Anda di halaman 1dari 9

I.

Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Latin perception, adalah tindakan menyusun, mengenali, dan

menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang


lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam system saraf yang merupakan hasil dari
stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Persepsi ini sangat penting bagi perilaku
organisasi, karena pada dasarnya orang menilai sesuatu berdasarkan pada persepsi mereka,
bukan berdasar pada realita yang sebenarnya terjadi. Sebuah kutipan yang mengatakan
Dunia sebagaimana yang dinilai adalah dunia yang penting secara perilaku.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu. Factor
ini dapat terletak pada penilai, objek yang dinilai, dan pada situasi saat persepsi itu dibuat.
Berikut adalah bagan mengenai factor yang mempengaruhi persepsi:
Faktor pada Situasi
Waktu
Latar kerja
sosial
Faktor pada Penilai
Sikap
Motif
Minat
Pengalaman
ekspektasi

Persepsi

Faktor pada Target


Inovasi
Pergerakan
Suara
Ukuran
Latar belakang
Proksimitas
kesamaan

Interpretasi sesorang terhadap apa yang dilihat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
individu, seperti sikap, kepribadian, motif, minta, pengalaman masa lampau, dan ekspektasi.
Maka saat individu mengharapkan suatu sifat dimiliki orang tertentu, maka individu tersebut
cinderung akan menilai mereka demikian rupa tanpa memperdulikan sifat-sifat yang
sebenarnya.
Karakteristik dari target juga mempengaruhi cara penilian sesorang. Latar belakang
sesorang sangat mempengaruhi presepsi, hal ini sama halnya ketika individu cinderung
mengelompokan hal-hal yang dekat dan mirip di posisi yang sama. Selain penilai dan objek
yang dinilai, konteks pun berpengaruhi terhadap pembentukan persepsi seseorang. Waktu
ketika individu melihat hal yang sama akan membuat perbedaan persepsi di kedua waktu
tersebut, meskipun target tidak berubah.

II.

Persepsi Orang: Memuat Penilaian atas Orang Lain


A. Teori Atribusi
Saat kita bertemu seseorang, pikiran kita tidak bias terhindar dari membuat
penilaian atas perilaku orang yang kita temui tersebut. Kita mencoba menjelaskan
perilaku orang tersebut berdasarkan asumsi yang kita buat sendiri dalam pikirian
terhadap orang itu. Teori atribusi mencoba menjelaskan cara kita menilai orang
dengan berbeda, bergantung pad pengertian yang kita atribusikan pada sebuah
perilaku. Teori ini menyatakan bahwa kitika kita mengamati tindakan seseorang,
presepsi kita mencoba menentukan apakah itu disebabkan dari internal atau ekspernal.
Penentuan ini bergantung pada tiga factor yang mempengaruhi, seperti yang
tergambar dalam bagan di bawah ini:
Tinggi

Perbedaan

Peilaku Individu

Konsensus

Konsistensi

Rendah

External
Internal

Tinggi

External

Rendah

Internal

Tinggi

Internal

Rendah

External

Pengamat percaya bahwa perilaku yang disebabkan oleh factor internal berada
dalam kendali pribadi sebagai individu. Sedangkan perilaku yang disebabkan oleh
factor eksternal terjadi karena sebuah situasi yang memaksa individu untuk
melakukannya.
Selain dipengaruhi factor internal dan eksternal, terdapat factor penentu. Pertama,
perbedaan adalah pemikiran apakah seorang individu akan bertindak berbeda apabila
ditempatkan pada situasi yang berbeda. Hal ini menyatakan bahwa apabila seorang
pekerja memiliki tingkat kinerja yang sama pada tugas-tugas lainnya seperti ia
mengerjakan tugasnya saat ini merupakan contoh dari perbedaan rendah.
Kedua, konsensus adalah pemikiran bahwa seseorang akan tetap menunjukan
perilaku yang sama meski dihadapkan pada situasi yang berbeda. Seorang pekerja

memiliki kinerja yang berbeda dari pekerja lainnya, lebih baik atau buruk,
dibandingkan dengan pekerja lainnya merupakan contoh dari konsensus rendah, dan
seorang pekerja yang memiliki kinerja yang konisten sepanjang waktu merupakan
contoh dari konsensus tinggi.
Terakhir,

pengamat

mencari

konsistensi

dalam

tindakan

seseorang.

Mempertanyakan apakah seseorang merespon dengan cara yang sama sepanjang


waktu. Ketika seseorang membuat sebiah penilaian terhadap individu lainnya,
pengaruh faktor internal akan lebih mendominasi presepsi daripada faktor eksternal,
hal ini disebut dengan kesalahan atribusi fundamental. Ini dapat menjelaskan
mengapa seorang manajer akan menganggap seorang tenaga pemasaran malas
daripada menganggap bahwa produk yang dijual kurang inovatif saat tren penjualan
perusahaan turun. Kesalahan atribusi fundamental juga menjelaskan mengapa
seseorang lebih suka mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor internal seperti
usaha dan kerja keras dan sebaliknya mengatribusikan kegagalan dengan faktor
eksternal seperti ketidakberuntungan atau rekan yang tidak produktif. Orang
kebanyakan juga sering mengatribusikan informasi ambigu seperti pujian baik,
menerima komentar positif dan menolak yang negatif, hal ini disebut dengan bias
pelayanan diri.

B. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain secara Umum


Tedapat 4 cara untuk menilai orang lain yaitu, presepsi selektif, hello efek, efek
kontras, dan stereotip.
1. Presepsi Selektif : Menilai sikap seseorang melalui hobby, latar belakang,
pengalaman, dan sikap. Misalkan orang Indonesia adalah orang yang ramah.
Kenyataan, tidak semua orang Indonesia seperti itu, dan ada negara lain yang
lebih ramah dibandingkan negara kita, yaitu Jepang.
2. Efek Halo : Menggambarkan kesan ketika kita mengenal orang lain dalam
kecerdasannya, penampilan, dan bersosialisasi. Misalkan kita menggambarkan
sifat yang dimiliki orang yang kita kagum, seperti enstein yang kita ketahui dia
merupakan ahli fisika yang cerdas. Walaupun kita tak pernah bertemu dengan dia
tapi kita sudah mengenal sifat yang ia punya dari permukaan saja.
3. Efek Kontras : presepsi seseorang untuk menilai orang lain dari perbandingan
dengan orang yang memiliki sifat yang sama. Misalkan, saya melihat temen saya
yang baik, pintar, dan sopan. Maka saya akan membandingkan teman saya

tersebut dengan orang yang saya kenal memiliki sifat yang sama, maka muncullah
pertaanyaan siapa yang lebih baik diantara keduanya?
4. Stereotip : Menilai seseorang berdasarkan etnis, umur, agama, ras, dan jenis
kelamin. Jadi, kita akan mengambil keputusan presepsi ini dengan cepat, dan
biasanya sulit untuk mengubah presepsi ini. Misalkan, di Amerika dulu pemimpin
yang diakui adalah pemimpjn berkulit putih, karna kulit putih diyakini adalah
pemimpin lebih baik.

C. Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi


Pada saat kita bekerja maka ada tiga tahapan kita dinilai oleh manajer, yaitu
wawancara kerja, ekspetasi kinerja, dan evaluasi kinerja.
1. Wawancara Kerja : Kebanyakan setiap orang yang ingin bekerja melewati tahap
ini, jarang yang tidak melakukan wawancara kerja. Presepsi seseorang mengenai
sikap seseorang sering tidak akurat, karena menggambarkan sikap orang lain
dalam waktu singkat. Kita membentuk kesan orang lain terhadap atasan hanya
dalam 10 detik, misalkan dari penampilan, kepercayaan diri kita, dst. Dan sikap
kita dinilai lagi 4 atau 5 menit saat pertama wawancara. Pelamar yang baik dinilai
dari sikap yang tidak disukai tidak ada dibandingkan sikap yang disukai oleh
pewawancara.
2. Ekpetasi Kinerja : atau istilah lainnya prediksi pemunuhan diri, yaitu perilaku
seseorang dinilai dari ekspetasi orang lain. Jika manajer melihat bahwa pekerja
memiliki ekpetasi yang tinggi dalam pekerjaannya, maka tidak mungkin pekerja
mengecewakannya. Sebaliknya, mengharapkan kinerja yang rendah, maka akan
memenuhi ekspetasi yang rendah.
3. Evaluasi Kinerja : Menilai kinerja akhir seseorang. Jadi, penilaian pekerja akan
terkait dengan masa depan, seperti promosi, kenaikan gaji dan kelanjutan
pekerjaan. Terkadang penilaian bersifat objektif. Misalkan, agen pemasaran akan
dinilai berdasarkan berapa banyak produk yang telah dijual. Namun, penilaian
subjektif juga dibutuhkan.

III.

HUBUNGAN ANTARA PRESEPSI DAN PENGAMBILAN


KEPUTUSAN INDIVIDUAL
Pada saat kita mengambil keputusan sebagai manajer maka terdapat hubungan antara

presepsi dengan pengambilan keputusan individual, yaitu pada saat mengambil keputusan
dari 2 atau lebih alternatif dan pada saat keputusan terjadi karena berawal dari masalah.
Pertama, pada saat mengambil keputusan dari 2 atau lebih alternatif terdapat perbedaan
keputusan antara maanjer puncak dengan manajer menengah dan lebih rendah. Manajer
puncak akan menentukan tujuan dan sasaran organisasi, apa produk/jasa yang akan
ditawarkan, di mana lokasi pabrik yang baru, dst. Manajer menengah dan bawah menentukan
manetapkan jadwal produksi, bagaimana alokasi kenaikan gaji,dst. Oleh karena itu,
pengambilan keputusan adalah bagian penting untuk sebuah organisasi.
Kedua, keputusan terjadi karena berawal dari masalah adalah perbedaan antara situasi
sekarang, dan yang diinginkan, maka kita harus mempertimbangkan alternatif tindakan.
Misalkan, jika anda memiliki masalah dengan PR anda yang belum terselesaikan, maka anda
membutuhkan keputusan untuk menyelesaikan PRnya. Sehingga terdapat dua kemungkinan,
menanyakan cara penyelesaian ke kakak kelas anda atau anda menyotek pekerjaan teman
anda.
Oleh karena itu, setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterprestasi dan
mengavaluasi informasi. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan sering terjadi
segingga dapat mengurangi kesalahan dengan membuat sebuah kesimpulan.

IV.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

A. Model Rasional, Rasionalitas Terbatas, dan Intuisi

B. Bias dalam Kesalahan Umum dalam Pengambilan Keputusan

V.

PENGARUH

DALAM

PENGAMBILAN

KEPUTUSAN:

PERBEDAAN INDIVIDU DAN BATASAN ORGANISASI


Kita beralih ke faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana orang mengambil
keputusan dan tingkat dimana mereka rentan pada kesalahan.

A. Perbedaan Individu
Pengambilan keputusan dalam praktiknya dikarakterisasikan oleh batasan batasan
rasionalitas dan kesalahan umum. Perbedaan-perbedaan individu juga menciptakan deviasi
dari model rasional.
Kepribadian. Manajer perlu mengetahui bagaimana mengukur kepribadian. Riset telah
menunjukkan kegunaan uji kepribadian dalam keputusan perekrutan dan membantu manajer
memprediksi siapa yang terbaik untuk sebuah pekerjaan. Alat yang paling umum untuk
mengukur kepribadian adalah melalui survey laporan diri individu.
Jenis Kelamin. Riset memberikan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam
pengambilan keputusan. Dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan wanita
mengabiskan waktu yang lebih lama dari pada laki-laki. Wanita juga mempunyai ekspresi
kesedihan, kecemasan, serta mendasarkan pada harga diri dan nilai positif yang orang lain
pikirkan pada mereka dibandingkan laki-laki. Pendapat selanjutnya mengatakan bawa wanita
lebih dipengaruhi dan berempati oleh peristiwa atau kejadian dalam kehidupan orang lain.
Kemampuan Mental. Orang yang mempunyai level kemampuan mental yang tinggi dapat
memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat dan belajar lebih cepat
sehingga resiko pengambilan keputusan umum yang salah lebih sedikit.
Perbedaan Budaya. Latar belakang budaya dari pembuat keputusan dapat mempengaruhi
signifikan pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas dan apakah
keputusan organisasi seharusnya dibuat oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam
kelompok.

B. Batasan Organisasi
Evaluasi Kinerja. Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi.
Misalnya manajer akan percaya kinerja karyawannya jika tidak ada masalah pada pekerjaan
dan dapat meningkatkan produktivitasnya.

Sistem Imbalan. System imbalan organisasi memengaruhi pengambil keputusan. Contohnya


General Motors memberikan promosi dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan
menghindari kontroversi.
Peraturan Baku. Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan
dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan.
Batasan waktu akibat system. Hampir semua keputusan penting muncul dengan tenggat
waktu eksplisit.

VI.

ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Kriteria penting dalam pengambilan keputusan organisasi salah satunya pertimbangan
etis. Manajer perlu memahami pentingnya peran yang seharusnya dimainkan kreativitas
dalam proses keputusan. Manajer terbaik menggunakan strategi untuk meningkatkan potensi
kreatif pekerjanya dan menuai ide-ide yang berguna untuk aplikasi organisasi.

A. Tiga Kriteria Keputusan Etis


Pengambilan keputusan yang etis merupakan suatu kriteria yang penting dalam
pengambilan keputusan organisasional. Terdapat tiga macam kriteria yang berbeda dalam
membuat keputusan etis, antara lain:
1. Kriteria utilitarian yaitu keputusan-keputusan dibuat untuk memberikan manfaat
terbesar bagi jumlah terbesar.
2. Kriteria perlindungan hak yaitu menuntut individu untuk mengambil keputusan yang
konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar seperti dikemukakan di
dalam dokumen-dokumen HAM.
3. Kriteria keadilan yaitu mensyaratkan individu untuk memberlakukan dan menegakkan
aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga terdapat pembagian biaya
dan manfaar yang pantas.
Kelebihan dan Kelemahan Kriteria dalam Membuat Keputusan Etis
Kriteria
Uilitarian

Kelebihan
Kelemahan
Mendorong efisiensi dan Mengabaikan hak individu

Perlindungan hak

produktivitas
terutama kaum minoritas
Melindungi individu dari Dapat
menciptakan
rasa

sakit

konsisten

hati

dan lingkungan
dengan legalistik

kebebasan dan privasi

kerja

yang

sehingga

menghambat efisiensi dan

Keadilan

Melindungi
mereka

produktivitas
kepentingan Dapat mendorong

yang

kurang kepemilikan

yang

rasa
akan

terwakili dan yang kurang mengurangi pengambilan


berkuasa

risiko,

inovasi,

dan

produktivitas

VII.

KREATIVITAS, PENGAMBILAN KEPUTUSAN KREATIF,


DAN INOVATIF DALAM ORGANISASI

VIII.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI BAGI PARA MANAJER


Agar manajer mampu mempengaruhi produktivitas, maka diperlukan penilaian cara
pekerja memahami pekerjaan mereka. Hal ini disebabkan individu berperilaku dengan cara
tertentu yang didasarkan pada apa yang mereka lihat atau yakini yaitu persepsi karyawan
terhadap situasi yang menjadi dasar perilakunya.
Karyawan menilai pekerjaan itu baik atau buruk merupakan sebuah persepsi atau
penafsiran. Reaksi terhadap penafsiran yang buruk dapat berupa keabsenan, pengunduran diri
karyawan, dan kepuasan kerja. Manajer harus memahami cara setiap individu menafsirkan
realitas. Manajer yang tidak dapat menangani perbedaan sewaktu individu mempersepsikan
pekerjaan secara negatif akan menyebabkan peningkatan keabsenan, pengunduran diri, dan
mengurangi kepuasan kerja.
Dalam pengambilan keputusan, individu mencari pemecahan masalah yang lebih
bersifat memuaskan bukan optimal, memasukkan bias dan prasangka ke dalam proses
keputusan, dan mengandalkan intuisi. Oleh karena itu terdapat lima saran yang dapat
dilakukan manajer untuk memperbaiki pengambilan keputusan, antara lain:
1. Menganalisis situasi. Gaya pengambilan keputusan harus disesuaikan terhadap
kebudayaan nasional dimana perusahaan itu berada. Misalnya jika berada dalam
negara yang tidak menghargai rasionalitas, jangan membuat keputusan yang dibuat
tampak rasioanal.
2. Memahami bias. Kita semua membawa bias ke keputusan yang kita ambil. Jika kita
memahami prasangka-prasangka yang mempengaruhi penilaian kita, maka kita dapat
mengubah cara kita mengambil keputusan untuk mengurangi bias-bias tersebut.

3. Mengkombinasikan analisis rasional dengan intuisi. Dengan menggunakan kedua


analisis tersebut, kita dapat memperbaiki efektivitas pengambilan keputusan.
4. Jangan mengasumsikan bahwa gaya pengambilan keputusan spesifik cocok untuk
setiap pekerjaan. Efektivitas kita sebagai pengambil keputusan akan meningkat ketika
kita mencocokan gaya keputusan kita dengan tuntutan jabatan.
5. Meningkatkan kreativitas. Meningkatkan kreativitas yakni dengan mencari solusi baru
atas berbagai masalah dan menghapus hambatan-hambatan kerja dan organisasi yang
mungkin menghalangi kreativitas.

Anda mungkin juga menyukai