Anda di halaman 1dari 23

PROFESI KEPENDIDIKAN

TENTANG

KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Sari wahyuni
12101156110216
Septia marlini
Silvia yunisa

12101156110217
12101156110218

SUCI AGUS DEWANTARI

12101156110219

SYAFRIYONA MARDELA

12101156110220

DOSEN PEMBIMBING:
MENRISAL, S.Pd

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami Ucapkan kehadirat ALLAH SWT , yang atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kualifikasi akademik dan Kompetensi Guru
.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah profesi Kependidikan bangan peserta didik di perguruan tinggi .
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini , terutama kepada :
1. Bapak Menrisal, S.Pd selaku dosen pembimbing
2. Orang tua yang telah membantu dalam materi
3. Teman-teman yang membantu penyelesaian makalah ini

Kami harap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada beliau yang
telah memberikan bantuan , dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah , Amin Yaa
Robbal Alamin .
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih ada yang kekurangan , baik pada teknis
penulisan maupun materi yang disampaikan , mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun.

Padang ,

September 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan
peran pendidik yang profesional. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik
merupakan jabatanprofesional. Untuk itu profesionalisme guru dituntut agar terus
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional,
nasional maupun internasional.
Tuntutan tersebut dapat teratasi dengan cara seorang guru memiliki dan
menguasai empat standar kompetensi guru, yakni kompetensi profesional, pedagogik,
kepribadian, dan sosial.(a) kompetensi pedagogik adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan, (b) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang didmilikinya, (c) kompetensi kepribadian
merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia, (d) Kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar
Disamping itu seorang guru profesioanal harus memiliki kualifikasi akademik,
yaitu tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu minimum sarjana (S1) atau diploma empat
(D4).

2.

Rumusan Masalah
Agar rumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup
masalah pembahasan ini :
a. Mengkaji pengertian kualifikasi akademik dan kompetensi guru
b. Mengkaji empat jenis kompetensi dan kompetensi intinya masing masing
c. Mengkaji dan mempraktikkan 10 kompetensi inti pada kompetensi pedagogic dan 38
unsurnya.

3. Tujuan dan Manfaat penulisan


Setiap penulisan suatu masalah atau setiap kegiatan dilakukan tentunya harus memiliki
suatu tujuan dan manfaat. Dalam penulisan makalah ini penulis memberikan beberapa tujuan dan
manfaat dari makalah ini, antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah profesi kependidikan Universitas
Putra Indonesia YPTK Padang.
b. Menambah wawasan tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru .

4. Manfaat
Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca maupun pendengar tentang kualifikasi
akademik dan kompetensi guru.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kualifikasi dan Kompetensi Guru


Secara etimologis kata kualifikasi diadopsi dari bahasa inggris
qualification yang berarti training, test, diploma, etc. that qualifies a person
(Manser, 1995: 337). Kualifikasi berarti latihan, tes, ijazah dan lain-lain yang
menjadikan seseorang memenuhi syarat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kualifikasi adalah pendidikan khusus untuk memperoleh suatu
keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu atau menduduki jabatan
tertentu (Depdikbud, 1996: 533).
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1
ayat 9 menggunakan istilah kualifikasi akademik, yang didefinisikan sebagai
ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen
sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
Adapun menurut Masnur Muslich (2007: 13), kualifikasi akademik yaitu tingkat
pendidikan formal yang telah dicapai guru baik pendidikan gelar seperti S1, S2
atau S3 maupun nongelar seperti D4 atau Post Graduate diploma.
Guru sebagai tenaga pendidik yang berhubungan langsung dengan
peserta didik harus memiliki keahlian khusus atau kualifikasi khusus di bidang
akademik. Dengan kompetensi yang dimilikinya guru dapat menjalankan tugas
dengan baik untuk mencerdaskan peserta didik.
Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42
ayat (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pasal ini
sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi
minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi guru.
Kemudian dijelaskan lagi pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,


sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pasal 9 berbunyi Kualifikasi akademik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana
atau program diploma empat. Sedangkan pada pasal 10 tertulis Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru lebih lanjut diatur dalam Peraturaan Menteri Pendidikan
Nasonal Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) Setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara
nasional..
Ada dua kualifikasi akademik guru yaitu kualifikasi guru melalui
pendidikan formal dan kualifikasi guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan.
Dimana hal tersebut dijelaskan dengan kualifikasi akademik yang dipersyaratkan
untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat
diperlukan tetapi belum dapat dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh
melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi
seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi
yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.
1.

Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal


Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup

kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanakkanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah

menengah

luar

biasa/sekolah

menengah

atas

luar

biasa

(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah


kejuruan (SMK/MAK), sebagai berikut.

a.

Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA


Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak
usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
b.

Kualifikasi Akademik Guru SD/MI


Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana


(S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi
yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
c.

Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs


Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana


(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d.

Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA


Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana


(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
e.

Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB


Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus

memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.
f.

Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*


Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana

(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
2.

Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan


Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai

guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum


dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan
kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian
tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk
melaksanakannya (PP Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru).
2. STANDAR KOMPETENSI GURU

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik dan pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, dasar, dan
menengah. Lalu , apa saja yang dibutuhkan guru untuk dapat dikatakan
profesional? Seorang guru dikatakan profesional jika memiliki keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. Oleh karena itu, guru disyaratkan
memenuhi kualifikasi akademik minimal sarjana S1 atau D4 yang relevan dan
menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Kompetensi itu sendiri merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan
dan perilaku tugas yang harus dimiliki. Setelah dimiliki, tentu harus dihayati,
dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan di
dalam kelas yang disebut sebagai pengajaran. Sekarang pertanyannya, kompetensi
apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai Guru sebagai agen pembelajar?
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, ayat 3 dan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal
10, ayat 1, kompetensi Guru atau pendidik meliputi: kompetensi profesional,
pedagogik, kepribadian, dan sosial (Gorky, 2008).

1.

Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c

dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan


penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2007).
M. Surya menyatakan dalam bukunya yang berjudul Bunga Rampai Guru
dan Pendidik, kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan yang meliputi penguasaan
pengetahuan, penguasaan metodologi, manajemen, dan sebagainya yang
tercermin dalam kinerja di lingkungan pendidikan (Gorky, 2008).
a. Ruang lingkup kompetensi profesional
Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara
umum dapat diidentifikasikan dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi
professional guru sebagai berikut:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
2) Mengerti

dan

dapat

menerapkan

teori

belajar

sesuai

taraf

perkembangan peserta didik.


3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan.
6)

Mampu

mengorganisasikan

dan

melaksanakan

program

pembelajaran.
7)

Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik(Mulyasa, 2007).


b. Memahami jenis jenis materi pembelajaran

Seorang guru harus memahami jenis jenis materi pembelajaran. Beberapa


hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi
standar dalam kurikulum. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu
menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan
menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut
Hasan (2004), sedikitnya mencakup:
1) Validitas atau tingkat ketepatan materi. Guru harus menghindari
memberikan materi (data, dalil, teori, konsep, dan sebagainya) yang
sebenarnya masih dipertanyakan atau masih diperdebatkan.
2) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
3) Relevansi dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya tidak terlalu
sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan
setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan.
4) Kemenarikan, maksudnya disini adalah materi yang diberikan hendaknya
mampu memotivasi peserta didik.
5)

Kepuasan, maksudnya adalah hasil pembelajaran yang diperoleh peserta


didik benar benar bermanfaat bagi kehidupannya (Mulyasa, 2007).

c. Mengurutkan materi pembelajaran


Agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan, materi
pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa serta dijelaskan mengenai batasan
dan ruang lingkupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah langkah sebagai
berikut:
1) Menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
2)

Menjabarkan SKKD ke dalam indikator.

3) Mengembangkan ruang lingkup dan urutan setiap kompetensi. Materi


pembelajaran tersebut disusun dalam tema dan sub tema. Ruang lingkup
adalah batasan-batasan keluasan setiap tema dan sub tema, sedangkan urutan
adalah urutan logis dari setiap tema dan sub tema (Mulyasa, 2007).

Guru yang mempunyai kompetensi professional harus mampu memilah


dan

memilih

serta

mengelompokkan

materi

pembelajaran

yang

akan

disampaikannya kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. Tanpa kompetensi


tersebut, dapat dipastikan bahwa guru tersebut akan menghadapi berbagai
kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik, bahkan akan gagal dalam
melaksanakan pembelajaran.
2. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
didmilikinya (Mulyasa, 2007).
Lebih lanjut, dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa: Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan (kemampuan
mengelola pembelajaran)
Secara

pedagogis,

kompetensi

guru-guru

dalam

mengelola

pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena
Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung
jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau
perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentinagn tersebut, sedikitnya
terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yakni menilai kesesuaian
program yang ada dengan tuntunan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik,
meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program,
serta menilai perubahan program.
b.

Pemahaman terhadap peserta didik

Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami Guru dari peserta
didik, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan
kognitif.
c.

Perancangan pembelajaran
Perancangan

pembelajaran

merupakan

salah

satu

kompetensi

pedagogik yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan


pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan,
perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
d.

Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis


Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik dan pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya
pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre tes, proses, dan post
test.

e.

Pemanfaatan teknologi pembelajaran


Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan

untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini,


Guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan
materi pembelajran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh
peserta didik.
f.

Evaluasi hasil belajar


Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan

pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian


kelas,

tes

kemampuan

dasar,

penilaian

akhir

satuan

pendidikan

dan

sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.


g. Pengembangan peserta didik
Pengembangan peserta didik merupaka bagian dari kompetensi pedagogik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilki oleh setiap peserta didik.
Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara,

antara lain melalui kegiatan ekstra kulikuler (ekskul), pengayaan dan remedial,
serta bimbingan dan konseling (BK).
Jadi, harapannya Guru dapat memiliki kompetensi pedagogik yang baik,
sehingga dapat menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Guru
diharapkan dapat memahami landasan pendidikan, mampu menerapkan teori
belajar, dapat menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta
didik, dan mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan staregi yang
tepat.
3.

Kompetensi Kepribadian
Menurut Standar Nasional Pendidikan, kompetensi kepribadian merupakan

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,


menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia.
Berikut merupakan penjelasan dari poin-poin pengertian kompetensi
kepribadia di atas:
a. Memiliki kepribadian mantap dan stabil
Dalam hal ini, guru dituntut untuk bertindak sesuai dengan norma hukum
dan norma sosial. Jangan sampai seorang pendidik melakukan tindakan-tindakan
yang kurang terpuji, kurang profesional, atau bahkan bertindak seronoh. Misalnya
: adanya oknum guru yang menghamili peserta didiknya, minum-minuman keras,
narkoba, penipuan, pencurian, dan aktivitas lain yang merusak citra sebagai
pendidik.

b. Memiliki kepribadian yang dewasa


Kedewasaan guru tercermin dari kestabilan emosinya. Untuk itu
diperlukan latihan mental agar guru tidak mudah terbawa emosi. Sebab, jika guru
marah akan mengakibatkan peserta didik takut. Ketakutan itu sendiri berdampak

pada turunnya minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran, serta dapat
mengganggu konsentrasi belajarnya.
c.

Memiliki kepribadian yang arif


Kepribadian yang arif ditunjukkan melalui tindakan yang bermanfaat bagi

peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam


berpikir dan bertindak.
d. Memiliki kepribadian yang berwibawa
Kepribadian yang berwibawa ditunjukkan oleh perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan disegani.
e.

Menjadi teladan bagi peserta didik


Dalam istilah Bahasa Jawa, guru artinya digugu lan ditiru. Kata ditiru
berarti dicontoh atau dalam arti lain diteladani. Sebagai teladan, guru menjadi sorotan
peserta didik dalam gerak-geriknya. Untuk itu, guru harus memperhatikan beberapa
hal berikut:
1) Sikap dasar: postur psikologis. Contoh: keberhasilan, kegagalan, pekerjaan,
hubungan antar manusia, agama, dan lain sebagainya.
2) Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berfikir.
3) Kebiasaan bekerja; gaya yang dipakai dalam bekerja yang ikut mewarnai
kehidupannya.
4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan.
5) Pakaian sebagai perlengkapan pribadi yang penting dan menampakkan ekspresi
seluruh kepribadian.
6) Hubungan kemanusiaan
7) Proses berpikir

8) Perilaku neurotis atau suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan
bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9) Selera yang merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10) Kepetusan sebagai cermin keterampilan rasional dan intuitif.

11) Kesehatan yang mencerminkan kealitas tubuh.


12) Gaya hidup secara umum.
f.

Memiliki akhlak mulia


Guru harus berakhlak mulia karena perannya sebagai penasehat. Niat pertama dan

utama seorang guru bukanlah berorientasi pada dunia, tetapi akhirat. Yaitu niat untuk
beribadah kepada Allah. Dengan niat yang ikhlas, maka guru akan bertindak sesuai
dengan norma agama dan menghadapi segala permasalahan dengan sabar karena
mengharap ridho Allah SWT.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Guru merupakan makhluk sosial. Kehidupan kesehariannya tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan bersosial, baik di sekolah ataupun di masyarakat. Maka dari itu, guru
dituntuk memiliki kompetensi sosial yang memadai.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dimiliki guru sebagai makhluk sosial:
a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif
Agar guru dapat berkomunikasi secara efektif, terdapat tujuh kompetensi
sosial yang harus dimiliki:
1) Memiliki pengetahuan tentang adat dan istiadat sosial dan agama
2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi
4) Memiliki pengetahuan tentang estetika
5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia
b. Manajemen hubungan antara sekolah dan masyarakat

Untuk memenejemen hubungan antara sekolah dan masyarakat, guru dapat


menyelenggarakan program, ditinjau dari segi proses penyelenggaraan dan jenis
kegiatannya. Pada proses penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat,
terdapat

empat

komponen

yang

diperhatikan:

perencanaan

program,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan untuk kegiatannya dapat


dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu teknik langsung misalnya tatap muka,
kunjungan pribadi, melalui surat, atau media massa dan teknik tidak langsung. yang
dimaksud teknik tidak langsung adalah kegiatan-kegiatan yang secara tidak sengaja
dilakukan oleh pelaku, tetapi mempunyai nilai positif untuk kepentingan Husemas
sekolah. Contoh: cerita dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh anggota masyarakat
akan membentuk opini tertentu terhadap suatu sekolah.
c. Ikut berperan aktif di masyarakat
Selain sebagai pendidik, guru juga berperan sebagai wakil masyarakat yang
representatif. Sehingga jabatan guru sekaligus sebagai jabatan kemasyarakatan. Oleh
karena itu, guru mengemban tugas untuk membina masyarakat agar berpartisipasi
dalam pembangunan. Dalam menjalankan tugasnya, guru perlu meng-up grade diri
dengan kompetensi-kompetensi yang berupa: aspek normatif kependidikan
(beriktikad baik), pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan mempunyai
program meningkatkan kemajuan masyarakat dan pendidikan.
Di mata masyarakat, guru bukan hanya orang yang terbatas pada dindingdinding kelas, tetapi dia harus menembus batas halaman sekolah dan berada
langsung di tengah-tengah masyarakat.
d. Menjadi agen perubahan sosial
UNESCO mengucapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang
mampu mendorong pemahaman dan toleransi. Tidak sekedar mencerdaskan
peserta didik tetapi juga mampu mengembangkan kepribadian yang utuh,
berakhlak, dan berkarakter. Salah satu tugas guru adalah menterjemahkan
pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta
didik. Sebagai pendidik, guru perlu untuk mengembangkan kecerdasan sosial

kepada pesert didik. Beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan sosial


peserta didik yaitu: diskusi, bermain peran, hadap masalah, kunjungan langsung
ke masyarakat adan lingkungan sosial yang beragam.
3. Mengkaji dan mempraktikan 10 kompetensi pedagogik dan 38 unsurnya
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensipedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau
mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan

program belajar

mengajar mencakup kemampuan:


(1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,
(2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
(3) merencanakan pengelolaan kelas,
(4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan
(5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana
pembelajaran meliputi
(1) mampu mendeskripsikan tujuan,
(2) mampu memilih materi,
(3)mampu mengorganisir materi,
(4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,
(5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran,
(6) mampu menyusun perangkatpenilaian,
(7) mampu menentukan teknik penilaian, dan
(8) mampu mengalokasikanwaktu
.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar
merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama

pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan


deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai
media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
b. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan
program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah
keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas
dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah
metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa
belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping
pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula
kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan
keterampilan menilai hasil belajar siswa.Yutmini (1992:13) mengemukakan,
persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar meliputi kemampuan:
(1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai
dengan tujuan pelajaran,
(2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran,
(3) berkomunikasi dengan siswa,
(4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan
(5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Hal serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang menyatakan,
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar
adalah mencakup kemampuan:
(1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran,
(2) mengarahkan tujuan pengajaran,
(3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan
pengajaran,

(4) melakukan pemantapan belajar,


(5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar,
(6) melaksanakan layananbimbingan penyuluhan,
(7) memperbaiki program belajar mengajar, dan
(8) melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan
pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara
terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa
secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi
karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan
merespon setiap perubahan perilaku siswa.Depdiknas (2004:9) mengemukakan
kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi
(1) membuka pelajaran,
(2) menyajikan materi,
(3) menggunakan media dan metode,
(4) menggunakan alat peraga,
(5) menggunakan bahasa yang komunikatif,
(6) memotivasi siswa,
(7) mengorganisasi kegiatan,
(8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif,
(9) menyimpulkan pelajaran,
(10)memberikan umpan balik,
(11) melaksanakan penilaian, dan
(12) menggunakan waktu
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar
mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara
manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar

adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan


struktur kognitif para siswa.
c. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar
Menurut

Sutisna

(1993:212),

penilaian

proses

belajar

mengajar

dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar


mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses
yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan
untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan. Commite dalam Wirawan
(2002:22) menjelaskan, evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan
perbaikan

pendidikan,

sedangkan

evaluasi

yang

salah

akan

merugikan

pendidikan.Tujuan utamamelaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar


adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat
diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses
belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan
tindak lanjut hasil belajar siswa.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi
penilaian belajar peserta didik, meliputi
(1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,
(2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda,
(3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid,
(4) mampu memeriksa jawab,
(5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian,
(6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian,
(7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian,
(8) mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian,
(9) mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian,
(10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis,

(11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian,


(12) mengklasifikasi kemampuan siswa,
(13) mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian,
(14) mampu melaksanakan tindak lanjut,
(15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan
(16) mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator
(1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
(2) kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar
(3) kemampuan melakukan penilaian.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Guru adalah seorang pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik
profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan menguasai standar kompetensi
Guru berupa kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kualifikasi akademik
yang harus dimilki guru adalah minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D4).
B. SARAN
Dengan mengkaji kualifikasi dan kompetensi guru

meningkatkan pengetahuan kita sebagai calon guru nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

diharapkan dapat

Sembiring, M.Gorky. 2008. Mengungkap Rahasia dan Tips Manjur Menjadi


Guru Sejati. Yogyakarta : Best Publisher.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai