Gejala Klinis Candidiasis
Gejala Klinis Candidiasis
CANDIDIASIS
Gejala klinis : (Djuanda, 2013)
1. Kandidiasis selaput lendir
a. Trush
Mengenai pada bayi, tampak pseudomembran putih coklat
muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian
dalam, dan permukaan rongga mulut. Lesi terpisah-pisah dan
tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila
pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang
basah dan merah. Pada glotis kronik, lidah tampak halus
dengan papila yang atrofik atau lesi berwarna putih ditepi atau
di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini tidak tampak jelas
bila penderita sering merokok. (Djuanda, 2013)
b. Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut lesi ini mengalami
maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa. Faktor
presdisposisinya ialah defisiensi riboflafin. (Djuanda, 2013)
c. Vulvovaginitis
Terdapat pada penderita diabetes melitus karena kadar gula
darah dan urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena
penimbunan glikogen dalam epitel vagina. Keluhan utama
yaitu gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat rasa
panas, nyeri sesudah miksi dan dispaneuria. (Djuanda, 2013)
Pada pemeriksaaan ringan tmapak hiperemia di labia
menora, introitis vagina, dan vagina terutama 1/3 bagian
bawah. Terdapat pula kelainan khas seperti bercak-bercak putih
kekuningan. (Djuanda, 2013)
Pada kelainan berat terdapat edema pada labia menora dan
ulkus-ulkus yang dangkal pada labia menora dan sekitar
introitus vaginal. Flour albus pada kandidiosis vagina berwarna
kekuningan. Tanda khas disertai gumpalan-gumpalan seagai
kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut
berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina
terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur. (Djuanda,
2013)
d. Balanitis atau balanopostitis
ibunya
menderita
kandidiasis
atau
gangguan
e. Kandidiasis granulomatosa
HOUSER dan ROTHMAN melaporkan tersering pada anak,
lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna
kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta
menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya di
muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring. (Djuanda,
2013)
3. Kandidiosi sistemik
a. Endokarditis
Terdapat pada penderita morfinis sebagai akibat komplikasi
penyuntikan yang dilakukan sendiri, juga dapat diderita oleh
penderita pasca operasi jantung. (Djuanda, 2013)
b. Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya sama
dengan meningitis teberkulosis atau bakteri lain. (Djuanda,
2013)
4. Reaksi Id (kandidid)
Reaksi karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupa
vesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan
atau bagian badan yang lain, mirip dermatofitid. Ditempat tersebut
tidak ada elemen jamur. Bila lesi kandidosis diobati, kandidid
sembuh. Jika dilakukan uji kulit dengan kandididn (antigen
kandida) memberi hasil positif. (Djuanda, 2013)
Penegakan diagnosis
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik berdasarkan seperti gejala
klinis dari masing-masing klasifikasi. Dibantu dengan pemeriksaan
penunjang berupa :
a. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokuten dengan laritan KOH
10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi,
blastospora, atau hifa semu. (Djuanda, 2013)
b. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa
glukosa
sabouraud,
dapat
pula
dibubuhi
antibiotik
(kloramfenikol)
untuk
mencegah
pertumbuhan
bakteri.
vaginam
dosis
tunggal,
sistemik
dapat
diberikan
Prognosis
Umumnya baik, tergantung pada berat ringannya faktor presdisposisi.
(Djuanda, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2013.