nuck teraba
sebagai kista dengan batas jelas di sebelah kraniolateral berlainan dengan hernia
indirek dan tidak dapat direposisi.4

26

2.6 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding hernia femoralis antara lain limfadenitis yang sering
disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum,
anus atau kulit tubuh kaudal dari umbilikus. Lipoma kadang tidak jarang dapat
dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal pada hernia femoralis.
Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara vena safena magna dengan
atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak.
Ketika batuk atau mengedan benjolan variks membesar dengan gelombang dan
mudah dihilangkan dengan tekanan. Abses dingin yang berasal dari spondilitis
torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan
strangulasi yang telah mengalami gangguan vitalitas isi hernia, memberikan
gambaran nyata yang keluar adalah isi usus bukan nanah. Untuk membedakannya,
perlunya diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan aktivitas,
seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian tekanan
intraabdominal. Sedangkan penyakit lain seperti torsio testis atau limfadenitis
femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian.4
Hernia inguinalis harus dibedakan dari hidrokel dari spermatic cord,
limfadenopati atau abses inguinal, varicocele, dan hematom residual yang mengikuti
trauma atau perdarahan spontan pada pasien yang menggunakan antikoagulan. Tidak
turunnya testis ke dalam kanalis inguinalis harus dipertimbangkan saat testis tidak
ditemukan di dalam skrotum. Diagnosa banding dari hernia epigastrik adalah ulkus

27

peptikum, penyakit duktus biliaris, hiatus hernia, pankreatitis, dan obstruksi saluran
cerna bagian atas.6
2.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada anak-anak.
Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri memegang isi hernia dengan
membentuk corong dan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibanding orang
dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-anak masih elastic
dibanding

dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan

anak

dengan

pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil
maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika reposisi tidak berhasil
dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi sesegera mungkin.4
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia
yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur hidup.
Cara ini mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-

28

anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis.4
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, Kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.4
Pada bayi dan anak-anak dengan hernia congenital lateral yang faktor
penyebabnya adalah adanya prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan
annulus inguinalis internus cukup elastic dan dinding belakang kanalis cukup kuat,
hanya dilakukan herniotomi tanpa hernioplasti.4
Hernia inkarserata pada bayi biasanya dapat direduksi pada saat permulaan
sebelum operasi. Ini dicapai dengan melakukan sedasi dengan meperidin (Demerol),
2mg/kg BB, dan sekobarbital, 2 mg/kg BB dan meninggikan kaki tempat tidur
mencegah agar tekanan intra abdomen tidak bekerja pada daerah inguinal. Bila bayi
tersebut telah disedasi dengan baik, hernianya dapat direduksi dengan tekanan
berlahan-lahan pada annulus internus sedemikan rupa sehingga mendorong usus ke
dalam kavum abdomen, selama tindakan ini, pengisapan nasogastrik dan pemberian
cairan intravena dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi distensi usus

29

dan kehilangan cairan elektrolit. Bila usus tidak direduksi setelah beberapa jam, maka
perlu dilakukan operasi. Bila hernianya tereduksi, perbaikan operatif harus ditunda
selama 24 jam untuk mengurangi udem di dalam jaringan. Feses yang berdarah dan
udem yang jelas atau warna kulit di sekitar lipat paha yang berubah menjadi
kemerahan memberikan kesan hernia strangulata dan reduksi usus tidak boleh dicoba.
Perbaikan darurat dari hernia inguinalis inkarserata secara teknis sulit karena jaringan
yang udem tersebut rapuh dan mudah robek. Usus yang gangren harus direseksi,
tetapi perubahan warna testis dan ovarium menjadi hitam sebagai akibat dari
pendarahan tidak memerlukan eksisi gonad.9

30

BAB III
RINGKASAN
1. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan.
2. Hernia lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
3. Bayi prematur memiliki resiko yang lebih tinggi terkena hernia inguinalis.
4. Hernia diklasifikasikan berdasarkan lokasi terhadap rongga abdomen, urgensi
terapi serta lokus minoris.
5. Penatalaksanaan hernia pada anak-anak adalah herniotomi

31

DAFTAR PUSTAKA
1.

Robert JF. Cs, Inguinal Hernias, In Brunicardi FC, Schwartzs Principles of


Surgery, Volume II, Eight edition, McGraw Hill Medical Publishing Division,

2.

2005 : 1354
Garcia, VF.,Umbilical and Other Abdominal Wall Hernias, In Ashcraft, KW. Cs,

3.

Pediatric Surgery, Fourth edition, Elsevier Saunders. 2005 : 670


Weber, TR. Cs, Groin Hernias and Hydroceles, In Ashcraft, KW. Cs, Pediatric

4.

Surgery, Fourth edition, Elsevier Saunders. 2005 : 697&699


Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit

5.

EGC. Jakarta. 1997 : 696-719


Mantu, Farid Nur, Prof. Dr. Catatan Kuliah Bedah Anak, Penerbit EGC. Jakarta.

6.

1993 : 22-8
Deveney, KE., Hernias and Other Lesions of the Abdominal Wall, In Way, LW.
Cs, A Lange Medical Book Current Surgical Diagnosis & Treatment, 11th

7.
8.

edition, McGraw Hill. 2003 : 783&794


Hernia_files_fkur dalam www.google.com
Kartono, Darmawan, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Penerbit Binarupa

9.

Aksara. Jakarta. 1995 : Hal. 131-2


Schrock, Theodore R. Ilmu Bedah edisi 7, Penerbit EGC. Jakarta. 1995 : Hal.

497-8
10. Atwell, JD., Femoral Hernia, In Dudley H. Cs, Rob & Smiths Operative Surgery
Pediatric Surgery, Fourth edition, Butterworths. 1988 : 225

Anda mungkin juga menyukai