Anda di halaman 1dari 5

Mayrianto

50120090009
Saudara merawat tiga orang pasien DM yang dirawat dalam satu ruangan, pasien A mendapatkan
metformin 3X sehari, sedangkan pasien B mendapatkan lispro 3 X 20 unit perhari dan pasien C
mendapatkan Lente 2 X 13 unit. Suatu pagi pasien B berkata kepada saudara tidak mau disuntik
lagi sakit dan minta obat minum saja seperti pasien A. Pasien C menolak untuk dirotasi tempat
injeksi insulin, maunya hanya dilengan kiri karena sudah tidak sakit lagi. Pasien A bertanya
mengapa luka dijari kakinya sudah 1 bulan tidak sembuh-sembuh dan dokter menganjurkan
untuk

diamputasi

namun

menunggu

kadar

gulanya

normal?

Pertanyaan:
1. Apa yang membedakan pengobatan untuk pasien A dengan B dan C
2. Bagaimana kerja dari masing-masing obat
3. Bagaimana respon saudara menanggapi kedua keluhan pasien tersebut (jelaskan satu persatu
4. Mengapa luka pasien DM sulit sembuh?
5.Mengapa untuk pembedahan harus menunggu kadar gula darah dalam batas normal?
6. Jelaskan bagaimana proses terjadinya diabetik ketoasidosis!
Jawaban
1. Pasien A menderita DM Tipe 2 (NIDDM) sehingga diberi obat oral. Pada DM tipe 2 Si
pasien bagian kakinya mengalami luka-luka yang tidak dapat sembuh. Pasien mengalami
ganggren pada kaki dan ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi. Terjadinya Kaki Diabetik
(KD) sendiri disebabkan oleh faktor faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama
yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Pasien diberikan
metformin karena obat ini memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak menaikkanb berat
badan, tidak menimbulkan masalah hipoglikemia, menurunkan kadar insulin plasma,
menurunkan kolesterol LDL, trigliserid, dan menaikkan HDL. Kaki pada pasien ingin
diamputasi tetapi karena dokter menganjurkan untuk menunggu gulanya kembali normal
sehingga diberikan metformin.

Metformin bisa digunakan sebagai obat diet karena bersifat menekan nafsu makan. Pada
orang normal, mekanisme antiregulasi akan menutupi efek obat sehingga kadar gula tidak
berubah. Metformin memperkuat efek insulin dengan meningkatkan ikatan insulin pada
reseptornya. Jadi, walaupun digunakan pada orang normal tidak akan mengganggu kadar
glukosa darahnya.
Pasien B dan C adalah pasien dengan tipe diabetes tipe 1 yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin oleh sel beta (kerusakan sel beta pancreas).

2. Metformin merupakan obat golongan biguanid yang mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosa hati. Obat ini juga tidak menyebabkan hipoglikemia. Obat ini juga
merupakan insulin sensitizer yang dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
perifer (sel otot skeletal) dan mengurangi produksi glukosa oleh hepar. Obat ini
merupakan obat anti hiperglikemia. Obat ini tidak memiliki efek terhadap sekresi atau
produksi insulin. Efek samping seperti asidosis laktat bisa timbul apabila dipakai untuk
pasien dengan insufisiensi ginjal, penyakit hati, gagal jantung kongestif, penyaki8t
obstruktif kronis, dan miokardial infark akut. Pemberian metformin harus dihentikan
selama 48-72 jam sebelum pembedahan dengan anestesi umum.
Pasien B diberikan Lispro. Obat ini memiliki onset yang cepat dan lama kerja yang lebih
singkat Awal kerja 0,2-0,5 jam, lama kerja 0,5-2 jam. Obat ini adalah analogon sintesis
dari insulin manusia. Insulin ini kerjanya sangat cepat (quick acting), lebih cepat dari
insulin regular, karena penyerapannya lebih cepat. Biasanya setelah 15 menit disuntikkan,
sudah menunjukkan efek penurunan glukosa. Efek obat akan mencaoai puncaknya
dengan lebih cepat setelah 1 jam disuntikkan. Insulin lispro akan bekerja dengan tujuan
agar glukosa darahnya tidak naik tinggi setelah seseorang mengkonsumsi makanan
utamanya.
Pasien C diberikan Lente. Obat ini masuk kategori insulin aksi sedang. Obat ini kerjanya
lebih lambat dan lebih panjang. Insulin ini bekerja setelah 2 jam disuntikkan. Efek obat
ini akan mencapai puncak setelah 8-12 jam dan berakhir setelah 14 jam.

3. Pada pasien B: jelaskan kepada dia, kalau si pasien A menderita DM tipe2 sedangkan si
pasien B DM tipe 1 sehingga pemberian obatnya akan berbeda.
Pada pasien C: Jelaskan kepada pasien alasan untuk merotasi injeksi. Tujuan untuk
merotasinya yaitu untuk mencegah dari Pembengkakan lemak atau lipohypertrophy
karena penyuntikkan di satu tempat.
4. Pada pasien DM luka tersebut disebabkan infeksi yang biasanya mulibakterial yaitu gram
negatif gram positif dan bakteri anaerob. Pada diabetes, gula bersifat dieresis atau
menarik air. Pada plasma darah terdapat kandungan air, sehingga dengan adanya gula
darah maka air yang terdapat pada plasma akan diserap oleh gula (sifat gula dieresis) dan
akan membuat darah menjadi kental. Jika ada sebuah luka maka disitu faktor pembekuan
darah akan berperan. Faktor yang termasuk pembekuan darah yaitu trombosit, fibrinogen.
Misalkan sebuah luka yang cepat sembuh membutuhkan aliran dari faktor pembekuan
darah dengan baik dan cepat, tapi jika terhambat karena darah itu mengental pada pasien
DM, sehingga faktor pembekuan darah tidak akan bekerja dengan baik sehingga luka
sulit untuk sembuh. Inilah yang membuat luka sulit sembuh.
5. Tindakan pembedahan akan menyebabkan stres pada manusia dan keadaan ini akan
mempengaruhi sistem endokrin. Dari situ akan menyebabkan terjadinya stimulasi
pengeluaran hormone-hormon katabolic seperti kortisol, glucagon dan katekolamin.
Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan ketoacidosis bagi penderita
DM tipe 1, sehingga pasien DM tipe 1 yang ingin melakukan pembedahan harus
dimonitor gula darahnya sebelum maupun sesudah pembedahan.
Hipoglikemia adalah keadaan yang lebih berbahaya daripada hiperglikemia ringan atau
sedang. Untuk mencegah hal tersebut, maka untuk setiap pemberian insulin yang
dibutuhkan penderita tersebut, harus disertai pemberian glukosa. Protokol managemen
tidak diharuskan ke kondisi normoglikemia atau mendekati normoglikemia, untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia. Pada penderita-penderita DM tipe-1 yang akan
menjalani pembedahan, harus selalu diingat adanya beberapa pertimbangan resiko.

6. Diabetic ketoasidosis disebabkan karena tidak cukupnya insulin efektif dan didahului
terjadinya poliuria, polidipsia, glikosuria, dan ketonuria. Gejala-gejalanya adalah mualmuntah, mengantuk dispnea, letargi.
Kekurangan Insulin

Lipoylysis, Glycogenolysis, Gluconeogenesis

Hepar bebas asam lemak

Kehilangan berat badan

Trigliserida

Oksidan asam lemak

Ketonemia, ketonuria

Dehidrasi dan hipovolemia

Ketoacidosis

Diabetic ketoacidosis

Syok

Daftar Pustaka:
Baradero, M,

Wilfrid, M., D., Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC


Felista, R.,A. (2010). Evaluasi Pemilihan dan Interaksi Obat Antidiabetik pada Pasien
Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang

pada

Tahun

2008.

Diunduh

10

maret

2012dari

http://etd.eprints.ums.ac.id/9165/1/K100060208.pdf
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi.

Mengenal Gejala,

Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Popular Obor.


Pedersen, G.,W. (1998). Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081107080551AAJZ3hP
http://www.exelroze.info/2012/02/perut-jadi-pantat-karena-insulin.html

Anda mungkin juga menyukai