Hepatoma
Disusun Oleh :
Kelompok 4
NIM 1531610
NIM 153161019
NIM 153161017
NIM 153161002
NIM 1531610
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma = HCC) merupakan tumor
ganas primer pada hati yang berasal dari sel -sel hepatosit. Dalam dasawarsa terakhir
terjadi perkembangan yang cukup berarti menyangkut karsinoma hepatoseluler, antara
lain perkembangan pada modalitas terapi yang memberikan harapan untuk sekurangkurangnya perbaikan pada kualitas hidup (Hussodo, 2009).
Di Indonesia HCC ditemukan tersering pada median umur 50 dan 60 tahun
dengan predominasi pada laki -laki. Rasio antara kasus laki -laki dan perempuan
berkisar antara 2-6 : 1. HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker serta menempati
peringkat kelima pada l aki-laki dan kesembilan pada perempuan sebagai kanker
tersering di dunia (Hussodo, 2009).
Tingkat kematian HCC juga sangat tinggi menempati urutan kedua setelah
kanker pankreas. Tingkat kekerapan tertinggi tercatat di Asia Timur dan Tenggara serta
di Afrika Tengah sedangkan terendah di Eropa Utara, Amerika Tengah, Australia dan
Selandia Baru. Sekitar 80% dari kasus di dunia berada di Negara berkembang seperti
Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah yang diketahui sebagai wilayah
dengan prevalens i tinggi hepatitis virus. Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari
tumor ganas hati primer adalah hepatoma. Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat
hanya sekitar 2% dari seluruh karsinoma yang ada. Sebaliknya di Afrika dan Asia
hepatoma adalah karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian
100/100.000 populasi (Singgih B, 2006).
Ada beberapa faktor berperan yang sebagai penyebab karsinoma hepatoseluler
yaitu antara lain meliputi Alflatoksin, Infeksi virus hepatitis B, Infeksi virus hepatitis C,
Sirosis Hati dan Alkohol. Sedangkan faktor resiko lain yang berperan menimbulkan
HCC adalah penyakit hati autoimun, penyakit hati metabolik, zat zat senyawa kimia
(Singgih B, 2006).
Hepatitis virus kronik merupakan faktor risiko timbulnya tumor hepatoma. Virus
penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C . Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus
ini lebih cenderung menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi
virus ini pertama kalinya. Virus hepatitis B atau C merupakan penyebab 88 % pasien
terinfeksi hepatoma. Virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepa
toma. Karsinoma hepatoseluler seringkali tidak terdiagnosis karena gejala karsinoma
tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik.
Karsinoma hepatoseluler jarang ditemukan pada usia muda, kecuali diwilayah yang
endemik infeksi hepatitis B virus (HBV) serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal.
Umumnya di wilayah dengan kekerapan karsinoma hepatoseluler tinggi, umur pasian
karsinoma hepatoseluler berkisar 10-20 tahun lebih muda daripada umur pasien
karsinoma hepatoseluler di wilayah dengan angka kekerapan karsinoma hepatoseluler
rendah (Hussodo, 2009).
1.2 Tujuan Seminar Jurnal
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari analisa jurnal ini untuk mengetahui tatalaksana hepatoma di IGD
RSUD Kanjuruhan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui cara penanganan hiperglikemia di IGD RSUD Kanjuruhan.
b. Mengetahui cara penanganan hiperglikemiaberdasarkan analisis jurnal.
c. Membandingkan penatalaksanaan kegawat daruratan Hiperglikemia di IGD
RSUD Kanjuruhan dan berdasarkan analisis jurnal.
1.3 Manfaat Jurnal
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil dari analisa jurnal ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan terutama untuk keperawatan Gawat
Darurat dalam mengatasi masalah hiperglikemia.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari analisa jurnal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi:
a. Pasien
Dapat menambah wawasan bagi pasien dengan rencana pengobatan dalam
mengatasi atau mengurangi dampak infeksi.
b. Rumah Sakit
Dapat menjadi pedoman atau bacaan dalam menangani pasien dengan kasus
hiperglikemia.
c. Institusi
Dapat dijadikan referensi di institusi dalam mengatasi masalah penyakit
hiperglikemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh
mutasi genetik dari DNA seluler. Pengertian hepatoma (karsinoma hepatoseluler)
adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Karsinoma hepatoseluler (KHS)
merupakan salah satu tumor yang menimbulkan stenosis (Hussodo, 2009).
