Definition
An airborne disease caused by the
bacterium Mycobacterium
tuberculosis (M.tuberculosis)
Sumber : Centers for Disease Control and Prevention.gov.com
ETIOLOGY
Mycobacterium tuberculosis
Risk factors
FACTOR
DESCRIPTIONS
Susceptibility
Infectiousness
Environment
Exposure
Pathophysiology
KLASIFIKASI
TUBERKULOSIS
A) TUBERKULOSIS PARU
d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak
aktif. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan
pemeriksaan penunjang lainnya
Gejala klinik
Dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena
adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
batuk > 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat
tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama
terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
Demam
Malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada
meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat
gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan
dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.
Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta
daerah apeks lobus inferior (S6).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah,
ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
pewarnaan Ziehl-Nielsen
pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar -> foto toraks PA.
Lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Lesi TB inaktif :
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung ) :
Kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran
radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi
tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan(terutama pada kasus
BTA negatif) :
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga
kedua depan dan prosesus spinosus dariSumber
vertebra:torakalis
4 atau korpus
vertebra
torakalis
Perhimpunan
Dokter
Paru Indonesia
Treatment
KATEGORI
KASUS
PADUAN OBAT
YANG DIANJURKAN
2RHZE/4RH atau
2RHZE/6HE atau
2RHZE/4R3H3
II
Kambuh
Gagal pengobatan
3RHZE/6RH
2RHZE lalu sesuai
hasil uji resistensi
atau
2RHZES/1RHZE/5R
3H3E3
II
Sesuai lama
pengobatan
sebelumnya, lama
berhenti minum
obat dan keadaan
klinik, bakteriologik
& radiologik saat
KETERANGAN
Bila
streptomysin
alergi, dapat di
ganti kanamisin
KATEGORI
KASUS
PADUAN OBAT
YANG
DIANJURKAN
KETERANGAN
III
2RHZ/4RH atau
6RHE
IV
Kronik
Sesuai uji
resistensi atau H
seumur hidup
Bila streptomisin
alergi, dapat
diganti kanamisin
MDR TB
Sesuai uji
resistensi +
kuinolon atau H
seumur hidup
Prognosis
Dubia
LUPUS
ERITEMATOSUS
SISTEMIK
Faktor pencetus/eksaserbasi
LES
Obat : Procainamid
Hidralazin
Metildopa
CPZ
Keguguran
Kehamilan
Tindakan pembedahan
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Ruam Malar LES
2. Ruam Diskoid
3. Foto sensitif
4. Ulkus di mulut
5. Artritis/artralgia
6. Serositis
a. Efusi perikardial
b. Efusi paru
7. Kelainan ginjal
a. Proteinuria (>0.5 gr//24 jam) atau >+3 bila
tidak dilakukan pemeriksaan kuanttatif
b. Silender Cellular cast
8. Kelainan neurologis
9. Kelainan darah
a. Anemia hemolitik dengan retikulosis
b. Leukopenia (< 4000)
c. Limfopenia (<1500)
d. Trombositopenia (<100.000)
10. Sero-imunologi
a. Anti ds DNA
b. Anti Sm
c. Sel LE
d. VDRL
11. ANA test
PATOFISIOLOGI
Clinical Manifestations
DISCOID
RASH
MALAR RASH
ORAL
ULCER
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (Hb,lekosit,hitung jenis
sel,LED)
Urin rutin an mikroskopik,protein
kwantitatif 24jam
Kimia darah ( ureum,kreatinin, fungsi
hati,profil lipid)
PT,aPTT pada sindrom antifospolipid
Tes ANA , Anti ds-DNA dan Pemeriksaan
komplemen (C3,C4)
Foto polos thorax
Algoritma
penatalaksanaan SLE
MEDIKAMENTOSA
Kortikosteroid
Kortikosteroid (KS) digunakan
sebagai pengobatan utama pada
pasien dengan SLE.
Meski dihubungkandengan
munculnya banyak laporan efek
samping, KS tetap merupakan obat
yang banyakdipakai sebagai
antiinlamasi dan imunosupresi.
Dosis rendah sampai sedang
digunakan pada SLE yang relatif
tenang.
Dosis sedang sampaitinggi berguna
Prognosis
Dubia