Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selain dalam air reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam
pelarut non air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan
kimia, tetapi untuk pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik
maupun anorganik. Sesungguhnya dalam reaksi titrasi bebas air ini juga
berlangsung titrasi netralisasi.
Walaupun cara ini terhitung baru namun para analis telah merasakan
betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa
yang tidak dapat larut dalam air, dapat larut dalam pereaksi yang mudah
didapat dan dikenal sehingga untuk menentukan kadarnya tidak kesulitan
dalam mencari pelarut yang lain untuk melarutkannya.
Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini adalah karena dalam
percobaan ini digunakan pelarut nonair seperti asam asetat glasial, dan
pelarut ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat.
Teori titrasi bebas air sangat singkat, air sangat dapat bersifat asam
atau basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat
berkompetisi asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal
menerima atau memberi proton.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar suatu sampel
dengan metode titrasi bebas air berdasarkan reaksi netralisis. Dalam dunia
farmasi metode titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar obat-obatan
yang bersifat asam atau basa yang sangat lemah hiingga tidak akan
terionisasi.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembakuan suatu zat dengan
metode volumetri.
2. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar papaverin HCl dengan metode titrasi bebas air.
C. Prinsip Percobaan
Penetapan kadar papaverin HCl dengan menggunakan metode titrasi
bebas air berdasarkan reaksi netralisasi antara sampel dengan titran dimana
dengan menggunakan pelarut organik dan titran HClO4 0,0956 N dan
indikator kristal violet dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna larutan dari ungu menjadi hijau zamrud.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum
Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil
bagian yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut
dapat mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan
reaksi netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis
dan teori Bronsted. (Roth, 1988: 232)
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau
pelarut-pelarut organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam
air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam
amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang
bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan
dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan dan
barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan
metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa garam natrium
diasamkan dahulu, kemudian senyawa yang tidak larut dalam air disari
dengan pelarut lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa dikeringkan dan
ditimbang. (Underwood, 1993: 168)
Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air
harus diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi,
tetapan dissosiasi, tetapan asam asam dan basa senyawa yang hendak
dititrasi. Yang tidak kalah penting adalah pengaruh konstante dialetrik pada
reaksi protolisis pada pelarut bukan air. (Wunas, 1986: 98)
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau
pelarut-pelarut organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam

air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam
amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang
bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan
dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan dan
barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan
metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa garam natrium
diasamkan dahulu, kemudian senyawa yang tidak larut dalam air disari
dengan pelarut lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa dikeringkan dan
ditimbang. (Ibnu Gholib, 1999: 151)
Jenis dan pengaruh pelarut dalam titrasi ini harus mendapat perhatian.
Pada dasarnya pelarut dibedakan menjadi dua jenis pelarut yaitu :
1. Pelarut aprotik
Pelarut aprotik adalah pelarut yang tidak dapat memberikan proton, yaitu
pelarut yang tidak terdisosiasi menjadi proton dan anion pelarut. Sebagai
contoh adalah pelarut benzen. Penggunaan pelarut aprotik dalam titrasi
bebas air adalah karena pelarut ini tidak dapat menyetingkatkan pada
keasaman/kebasaan asam dan basa yang bereaksi sesamanya. Selain itu
garam yang terjadi pada titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh
pelarut. Kerugiannya adalah sifatnya yang sedikit polar atau nonpolar yang
mempunyai daya larut yang amat kecil, selain itu hantaran suatu larutan
akan sangat dikurangi.
2. Pelarut protik
Pelarut protik adalah pelarut yang menunjukkan disosiasi sendiri menjadi
proton dan anion pelarut. Secara praktis pelarut yang seperti ini selalu dapat
memberi dan menerima proton. Pelarut yang seperti ini dinamakan pelarut
amfiprotik atau pelarut amfolit. Pada penggunaan pelarut aprotik keadaan
ideal ini hampir tercapai. Jika dilakukan dengan pelarut amfiprotik maka
pelarut akan bertindak sebagai peserta pada proses netralisasi dan tetapan
inisiasi, disosiasi keasaman dan kebasaan tentu akan dipengaruhi

Pengaruh pelarut aprotik terhadap titrasi bebas air adalah senyawa


HCl yang dilarutkan akan tidak bereaksi dengan pelarut, karena itu kekuatan
asamnya tidak berkurang. Sebagai ukuran untuk kekuasaan asam adalah
afinitas proton. Makin kuat proton terikat makin sedikit proton yang
diberikan dan asamnya akan semakin meningkat/kuat. Begitupun dengan
basa. (Rivai, 1995: 142-144)
Kesetimbangan dapat didefenisikan sebagai suatu kesetimbangan
antara dua kekuatan yang bertentangan persyaratan tersebut berlawanan,
melainkan

suatu

kesamaan

yang

dinamis

antara

dua

kecepatan

kesetimbangan kimia mengangkut konsentrasi dan reaktan dan tetapan


produk. Semua reaksi kimia, kemungkinan besar tanpa kecuali berlangsung
dalam dua arah jika hasil reaksi yang terbentuk tidak dihilangkan. Tetapi ada
juga reaksi yang hamper sempurna dan untuk tujuan praktis bisa dikatakan
tidak dikembalikan lagi (irreversible). Topik kesetimbangan kimia
membicarakan sistem reversible yang sebenarnya dan termasuk reaksi sperti
anisasi, elektrolit lemah. (Alfrad Martin, 1990: 302)
Analisis volumetrik juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat
dibiarkan bereksi dengan zat yang lain konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang
diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratanya adalah reaksi harus
berjalan cepat, reaksi berlansung kuantitatif dan tidak salah dalam memilih
indikator. (Khopkar, 1990: 83)
Dalam menguji suatu reaksi untuk menetakan apakah reaksi itu
digunakan untuk suatu titrasi, embuatan suatu titrasi atau kurva titrasi asam
membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi. Terdiri
dari suatu alur pH atau poH versus volume ml titran. Kurva semacam itu
membentuk dalam mempertimbangkan kebanyakan suatu titrasi dan dalam
memilih indicator yang tepat. (Underwood, 2002: 211)
Zat-zat anorganik dapat didesifikasikan dalam tiga golongan penting,
asam, basa, atau garam. Asam didefenisikan sebagai zat bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion ion hydrogen
sebagai suatu satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hamper

sempurna dengan pengenceran yang sedang karena itu ia merupakan


elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi, hanya sedikit pada konsentrasi
hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan konsentrasi rendah. (Svehla,
1990: 93)
Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas
mereka terhadap proton yang berlangsung. Maka kuat asam , makin lemah
basa konjugatnya. Dan kumpulan reaksi kimia yang dikenal relative sedikit
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi
persyaratan berikut sebelum digunakan, yaitu:
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan tertentu. Tidak
boleh ada reaksi sampingan.
2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik
ekuivalen. Dengan kata lain, tetapan kesetimbangan reaksi harus sangat
besar.
3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan titik ekuivalen
tercapai. Suatu indicator haruslah tersedia atau beberapa metode secara
instrument dapat digunakan untuk memeberikan analisis kapan
penambahan titran terhenti.
4. Reaksi berjalan cepat ( dalam beberapa menit saja)
(Underwood, 2002: 214)
Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila mengandung
zat tertentu. Air deapat terasa asam, pahit,asin dan sebagainya. Air yang
mengandung zat lain dapat pula menjadi warna cairan yang berasa asam
disebut larutan asam, yang terasa asin disebut larutan garam, sedangkan
terasa lain dan pahit disebut larutan basa. (Syukri, 1999: 24)
Untuk indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk. Larutan
indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau memebentuk
flurosensi atau kekeruhan pada suatu range ( trayek pH tertentu ). Indikator
asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran pH. Zat-zat indikator
dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan
perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik. (Khopkar,
1990: 80)

Indikatot adalah zat warna larut yang penambahan warnanya tampak


jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asamasam organik yang lemah mempunyai warna berbeda

dan basa

konjugatnya. Indikator yang baik memepunyai intensitas warna yang


sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator yang
sedang di uji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah ini hampir
tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Penambahan warna indikator
mencerminkan pengaruh asam dan basa dalam larutan. (Oxtoby, 2001: 183)
Titrasi bebas air adalah titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut, tetapi digunakan pelarut organik. Seperti yang telah diketahui asam
atau basa besifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkaloidaalkaloida, cara titrasi dalam lingkungan berair tidak dapat dilakukan, karena
disamping sukar larut dalam air juga kurang relatif dalam air, seperti
misalnya garam-garam amino, dimana garam-garam ini dirombak lebih
dahulu menjadi basa bebas yang larut dalam air.
Ada tiga teori yang diunakan untuk menerangkan reaksi netralisasi
dalam suatu pelarut, yaitu teori titrasi ikatan hidrogen, teori lewis dan teori
bronsted. Senyawa senyawa murni dapat dititrasi secara langsung, tetapi
sering juga diperlukan isolasi dari bahan-bahan yang berkhasiat untuk
mencegah terhadp bahan penambah. Dalam urutan penurunan basa kuat
adalah kalium mefilat, natrium metilat dan litium metilat.
Pelarut yang digunakan dalam titrasi lingkungan bebas air ini dapat
menjadi dua golongan:
1.

Pelarut protolitis
Atau pelarut yang disebut pelarut inert, proton-proton ini tidak
member atau menerima , misalnya benzen, nitro benzen, dan kloform.
Jika asam pikrat dilarutkan dalam benzene tidak memberikan warna,
karena asam ini tidak teroksidasi dimana benzene tidak dapat menerima
proton dari asam pikrat, kalau dalam larutan ini ditambahkan suatu basa
misalnya aniline makan akan terbentuk ion pikrat yang dilihat dari
warna kuning dar lartan.
C2(NO2)OH+C6H5NH2C6H5NH2C6H5(NO2)3O-+C6H5NH3

2.

Pelarut Amfiprotolitis
Pelarut ini dapat memberi atau menerima proton dengan demikian
dapat bersifat sebagai suatu basa atau asam salah satu pelarut dengan
golongan

ini

terpenting

dan

terbanyak

adalah

asam

cuka.

(Underwood,2002: 62)
Asam asetat glacial adalah akseptor proton yang sangat lemah
sehingga tidak berkomposisi secara efektif dengan basa lemah untuk proton.
Hanya asam yang sangat kuat akan cukup besar untuk memprotonasi asam
asetat sesuai dengan persamaan yang ditunjukkan berikut ini :
CH3COOH + HA CH3COOH2 + AAsam perklorat adalah asam yang paling kuat diantara asam-asam
yang umum didalam larutan asam asetat, dam medium titrasi yang biasanya
digunakan untuk menghilangkan air dari asam perklorat air. Basa lemah
berkompotisi sangat efektif dengan asam asetat untuk proton. Biru asetat,
merah kuinalidin, dan violet Kristal ( basa yang sangat lemah ) digunakan
sebagai indikator pada jenis titrasi air.
Pada saat basa berada dalam bentuk garam asam lemah, penghilangan
suatu ion sebelum di titrasi tidak perlu dilakukan , misalnya untuk garam
basa dengan asam lemah seperti tartat, asetat, dan suksinat. Akan tetapi, jika
basa berada dalam bentuk garam klorida atau bromide, ion lawan harus
dihilangkan sebelum titrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan penambaha
merkuri asetat ; asetat yang dibebaskan kemedium titrasi dengan asam
perklorat berasetat, hal ini ditunjukkan dalam contoh fenileflin HCl :
Hg ( CH3COO )2 + 2Cl- HgCl2 + 2CH3COO2CHCOOH2 + 2CH3COO- 4CH3COOH
Titrasi bebas air dengan asam perklorat berasetat digunakan dalam
penetapan kadar dalam farmakope untuk : adfenalin, metronidazol, kodein,
klorheksidin asetat, klorpromozin HCl, amitriptilin HCl, propranalol HCl,
lignokain HCl, dan garam amin. Kuarterner seperti neostigmin bromida dan
pantoronium bromida.

Untuk titrasi bebas air asam lemah, pelarut seperti alcohol atau pelarut
aprotik digunakan yang tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah
untuk menyumbang proton. Titran-titran yang umum digunakan adalah
litium metoksida dalam methanol atau tetrabofil ammonium hidroksida
dalam dimetil formamida. Deteksi titik akhir dapat dilakukan dengan biru
timol sebagai indicator atau secara pentosiometri.
Titrasi bebas air pada gugus yang bersifat asam dilakukan pada
penetapan kadar dalam farmakope untuk : barbitorat, urasil, dan
sulfanamida. (Watson, 2007: 79-81)
Teori titrasi bebas air ( TBA ) sanagt singkat, sebagai berikut:air dapat
bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air,
air dapat berkopetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah
dalam hal menerima atau memberi proton sebagaimana ditunjukkan pada
gambar :
H2O + H

H3O+

akan berkompetisi dengan RNH2 + H+


H2O + B

RNH3+

OH + BH-

akan berkompetisi dengan ROH + B

RO- + BH+

kompetisi air dengan asam lemah dan basa lemah untuk memberi
dan menerima proton. (Rohman, 2007:142)
Adanya pengaruh kompetisi ini,berakibat pada kecilnyatitik infleksi
pada kurva titrasai asam sangat lemah dan basa sangat lemah sehingga
mendekati batas pH 0 14. Oleh karena itu, deteksi titik akhir titrasi sangat
sulit. Sebagai aturan umum : basa-basa dengan pKa < 7 atau asam-asam
dengan pKa > 7 tidak ditentukan kadarnya secara tepat pada media air.
Berbagai macam pelarut organik dapat digunakan untuk menggantikan air
karena pelarut-pelarut ini kurang bekompetisi secara efektif dengan analit
dalam hal menerima atau memberi proton. (Rohman, 2007: 142)
Beberapa klasifikasi pelarut telah diusulkan. Laitnen mengusulkan
empat jenis. Pelarut ampifrotik mempunyai baik sifat asam maupun basa
seperti halnya air. Air mengalami atoprototlisis, sampai dimana reaksi

titrasi berlangsung sempurna merupakan suatu fungsi dari reaksi ini.


Sebagian, seperti methanol dan etanol memiliki sifat asam basa yang mirip
dengan air dan bersama dengan air disebut pelarut netral. Lainnya yang
disebut pelarut asam seperti asam asetat, asam format, dan asam sulfat
adalah asam-asam yang jauh lebih kuat dan basa-basa yang jauh lebih
lemah dari pada air. Pelarut basa seperti amonia cair dan etilendiamina
mempunyai kebasaan yang lebih besar dan keasaman yang lebih kecil
daripada air. (Underwood, 1999: 178)
Teori titrasi bebas air sangat singkat, sebagai berikut air bisa
bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan
air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat
lemah dalam hal menerima dan memberi proton.
1. Titrasi bebas air basa lemah
Asam asetat merupakan penerima proton yang sangat lemah sehingga
tidak berkompetisi secara efektif dengan basa-basa lemah dalam hal
menerima proton. Hanya asam yang sangat kuat yang mampu
memprotonasi asam asetat.
2. Titrasi bebas air asam-asam lemah
Pelarut yang digunakan adalah pelarut-pelarut yang tidak berkompetisi
secara kuat dengan asam lemah dalam hal memberikan proton, alkohol
dengan pelarut-pelarut aprotik dapat digunakan sebagai pelarut. Pelarut
aprotik merupakan pelarut yang dapat menurunkan ionisasi asam-asam
dan basa-basa. Termasuk dalam kelompok pelarut ini adalah pelarutpelarut non-polar seperti benzene, karbon tetraklorida, serta hidrokarbon
alifatik. (Ibnu Gholib, 1999: 213)
Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil
bagian yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut
tersebut dapat mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang
menerangkan reaksi netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan
hidrogen, teori Lewis dan teori Bronsted. (Donald Claim, 2003: 200)

B. Uraian Bahan
1. Asam asetat glasial

(Dirjen POM. 1979 : 42)

Nama resmi

: ACIDUM ACETICUM GLACIALE

Nama Lain

: Asam asetat glasial

RM / BM

: CH3COOH / 60,05

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, berbau khas, tajam,


jika diencerkan dengan air, rasa asam.

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P


dan dengan gliserol P

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Sebagai pelarut

2. Asam perklorat

(Dirjen POM. 1979 : 651)

Nama resmi

: ACIDUM PERCLORAT

Nama lain

: Asam perklorat

RM/BM

: HClO4 / 100,5

Pemerian

: Cairan jernih, tak berwarna

Kelarutan

: Bercampur dengan air.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai larutan baku

3. Kristal violet

(Dirjen POM. 1979 : 698)

Nama resmi

: KRISTAL VIOLET

Nama Lain

: Gertian violet

RM / BM

: C25H30ClN3 / 408

Pemerian

: Hablur berwarna hijau tua.

Kelarutan

: Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol


(95%) P. Larutannya berwarna lembayung tua.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai indikator

4. Raksa (II) Asetat

(Dirjen POM. 1979 : 724)

Nama Resmi

: RAKSA ASETAT

Nama Lain

: Raksa (II) Asetat

Rumus molekul

: (CH3CO2)3 Hg

Pemerian

: Serbuk haablur putih

Kelarutan

: Larut dalam air hangat, jika dididihkan akan


terhidrolisa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai Pereaksi

5. Papaverin HCl

(Dirjen POM. 1979 : 472)

Nama Resmi

: PAPAVERINI HYDROCHLORIDUM

Nama Lain

: Papaverin HCl

RM / BM

: C20H21NO4.HCl / 375,86

Rumus Bangun

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa


pahit kemudian.

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 40 bagian air dan dalam


lebih kurang 120 bagian etanol (95 %) P, larut
dalam kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai Sampel

C. Prosedur Kerja (Haeria.2011 : 13)


1. Pembuatan dan standarisasi larutan asam perklorat 0,1 N
a. Pembuatan Larutan baku HClO4 0,1
Campurkan 8,5 ml asam perklorat (70%) P dengan 500 ml asam
asetat glasial P dan 21 ml anhidrida asetat P, dinginkan dan tambahkan
asam asetat glasial P secukupnya hingga 1000 ml.
b. Pembakuan larutan baku HClO4 0,1 N
Timbang seksama lebih kurang 700 mg kalium biftalat P yang
sebelumnya telah dihaluskan dengan hati-hati dan keringkan pada suhu
120oC selama 2 jam dan larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P
dalam labu 250 ml. Tambahkan 2 tetes kristal violet LP dan lakukan
penetapan blanko. Hitung normalitas larutan.
1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,42 mg kalium biftalat
2. Penetapan Sampel
a. Penetapan kadar Efedrin HCl
Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel, larutkan dalam 25
ml asam asetat glasial P. Tambahkan 10 ml Raksa (II) asetat LP dan 2
tetes kristal violet. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N hingga warna
hijau zamrud. Lakukan penetapan blanko. Ulangi perlakuan 2 kali lagi,
hitung kadar Efedrin HCl dalam sampel.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,17 efedrin HCl
b. Penetapan kadar Kafeina
Timbang seksama 400 mg sampel kafeina, larutkan dalam 40 ml
asam asetat anhirad P. Panaskan dan dinginkan, tambahkan 20 ml
benzen P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator
kristal violet, titrasi dilakukan hingga terjadi warna hijau zamrud.
Ulangi perlakuan 2 kali lagi, hitung kadar kafeina dalam sampel.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 19,42 mg kafeina

BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang Digunakan
Botol semprot, buret, beker gelas, bola hisap, erlemeyer 250 ml,
gelas piala 250 ml, gelas kimia, gelas ukur, labu tentukur 100 ml,
timbangan analitik, pipet volum, pipet tetes, sendok tanduk, statif dan
klem.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Aluminium foil, indikator kristal violet, kertas timbang, larutan
baku asam perklorat, larutan asam asetat glasial, papaverin HCl, raksa
(II) asetat LP.
B. Cara Kerja
Penetapan kadar Papaverin HCl
Pertama-tama, disiapkan alat dan bahan dan dibebaskan dari air
alat yang akan digunakan, ditimbang Papaverin HCl sebanyak 200 mg
secara seksama lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 10 ml
asam asetat glasial lalu ditambahkan 5 ml raksa asetat LP dan beberapa
tetes indikator kristal violet, dititrasi dengan HClO4 hingga ungu menjadi
hijau zamrud lalu dilakukan blanko.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
Penentuan konsentrasi asam perklorat
No
1.

Sampel
I

Berat Papaverin HCl


0,2078 gram

Volume HClO4
2 ml

2.

Blanko

0,05 ml

B. Perhitungan
1. Blanko = Volume titrasi Volume blanko
= 2 ml 0,05 ml
= 1,95 ml
2. mgrek Papaverin HCl

mg/BE =
mgrek Papaverin HCl
mgrek Papaverin HCl

mgrek HClO4
NxV

= N HClO4 x V HClO4 x BE Papaverin HCl


= 0,0956 x 1,95 x 375,86
= 70,0678 mg
= 0,0700 gr
0,0700 gr

% kadar Papaverin HCl

x 100 %
0,2078 gr

= 33,6862 %

C. Reaksi

2 HCl + (CH3CO2)2Hg

HClO4 + CH3COOH

HgCl + 2 CH3COOH
CH3COOH2+ + ClO4-

+ CH3COOH2+

+ CH3COOH

BAB V
PEMBAHASAN

Titrasi Bebas Air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut tetapi digunakan pelarut organik. Titrasi ini dilakukan pada zat-zat asam
atau basa lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkoloida. Alkoloida sukar
larut dalam air seperti garam-garam amina dimna garam-garam di rombak dulu
menjadi basa bebas yang larut dalam air. Pelarut yang ang bisa digunakan aalah
berupa senyawa organik yng bersifat asam atau basa lemah, dimana warna
molekulnya berbeda dengan warna bentuk ionnya. Senyawa yang dapat ditirasi
dengan metodi ini yaitu, Papaverin HCl, Efedrin HCl, dan Morfin HCl.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar Papaverin HCl, dimana
sampel yang digunakan 200 gr yang kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian dilarutkan dengan 10 ml asam asetat glasial, lalu ditambahkan
indikator

kristal violet sehingga larutan berwarna ungu. Setelah itu dititrasi

dengan HClO4 sampai larutan berwarna hijau zamrud. Titik akhir titrasi ditandai
dengan tepat berubahnya warna larutan dari ungu menjadi hijau zamrud lalu
dihitung kadar papaverin HCl serta dilakukan blanko.
Titrasi bebas air adalah titrasi yang dilakukan untuk larutan yang tidak
dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut-pelarut organik lainnya,
digunakan pelarut organik karena asam dan basa lemah seperti halnya asam-asam
organik atau alkoloida hanya larut dalam pelarut organik. Dalam percobaan ini
semua alat harus dibebas airkan. Tidak digunakannya air dalam percobaan kali ini
karena kadar yang terkandung didalam pereduksi (pentiter, pelarut, dan indikator)
sangat tinggi. Selain itu, air bersifat asam lemah dan basa lemah, oleh karena itu
dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa
yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberikan proton.
Alasan penggunaan bahan, digunakan asam perklorat karena asam
perklorat merupakan asam yang lebh kuat dari pada asam asetat dan larut baik
dalam asam asetat. Digunakan asam asetat glasial karena dalam lingkungan asam

reaksi akan lebih cepat terjadi berlangsung. Digunakan raksa asetat karena raksa
astat dapat mengikat HCl yang ada pada papavedrin HCl sehingga HCl tersebut
tidak ikut bereaksi. Digunakan indikator kristal Violet agar titik akhir titrasi dapat
terlihat jelas.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi blanko. Titrasi blanko dapat dilakukan
dengan mentitrasi asam asetat glasial dengan indikator krital violet.
Dalam percobaan ini, akan terbentuk HgCl2 dan asam asetat melalui reaksi
antara HCl yang direkasikan dengan Raksa (II) asetat ( (CH 3CO2)2Hg) . asam aetat
yang terbentuk akan bereaksi dengan asam perklorat (HClO 4) membentuk
CH3COOH2+ dan ClO4-. Ion CH3COOH2+ yang terbentuk bereaksi dengan
papaverin HCl membentuk

,dengan warna hijau


zamrud.
Pada pembuatan asam perklorat ditambahkan asam asetat anhidrat untuk
mereaksikan asam asetat anhidrat dengan air, sehingga benar-benar bebas air. Hal
ini sesuai dengan reaksi :
CH3-CO-O-OC-CH3 + H2O

2 CH3COOH

berdasarkan reaksi di atas air akan terikat dengan asam asetat anhidrat sehingga
akan membentuk asam asetat.
Adapun hasil yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu sampel Papaverin
HCl memiliki berat 0,2078 gr, volume titrasinya 2 ml, kadarnya 33,6862 %. Hasil
ini tidak sesuai dengan literatur dimana kadar rata-rata papaverin HCl tidak
kurang dari 99,0 % dan adapun hasil blanko yang diperoleh dalam percobaan ini
yaitu 1,95 ml.
Hubungan dalam dunia Farmasi digunakan untuk menentukan kadar obatobatan seperti Destromelfaton, Etil morfin hidroksida dan sebagian besar obatobatan yang bersifat asam atau basa lemah.

Adapun faktor-faktor yang dapat salah pengamatan dalam melakukan


percobaan ini adalah. Alat-alat yang digunakan tidak benar-benar bebas air.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut
kadar Papaverin HCl 33,6862 %. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur
dimana kadar rata-rata Papaverin HCl tidak kurang dari 99,0 %.
B. Saran

Laboratorium
Alat dan bahan agar lebih dilengkapi agar praktikum berjalan lancar

Asisten
Agar lebih sabar mendampingi praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.


1979
Haeriah.,S.Si., Penuntun Praktikum Kimia Analisa. UIN Alauddin : Makassar.
2011
Ibnu Ghalib G, Rahman., Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar : Yogyakarta.
1999.
Khopkar. S,M., Konsep-konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta. 1990.
Martin, Alferd., Farmasi Fisik. UI Press : Jakarta.1990.
Oxtoby, dkk., Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga : Jakarta. 2001
Rivai, Harrizal, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press : Jakarta.
1995.
Rohman., Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar : Yogyakarta. 2007
Roth, J., Blaschke, G., Analisa Farmasi, UGM Press : Yogyakarta, 1988.
Syukri., Kimia Dasar 2. ITB press : Bandung. 1999.
Svehla.G., Analisis Anorganik Kuantitatif. PT. Kalman media pustaka : Jakarta.
1990.
Underwood, A.L., Day, RA., Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Edisi VI, Erlangga :
Jakarta, 2002.
Underwood, A.L., Day, RA., Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V, Erlangga :
Jakarta,1993.
Wunas, J., Said, S., Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif, UNHAS : Makassar,
1986.

SKEMA KERJA

Penentuan kadar Sampel Papaverin HCl


Bebas airkan alat

Timbang Papaverin HCl 200 mg

+ 10 ml Asam Asetat glasial

+ 5 ml Raksa (II) asetat LP

+ Indikator Kristal Violet


2-3 tetes

Titrasi dengan HClO4


(Hijau Zamrud)

Lakukan Blanko

Anda mungkin juga menyukai