PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain dalam air reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam
pelarut non air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan
kimia, tetapi untuk pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik
maupun anorganik. Sesungguhnya dalam reaksi titrasi bebas air ini juga
berlangsung titrasi netralisasi.
Walaupun cara ini terhitung baru namun para analis telah merasakan
betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa
yang tidak dapat larut dalam air, dapat larut dalam pereaksi yang mudah
didapat dan dikenal sehingga untuk menentukan kadarnya tidak kesulitan
dalam mencari pelarut yang lain untuk melarutkannya.
Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini adalah karena dalam
percobaan ini digunakan pelarut nonair seperti asam asetat glasial, dan
pelarut ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat.
Teori titrasi bebas air sangat singkat, air sangat dapat bersifat asam
atau basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat
berkompetisi asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal
menerima atau memberi proton.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar suatu sampel
dengan metode titrasi bebas air berdasarkan reaksi netralisis. Dalam dunia
farmasi metode titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar obat-obatan
yang bersifat asam atau basa yang sangat lemah hiingga tidak akan
terionisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil
bagian yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut
dapat mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan
reaksi netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis
dan teori Bronsted. (Roth, 1988: 232)
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau
pelarut-pelarut organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam
air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam
amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang
bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan
dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan dan
barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan
metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa garam natrium
diasamkan dahulu, kemudian senyawa yang tidak larut dalam air disari
dengan pelarut lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa dikeringkan dan
ditimbang. (Underwood, 1993: 168)
Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air
harus diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi,
tetapan dissosiasi, tetapan asam asam dan basa senyawa yang hendak
dititrasi. Yang tidak kalah penting adalah pengaruh konstante dialetrik pada
reaksi protolisis pada pelarut bukan air. (Wunas, 1986: 98)
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau
pelarut-pelarut organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam
air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam
amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang
bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan
dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan dan
barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan
metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa garam natrium
diasamkan dahulu, kemudian senyawa yang tidak larut dalam air disari
dengan pelarut lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa dikeringkan dan
ditimbang. (Ibnu Gholib, 1999: 151)
Jenis dan pengaruh pelarut dalam titrasi ini harus mendapat perhatian.
Pada dasarnya pelarut dibedakan menjadi dua jenis pelarut yaitu :
1. Pelarut aprotik
Pelarut aprotik adalah pelarut yang tidak dapat memberikan proton, yaitu
pelarut yang tidak terdisosiasi menjadi proton dan anion pelarut. Sebagai
contoh adalah pelarut benzen. Penggunaan pelarut aprotik dalam titrasi
bebas air adalah karena pelarut ini tidak dapat menyetingkatkan pada
keasaman/kebasaan asam dan basa yang bereaksi sesamanya. Selain itu
garam yang terjadi pada titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh
pelarut. Kerugiannya adalah sifatnya yang sedikit polar atau nonpolar yang
mempunyai daya larut yang amat kecil, selain itu hantaran suatu larutan
akan sangat dikurangi.
2. Pelarut protik
Pelarut protik adalah pelarut yang menunjukkan disosiasi sendiri menjadi
proton dan anion pelarut. Secara praktis pelarut yang seperti ini selalu dapat
memberi dan menerima proton. Pelarut yang seperti ini dinamakan pelarut
amfiprotik atau pelarut amfolit. Pada penggunaan pelarut aprotik keadaan
ideal ini hampir tercapai. Jika dilakukan dengan pelarut amfiprotik maka
pelarut akan bertindak sebagai peserta pada proses netralisasi dan tetapan
inisiasi, disosiasi keasaman dan kebasaan tentu akan dipengaruhi
suatu
kesamaan
yang
dinamis
antara
dua
kecepatan
dan basa
Pelarut protolitis
Atau pelarut yang disebut pelarut inert, proton-proton ini tidak
member atau menerima , misalnya benzen, nitro benzen, dan kloform.
Jika asam pikrat dilarutkan dalam benzene tidak memberikan warna,
karena asam ini tidak teroksidasi dimana benzene tidak dapat menerima
proton dari asam pikrat, kalau dalam larutan ini ditambahkan suatu basa
misalnya aniline makan akan terbentuk ion pikrat yang dilihat dari
warna kuning dar lartan.
C2(NO2)OH+C6H5NH2C6H5NH2C6H5(NO2)3O-+C6H5NH3
2.
Pelarut Amfiprotolitis
Pelarut ini dapat memberi atau menerima proton dengan demikian
dapat bersifat sebagai suatu basa atau asam salah satu pelarut dengan
golongan
ini
terpenting
dan
terbanyak
adalah
asam
cuka.
(Underwood,2002: 62)
Asam asetat glacial adalah akseptor proton yang sangat lemah
sehingga tidak berkomposisi secara efektif dengan basa lemah untuk proton.
Hanya asam yang sangat kuat akan cukup besar untuk memprotonasi asam
asetat sesuai dengan persamaan yang ditunjukkan berikut ini :
CH3COOH + HA CH3COOH2 + AAsam perklorat adalah asam yang paling kuat diantara asam-asam
yang umum didalam larutan asam asetat, dam medium titrasi yang biasanya
digunakan untuk menghilangkan air dari asam perklorat air. Basa lemah
berkompotisi sangat efektif dengan asam asetat untuk proton. Biru asetat,
merah kuinalidin, dan violet Kristal ( basa yang sangat lemah ) digunakan
sebagai indikator pada jenis titrasi air.
Pada saat basa berada dalam bentuk garam asam lemah, penghilangan
suatu ion sebelum di titrasi tidak perlu dilakukan , misalnya untuk garam
basa dengan asam lemah seperti tartat, asetat, dan suksinat. Akan tetapi, jika
basa berada dalam bentuk garam klorida atau bromide, ion lawan harus
dihilangkan sebelum titrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan penambaha
merkuri asetat ; asetat yang dibebaskan kemedium titrasi dengan asam
perklorat berasetat, hal ini ditunjukkan dalam contoh fenileflin HCl :
Hg ( CH3COO )2 + 2Cl- HgCl2 + 2CH3COO2CHCOOH2 + 2CH3COO- 4CH3COOH
Titrasi bebas air dengan asam perklorat berasetat digunakan dalam
penetapan kadar dalam farmakope untuk : adfenalin, metronidazol, kodein,
klorheksidin asetat, klorpromozin HCl, amitriptilin HCl, propranalol HCl,
lignokain HCl, dan garam amin. Kuarterner seperti neostigmin bromida dan
pantoronium bromida.
Untuk titrasi bebas air asam lemah, pelarut seperti alcohol atau pelarut
aprotik digunakan yang tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah
untuk menyumbang proton. Titran-titran yang umum digunakan adalah
litium metoksida dalam methanol atau tetrabofil ammonium hidroksida
dalam dimetil formamida. Deteksi titik akhir dapat dilakukan dengan biru
timol sebagai indicator atau secara pentosiometri.
Titrasi bebas air pada gugus yang bersifat asam dilakukan pada
penetapan kadar dalam farmakope untuk : barbitorat, urasil, dan
sulfanamida. (Watson, 2007: 79-81)
Teori titrasi bebas air ( TBA ) sanagt singkat, sebagai berikut:air dapat
bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air,
air dapat berkopetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah
dalam hal menerima atau memberi proton sebagaimana ditunjukkan pada
gambar :
H2O + H
H3O+
RNH3+
OH + BH-
RO- + BH+
kompetisi air dengan asam lemah dan basa lemah untuk memberi
dan menerima proton. (Rohman, 2007:142)
Adanya pengaruh kompetisi ini,berakibat pada kecilnyatitik infleksi
pada kurva titrasai asam sangat lemah dan basa sangat lemah sehingga
mendekati batas pH 0 14. Oleh karena itu, deteksi titik akhir titrasi sangat
sulit. Sebagai aturan umum : basa-basa dengan pKa < 7 atau asam-asam
dengan pKa > 7 tidak ditentukan kadarnya secara tepat pada media air.
Berbagai macam pelarut organik dapat digunakan untuk menggantikan air
karena pelarut-pelarut ini kurang bekompetisi secara efektif dengan analit
dalam hal menerima atau memberi proton. (Rohman, 2007: 142)
Beberapa klasifikasi pelarut telah diusulkan. Laitnen mengusulkan
empat jenis. Pelarut ampifrotik mempunyai baik sifat asam maupun basa
seperti halnya air. Air mengalami atoprototlisis, sampai dimana reaksi
B. Uraian Bahan
1. Asam asetat glasial
Nama resmi
Nama Lain
RM / BM
: CH3COOH / 60,05
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Asam perklorat
Nama resmi
: ACIDUM PERCLORAT
Nama lain
: Asam perklorat
RM/BM
: HClO4 / 100,5
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
3. Kristal violet
Nama resmi
: KRISTAL VIOLET
Nama Lain
: Gertian violet
RM / BM
: C25H30ClN3 / 408
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai indikator
Nama Resmi
: RAKSA ASETAT
Nama Lain
Rumus molekul
: (CH3CO2)3 Hg
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai Pereaksi
5. Papaverin HCl
Nama Resmi
: PAPAVERINI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain
: Papaverin HCl
RM / BM
: C20H21NO4.HCl / 375,86
Rumus Bangun
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai Sampel
BAB III
METODE KERJA
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
Penentuan konsentrasi asam perklorat
No
1.
Sampel
I
Volume HClO4
2 ml
2.
Blanko
0,05 ml
B. Perhitungan
1. Blanko = Volume titrasi Volume blanko
= 2 ml 0,05 ml
= 1,95 ml
2. mgrek Papaverin HCl
mg/BE =
mgrek Papaverin HCl
mgrek Papaverin HCl
mgrek HClO4
NxV
x 100 %
0,2078 gr
= 33,6862 %
C. Reaksi
2 HCl + (CH3CO2)2Hg
HClO4 + CH3COOH
HgCl + 2 CH3COOH
CH3COOH2+ + ClO4-
+ CH3COOH2+
+ CH3COOH
BAB V
PEMBAHASAN
Titrasi Bebas Air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut tetapi digunakan pelarut organik. Titrasi ini dilakukan pada zat-zat asam
atau basa lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkoloida. Alkoloida sukar
larut dalam air seperti garam-garam amina dimna garam-garam di rombak dulu
menjadi basa bebas yang larut dalam air. Pelarut yang ang bisa digunakan aalah
berupa senyawa organik yng bersifat asam atau basa lemah, dimana warna
molekulnya berbeda dengan warna bentuk ionnya. Senyawa yang dapat ditirasi
dengan metodi ini yaitu, Papaverin HCl, Efedrin HCl, dan Morfin HCl.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar Papaverin HCl, dimana
sampel yang digunakan 200 gr yang kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian dilarutkan dengan 10 ml asam asetat glasial, lalu ditambahkan
indikator
dengan HClO4 sampai larutan berwarna hijau zamrud. Titik akhir titrasi ditandai
dengan tepat berubahnya warna larutan dari ungu menjadi hijau zamrud lalu
dihitung kadar papaverin HCl serta dilakukan blanko.
Titrasi bebas air adalah titrasi yang dilakukan untuk larutan yang tidak
dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut-pelarut organik lainnya,
digunakan pelarut organik karena asam dan basa lemah seperti halnya asam-asam
organik atau alkoloida hanya larut dalam pelarut organik. Dalam percobaan ini
semua alat harus dibebas airkan. Tidak digunakannya air dalam percobaan kali ini
karena kadar yang terkandung didalam pereduksi (pentiter, pelarut, dan indikator)
sangat tinggi. Selain itu, air bersifat asam lemah dan basa lemah, oleh karena itu
dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa
yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberikan proton.
Alasan penggunaan bahan, digunakan asam perklorat karena asam
perklorat merupakan asam yang lebh kuat dari pada asam asetat dan larut baik
dalam asam asetat. Digunakan asam asetat glasial karena dalam lingkungan asam
reaksi akan lebih cepat terjadi berlangsung. Digunakan raksa asetat karena raksa
astat dapat mengikat HCl yang ada pada papavedrin HCl sehingga HCl tersebut
tidak ikut bereaksi. Digunakan indikator kristal Violet agar titik akhir titrasi dapat
terlihat jelas.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi blanko. Titrasi blanko dapat dilakukan
dengan mentitrasi asam asetat glasial dengan indikator krital violet.
Dalam percobaan ini, akan terbentuk HgCl2 dan asam asetat melalui reaksi
antara HCl yang direkasikan dengan Raksa (II) asetat ( (CH 3CO2)2Hg) . asam aetat
yang terbentuk akan bereaksi dengan asam perklorat (HClO 4) membentuk
CH3COOH2+ dan ClO4-. Ion CH3COOH2+ yang terbentuk bereaksi dengan
papaverin HCl membentuk
2 CH3COOH
berdasarkan reaksi di atas air akan terikat dengan asam asetat anhidrat sehingga
akan membentuk asam asetat.
Adapun hasil yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu sampel Papaverin
HCl memiliki berat 0,2078 gr, volume titrasinya 2 ml, kadarnya 33,6862 %. Hasil
ini tidak sesuai dengan literatur dimana kadar rata-rata papaverin HCl tidak
kurang dari 99,0 % dan adapun hasil blanko yang diperoleh dalam percobaan ini
yaitu 1,95 ml.
Hubungan dalam dunia Farmasi digunakan untuk menentukan kadar obatobatan seperti Destromelfaton, Etil morfin hidroksida dan sebagian besar obatobatan yang bersifat asam atau basa lemah.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut
kadar Papaverin HCl 33,6862 %. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur
dimana kadar rata-rata Papaverin HCl tidak kurang dari 99,0 %.
B. Saran
Laboratorium
Alat dan bahan agar lebih dilengkapi agar praktikum berjalan lancar
Asisten
Agar lebih sabar mendampingi praktikan
DAFTAR PUSTAKA
SKEMA KERJA
Lakukan Blanko