Anda di halaman 1dari 2

HEALTH BELIEF

Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi


perilaku kesehatan intrapersonal. Health Belief Model adalah perubahan prilaku
kesehatan dan model psikologis dikembangkan oleh M. Rosenstock pada tahun
1966 untuk mempelajari dan mempromosikan peningkatan pelayanan kesehatan.
Model ini ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada 1970-an dan 1980-an. Teori
Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan
mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini
dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi
upaya yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya,
yaitu perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived
severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat
yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action
(hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat
untuk melakukan tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy
atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.
Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :
1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu
penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk
memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap
perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang
serupa.
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:
a) Ancaman
Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit(atau kesediaan menerima
diagnosa penyakit).
Persepsi tentang keparahan penyakit / kondisi kesehatannya.
b) Harapan
Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu.
c) Pencetus tindakan:
Media
Pengaruh orang lain
Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, suku
bangsa).
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan
itu).

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.


Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang
menganggap penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak
akan tertular olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat
penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan
atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk
melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri
sendiri. Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya

dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan


keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang
yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat
dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan
tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.
Model Kepercayaan kesehatan oleh Becker (1974, 1979) :
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu.
Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat mengalami
diare setiap saat. Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan
perilaku yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan jamban yang rendah
serta sumber air bersih yang dikonsumsi berpotensi tercemar oleh kuman. Tidak
adanya WC memungkinkan adanya lalat sebagai vektor penyebab terjadinya
penularan ke manusia yang sehat lainnya. Sumber air yang digunakan dari sumur
pinggir sungai/menggali lubang pasir di pinggir sungai sangat membahayakan
bilamana ada penderita cholera yang BAB disungai tersebut.
2. Menganggap masalah ini serius
Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya
kematian. Terutama akibat dehidasi berat oleh diare. Penyakit ini setiap tahunnya
merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.
3. Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan.
Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi
hebat, sehingga tidak perlu dirujuk ke RS. Pencegahan merupakan upaya terbaik
dan murah melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber
air yang steril, penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun.
Dimaksudkan memutuskan penularan penyakit diare.
4. Tidak mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk
dimasyarakat. Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kesembuhan ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan
perilaku.
Strategi Perubahan Perilaku
Ditinjau dari proses terjadinya perubahan perilaku dalam Health Belief Model
(HBM), perilaku akan berubah salah satunya yaitu jika individu diberikan
pemahaman tentang keuntungannya. Dicari dulu penyebab dari suatu perilaku
yang kurang baik, lalu diberikan penyuluhan serta informasi yang terinci tentang
keuntungan dari perbaikan perilakunya. Diperlukan waktu yang lama untuk
meyakinkan individu. Di sinilah, peran kita sebagai seorang perawat/tenaga
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai