Anda di halaman 1dari 46

TUBERKULOSIS

Definition
An airborne disease caused by the
bacterium Mycobacterium
tuberculosis (M.tuberculosis)
Sumber : Centers for Disease Control and Prevention.gov.com

ETIOLOGY

Mycobacterium tuberculosis

Risk factors
FACTOR

DESCRIPTIONS

Susceptibility

Immune status of the exposed individual

Infectiousness

Persons who expel many tubercle bacilli are more


infectious than patient who expel few or no bacilli

Environment

Environmental factors that affect the


concentration of M.tuberculosis organism.

Exposure

Proximity, frequency and duration of exposure

Pathophysiology

KLASIFIKASI
TUBERKULOSIS

A) TUBERKULOSIS PARU

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang


jaringan paru, tidak termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif.
) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan biakan positif
b) Tuberkulosis paru BTA (-)
) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. tuberculosis

2. Berdasarkan tipe pasien


Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
a. Kasus baru
Belumpernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT < 1 bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi
dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus
dipikirkan beberapa kemungkinan :
Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.

d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak
aktif. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

Pada pasien ini didapatkan BTA (+) 3


kali

B) TUBERKULOSIS EKSTRA PARU


Menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya kelenjar getah
bening, selaput otak, tulang, ginjal,
saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas
kultur positif atau patologi anatomi
dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus
yang tidak dapat dilakukan
pengambilan spesimen maka
diperlukan bukti klinis yang kuat dan

DIAGNOSIS

Ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan
pemeriksaan penunjang lainnya

Gejala klinik
Dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena
adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
batuk > 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat
tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama
terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
Demam
Malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada
meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat
gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Pada pasien ini didapatkan :


Sesak napas
Batuk sejak 1 bulan yl
Nyeri dada
Keringat malam
Penurunan berat badan 5kg dalam 1
bulan
Riwayat demam

Pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan
dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.
Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta
daerah apeks lobus inferior (S6).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah,
ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.

Pada pasien ini didapatkan : suara


napas vesikuler, ronkhi pada medio
basal

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan


fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga
pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada
auskultasi suara napas yang melemah sampai
tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat
pembesaran kelenjar getah bening, tersering di
daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis
tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.

c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.


Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
Mikroskopik
Biakan (kultur)
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa
:
Mikroskopik fluoresens:
screening)

pewarnaan Ziehl-Nielsen
pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :


3 kali (+) atau 2 kali (+) 1 kali (-) -> BTA (+)
1 kali (+) 2 kali (-) -> ulang BTA 3 kali, kemudian bila 1 kali positif, 2 kali
negatif -> BTA (+)\
3 kali (-) ->BTA (-)

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD


(rekomendasi WHO).
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Pemeriksaan biakan (kultur) kuman:

Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional


ialah dengan cara :
Egg base media: Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh
Agar base media : Middle brook

Pada pasien ini ditemukan :


Pewarnaan BTA 1 Positif (1+)
Pewarnaan BTA 2 Positif (2+)
Pewarnaan BTA 3 Positif (1+)

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar -> foto toraks PA.
Lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Lesi TB inaktif :
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung ) :
Kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran
radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi
tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan(terutama pada kasus
BTA negatif) :
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga
kedua depan dan prosesus spinosus dariSumber
vertebra:torakalis
4 atau korpus
vertebra
torakalis
Perhimpunan
Dokter
Paru Indonesia

Pada pasien ini didapatkan gambaran


radiologi :

Treatment
KATEGORI

KASUS

PADUAN OBAT
YANG DIANJURKAN

TB paru BTA (+), BTA


(-), Lesi luas

2RHZE/4RH atau
2RHZE/6HE atau
2RHZE/4R3H3

II

Kambuh
Gagal pengobatan

3RHZE/6RH
2RHZE lalu sesuai
hasil uji resistensi
atau
2RHZES/1RHZE/5R
3H3E3

II

TB paru lalai berobat

Sesuai lama
pengobatan
sebelumnya, lama
berhenti minum
obat dan keadaan
klinik, bakteriologik
& radiologik saat

KETERANGAN

Bila
streptomysin
alergi, dapat di
ganti kanamisin

KATEGORI

KASUS

PADUAN OBAT
YANG
DIANJURKAN

KETERANGAN

III

TB paru BTA (-) lesi


minimal

2RHZ/4RH atau
6RHE

IV

Kronik

Sesuai uji
resistensi atau H
seumur hidup

Bila streptomisin
alergi, dapat
diganti kanamisin

MDR TB

Sesuai uji
resistensi +
kuinolon atau H
seumur hidup

Sumber : PEDOMAN PENATALAKSAAN TB (KONSENSUS TB)

EFEK SAMPING OBAT ANTI TUBERKULOSIS

Pasien ini mendapatkan treatment :


Rimstar 4FDC 3tab/24jam/oral

Prognosis
Dubia

LUPUS
ERITEMATOSUS
SISTEMIK

Penyakit reumatik autoimun yang ditandai adanya


inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap
organ atau sistem dalam tubuh.
Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi
dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan
Penyakit ini menyerang wanita muda dengan insiden
puncak usia 15- 40 tahun selama masa reproduktif
dengan ratio wanita dan pria 5:1

Faktor pencetus/eksaserbasi
LES
Obat : Procainamid
Hidralazin
Metildopa
CPZ
Keguguran
Kehamilan
Tindakan pembedahan

KRITERIA DIAGNOSIS
1. Ruam Malar LES

2. Ruam Diskoid
3. Foto sensitif
4. Ulkus di mulut
5. Artritis/artralgia
6. Serositis
a. Efusi perikardial
b. Efusi paru
7. Kelainan ginjal
a. Proteinuria (>0.5 gr//24 jam) atau >+3 bila
tidak dilakukan pemeriksaan kuanttatif
b. Silender Cellular cast

8. Kelainan neurologis
9. Kelainan darah
a. Anemia hemolitik dengan retikulosis
b. Leukopenia (< 4000)
c. Limfopenia (<1500)
d. Trombositopenia (<100.000)
10. Sero-imunologi
a. Anti ds DNA
b. Anti Sm
c. Sel LE
d. VDRL
11. ANA test

Pada pasien ini ditemukan 5


kriteria:
Ruam Malar
Foto sensitif
Ulkus di mulut
Artritis/arthralgia
ANA tes positif

PATOFISIOLOGI

Clinical Manifestations

DISCOID
RASH

MALAR RASH
ORAL
ULCER

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (Hb,lekosit,hitung jenis
sel,LED)
Urin rutin an mikroskopik,protein
kwantitatif 24jam
Kimia darah ( ureum,kreatinin, fungsi
hati,profil lipid)
PT,aPTT pada sindrom antifospolipid
Tes ANA , Anti ds-DNA dan Pemeriksaan
komplemen (C3,C4)
Foto polos thorax

PILLAR PENGOBATAN LES


Edukasi dan kaunseling
Program rehabilitasi
Medikamentosa
a) NSAIDS
b) Antimalaria
c) Imunospresan /sitotosik
d) Terapi lain

Algoritma
penatalaksanaan SLE

MEDIKAMENTOSA

Kortikosteroid
Kortikosteroid (KS) digunakan
sebagai pengobatan utama pada
pasien dengan SLE.
Meski dihubungkandengan
munculnya banyak laporan efek
samping, KS tetap merupakan obat
yang banyakdipakai sebagai
antiinlamasi dan imunosupresi.
Dosis rendah sampai sedang
digunakan pada SLE yang relatif
tenang.
Dosis sedang sampaitinggi berguna

Prognosis
Dubia

Anda mungkin juga menyukai