Karsinoma hepatoseluler
(hepatocellular
carcinoma
atau
HCC)
merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel-sel hepatosit. Dalam
dasawarsa terakhir
terjadi
perkembangan
yang cukup
berarti
menyangkut
3.
4.
5.
TINGKATAN
KETERANGAN
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV A
Stadium IV B
Keterangan :
1. T1 : tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar 2 cm atau kurang tanpa invasi
vaskuler
2. T2 : tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar 2 cm atau kurang dengan invasi
vaskuler , atau tumor multiple yang terbatas pada satu lobus dengan ukuran
terbesar tidak lebih dari 2 cm tanpa invasi vaskuler, atau tumor soliter dengan
ukuran terbesar lebih dari 2 cm tanpa invasi vaskuler.
3. T3 : tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar lebih dari 2 cm tanpa invasi
vaskuler atau tumor multiple yang terbatas pada satu lobus dengan ukuran
terbesar tidak lebih dari 2 cm dan dengan invasi vaskuler atau tumor multiple yang
terbatas
pada
satu
lobus
dan
tidak
ada
satupun
yang memiliki ukuran terbesar lebih dari 2 cm, dengan atau tanpa
invasi vaskuler.
4. T4 : Tumor meliputi pada lebih dari satu lobus paru atau tumor tumor yang
meliputi cabang utama vena porta atau vena hepatika.
5. Nodus Limfatikus
N0 : Tidak terdapat metastasis pada nodus limfatikus.
N2 : Metastasis terjadi pada nodus limfatikus regional.
6. Metastasis Jauh
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
2.2
Etiologi
Ada beberapa faktor berperan yang sebagai penyebab karsinoma hepatoseluler
yaitu antara lain meliputi Alflatoksin, Infeksi virus hepatitis B, Infeksi virus hepatitis C,
Sirosis Hati dan Alkohol. Sedangkan faktor resiko lain yang berperan
menimbulkan HCC adalah penyakit hati autoimun, penyakit hati metabolik, zat -zat
senyawa kimia (Singgih B, 2006). Hepatitis virus kronik merupakan faktor risiko
timbulnya tumor hepatoma. Virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C .
Virus hepatitis B atau C merupakan penyebab
88
pasien
terinfeksi
hepatoma. Virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma.
Karsinoma hepatoseluler seringkali tidak terdiagnosis karena gejala karsinoma
tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik.
Timbulnya Karsinoma Hepatoseluler (KHS) menurut Smeltzer (2008)
disebabkan oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
kuat, baik secara epidermiologis kunis maupun eksperimental, sebagian besar wilayah
yang hiperdermik, HBV menunjukkan angka kekerapan dalam hati pada sekitar
separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya
cenderung mencapai hati melalui system protal atau saluran limfatik, atau melalui
perluasan langsung dari tumor abdominal.
2.3
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Smeltzer (2008) adalah:
1. Gejala gangguan nutrisi: penurunan berat badan.
2. Kehilangan kekuatan.
3. Anoreksia dan anemia.
4. Nyeri abdomen disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta
permukaan yang teraba iregular pada palpasi.
5. Ikterus hanya terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan
nodul maligna dalam hilus hati.
6. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena porta atau bila
jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.
7. Sering terdapat peningkatan kadar fosfatose alkali dan alfa lipoprotein (AFP)
serum.
2.4
Patofisiologi
Perjalanan penyakit cepat, bila tidak segera diobati, sebagian besar pasien
meninggal dalam 3 sampai 6 bulan setelah diagnosis. Perjalanan klinis keganasan
hati tidak berbeda diantara pasien yang terinfeksi kedua virus dengan hanya
terinfeksi salah satu virus yaitu HBV dan HCV. Infeksi kronik ini sering
menimbulkan sirosis, yang merupakan faktor resiko penting untuk karsinoma
hepatoseluler.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar,
pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada selsel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Inflamasi pada hepar terjadi karena invasi virus HBV atau HCV akan
mengakibatkan kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik (empedu yang
membesar tersumbat oleh tekanan nodul maligna dalam hilus hati), sehingga
menimbulkan nyeri. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati. Sumbatan intra hepatik dapat menimbulkan hambatan pada aliran portal
sehingga tekanan portal akan naik dan terjadi hipertensi portal.
Timbulnya
metabolisme
peningkatan
Gangguan
asites
protein
cairan
karena
sehingga
atau
metabolisme
penurunan
terjadi
penimbunan
protein
yang
sintesa
penurunan
cairan
albumin
tekanan
didalam
mengakibatkan
pada
proses
osmotik
dan
rongga peritoneum.
penurunan
sintesa
Ikterus timbul karena kerusakan sel parenkim hati dan duktuli empedu intra
hepatik maka terjadi kesukaran pengangkutan tersebut dalam hati. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu
belum
metabolisme
karbohidrat,
lemak
dan protein
sel
hepar
juga
dapat
mengakibatkan
penurunan fungsi penyimpanan vitamin dan mineral sehingga terjadi defisiensi pada
zat besi, vitamin A, vitamin K, vitamin D, vitamin E, dll. Defisiensi zat besi dapat
mengakibatkan
keletihan,
defisiensi
vitamin
mengakibatkan
gangguan
mengakibatkan
demineralisasi
tulang
dan
defisiensi vitamin E
2.5
Pathway
2.6
Komplikasi
Komplikasi Hepatoma paling sering adalah perdarahan varises esofagus, koma
hepatik, koma hipoglikemi, ruptur tumor, infeksi sekunder, metastase ke organ lain.
(Sjamsuhidajat, 2000).
Sedangkan menurut Suratun (2010) komplikasi dari kanker hati adalah:
2.7
a.
b.
c.
d.
e.
f.
kanker
tetapi
peningkatannya
kemungkinan
dapat
2.8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
terhadap
pasien
Hepatoma
terdiri
dari
pembedahan,
pengangkatan
bagian
luar
lobus
kiri.
Trisegmentektomi
adalah
mentoleransi 3000 cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai
10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih
tinggi secara signifikan.
Menurut Ester (2009) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan
pendekatan keperawatan yaitu:
a. Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum dikaji
dan upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal mungkin.
b. Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis terhadap
pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan melelahkan
mungkin dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan menggunakan
katartik, irigasi kolon dan antibiotik usus untuk meminimalkan kemungkinan
akumulasi amonium dan mengantisipasi kemungkinan insisi usus.
c. Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan
keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan dan
hati, abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus konstan
dengan glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk mencegah
cetusan penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh penurunan
glukoneogenesis. Sintesis protein dan metabolisme lemak juga berubah,
sehingga memerlukan penginfusan albumin.
d. Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan
selama 2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.
Adapun pencegahan terhadap penyakit klien agar tidak mengalami Hepatoma
yaitu:
a.
b.
c.
2.9
No
Populasi
dan Sampel
Metode
Hasil
1.
Penatalaksanaan non
bedah dari karsinoma
hati
(2011)
http://www.univmed.
org/wpcontent/uploads/2011
/02/Gontar.pdf
Management of
Hepatocellular
Carcinoma: Updated
Review
(2013)
Combination
Therapy of Sorafenib
and Transarterial
Chemoembolization
28
Deskriptif
Deskriptif
Experiment
in Management of
Hepatoma
(2013)
BAB III
TINJAUAN KASUS
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kasus
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpernito, Lynda Juall, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta.
2. Soeparman, Sarwono Maspadji 1990. Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
3. Doenges, Marilynn E., (2005). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta
4. Sylvia. (2005). Patofisiologi Proses Penyakit. Vol.3 . EGC : Jakarta
5. Smeltzer, Suzanne C., (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. EGC :
Jakarta
6. USU instutional repository (2011). pembahasan mengenai hematoma from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40475/4/Chapter%20II.pdf
7. USU instutional repository (2011). latarbelakang mengenai hematoma from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40475/5/Chapter%20I.pdf
8. Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem.
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media. Muslihah
26