Anda di halaman 1dari 4

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.03146/PP/M.

IV/12/2004
Pemohon Banding

: PT Gelora Karya Jasatama

Jenis Usaha

Jenis Pajak

: Pajak Penghasilan Pasal 23

Tahun

: 2000

Pokok Sengketa
Broker yang

: 1.

Koreksi objek PPh 23 atas hutang komisi Co-

dibukukan
Rp465.581.113,00

tahun

2000

sebesar

2. Koreksi objek PPh 23 atas pembayaran retur


komisi kepada Dana Pensiun Mandiri sebesar
Rp1.088.228.699,00

1. Koreksi objek PPh 23 atas hutang komisi CoBroker yang dibukukan tahun 2000 sebesar
Rp465.581.113,00
Menurut Terbanding
: Berdasarkan penelitian terhadap bukti-bukti yang
diberikan oleh
Pemohon jumlah Komisi Co-Broker yang telah
dibayarkan kepada pihak lain adalah sebesar
Rp465.581.113,00.
Pembayaran Komisi Co-Broker tersebut tetap terutang
PPh Pasal 23.

Menurut Pemohon
: Karena biaya tersebut masih dicatat sebagai
hutang sehingga belum
memotong dan membayar PPh Pasal 23 yang terutang.
Pada saat membayar hutang komisi co-Broker di tahun
2001 PPh Pasal 23 yang terutang telah dipotong dan
dibayar.
Sistem pembukuan pemohon sejak tahun 2000 adalah
accrual
basis
tetapi
tahun-tahun
sebelumnya
menggunakan system cash basis.

Pendapat Majelis : Berdasarkan neraca tahun 2000 diketahui bahwa


besarnya hutang
komisi adalah sebesar Rp1.846.581.817,00, di mana
dari jumlah tersebut sudah termaksud di dalamnya
hutang komisi Co-Broker sebesar Rp465.581.113,00.
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan Pemohon
per 31 Desember 2000 dan 1999 diketahui bahwa
dasar penyusunan laporan keuangan adalah akrual.
Berdasarkan keterangan Pemohon metode akrual basis
diterapkan sejak tahun buku 2000 dan seterusnya
sedangkan sebelum tahun 2000 yang dipakai adalah
metode cash basis.
Berdasarkan bukti potongan PPh Pasal 23 diketahui
bahwa
atas
komisi
Co-Broker
sebesar
Rp465.581.113,00
Pemohon
baru
melakukan
pemotongan PPh Pasal 23 di tahun 2001 yaitu pada
saat dibayarkan.
Pada metode akrual, pendapatan ataupun biaya diakui
pada saat atau dibebankan. Pada saat komisi Co-Broker
dibebankan sebagai hutang di tahun 2000 seharusnya
telah terutang PPh Pasal 23 meskipun belum dilakukan
pembayaran.
Karenanya Majelis berkesimpulan, atas komisi CoBroker sebesar Rp465.581.113,00 yang telah di catat
oleh Pemohon sebagai hutang di tahun 2000 telah
terutang PPh pasal 23 dan harus dipotong PPh Pasal
23nya,
sehingga
koreksi
Terbanding
tetap
dipertahankan.

3. Koreksi objek PPh 23 atas pembayaran retur


komisi kepada Dana Pensiun Mandiri sebesar
Rp1.088.228.691,00
Menurut Terbanding
: Berdasarkan laporan rugi laba terdapat
pembayaran komisi kepada
Dana Pensiun Bank Mandiri yang telah dibebankan
sebagai
biaya
oleh
Pemohon
sebesar

Rp1.088.228.691,00, namun belum dipotong PPh Pasal


23.

Menurut Pemohon
: Pada saat membayar retur komisi pada Dana
Pensiun Bank Mandiri
Dua (Tahun 2001 dan tahun 2002), Pemohon telah
memotong dan menyetor PPh Pasal 23 yang terutang.
Komisi pada Dana Pensiun Bank Mandiri ini telah
dibebankan
di
tahun
2000
namun
realisasi
pembayarannya baru dilakukan di tahun 2001 dan
2002 sehingga PPh Pasal 23 baru dipotong pada saat
dibayarkan yaitu di tahun 2001 dan 2002 tersebut.

Pendapat Majelis : Berdasarkan penelitian atas data-data yang ada dalam


berkas
banding diketahui bahwa koreksi retur komisi pada
Dana Pensiun Bank Mandiri Dua muncul pada
keputusan keberatan.
Pada saat pemeriksaan Terbanding hanya melakukan
koreksi
atas
komisi
Co-Broker
sebesar
Rp465.581.113,00, namun berdasarkan laporan rugi
laba terdapat pembayaran komisi kepada Dana Pensiun
Bank Mandiri yang telah dibebankan sebagai biaya oleh
Pemohon sebesar Rp1.088.228.691,00, sehingga
peneliti keberatan menetapkan untuk meninjau kembali
koreksi komisi kepada Dana Pensiun Bank Mandiri
menjadi sebesar Rp1.088.228.691,00.
Berdasarkan
penelitian
atas
laporan
keuangan
Pemohon Tahun 2000 terdapat beban komisi tahun
2000 sebesar Rp1.088.228.691,00.
Berdasarkan keterangan Pemohon pembayaran atas
komisi kepada Dana Pensiun Bank Mandiri tersebut
baru dilakukan di tahun 2001 dan 2002 dan hal
tersebut terlihat dalam catatan laporan keuangan 31
Desember 2001 dan 2002, sehingga menurut Pemohon
pemotongan PPh Pasal 23 baru dilakukan saat
pembayaran.

Berdasarkan catatan atas laporan keuangan Pemohon


per 31 Desember 2000 dan 1999 diketahui bahwa
metode yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan adalah akrual basic.
Pada metode akrual, pendapatan ataupun biaya diakui
pada saat dicatat atau dibebankan.
Dalam persidangan terbukti ada dua (dua) lembar SSp
untuk pembayaran PPh Pasal 23 atas retur komisi
kepada Dana Pensiun Bank Mandiri yaitu disertai bukti
pemotongan PPh Pasal 23 masing-masing sebesar
Rp24.521.119,00 dan Rp40.772.602,00, untuk jasa
perantara sebesar Rp408.685.325 + Rp679.543.366,00
= Rp1.088.228.691,00.
Karenanya Majelis berkesimpulan sesuai dengan
metode akrual basis yang digunakan oleh Pemohon
atas komisi kepada Dana Pensiun Bank Mandiri yang
telah dibebankan oleh Pemohon di tahun 2000 telah
terutang PPh Pasal 23 di tahun 2000 meskipun belum
dilakukan pembayaran.
Karenanya Majelis berkesimpulan, atas retur komisi
Dana
Pensiun
Bank
Mandiri
sebesar
Rp1.088.228.691,00 yang telah dibebankan di tahun
2000 telah terutang PPh Pasal 23 dan terus dipotong
PPh Pasal 23nya di tahun 2000, karenanya koreksi
Terbanding atas retur komisi kepada Dana Pensiun
Bank Mandiri sudah benar dan tetap dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai