Pengertian
Hipersensitivitas
atau
reaksi
hipersensitivitas atau intoleransi adalah
reaksi yang tidak diinginkan yang dihasilkan
oleh sistem imun normal. Termasuk alergi
dan autoimun. Reaksi ini bisa jadi merusak,
membuat tidak nyaman, atau berakibat
fatal. Reaksi hipersensitivitas memerlukan
keadaan imun yang sudah disensititasi.
Hipersensitivitas dikelompokan dalam 4
grup (P.G.H Gell dan Robin Coombs 1963)
1. Anamnesis
Pemeriksaan Laboratorium
1. Jumlah leukosit dan hitung jenis sel
Jumlah leukosit normal pada penyakit alergi. Sel eosinofil
normal pada orang dewasa adalah 0-450 sel/mm 3. Pada
penyakit alergi, eosinofilia sering dijumpai tapi tidak
spesifik dan berkisar 5-15% beberapa hari setelah
pajanan. Hal ini dapat menjadi penanda dan beratnya
hipersensitivitas tersebut.
2. Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, dan
sputum
Eosinofil banyak dijumpai pada sekret pasien rhinitis
alergi. Namun, apabila terdapat infeksi maka neutrofil lebih
dominan.
3. IgE spesifik
Pengukuran ini dilakukan pada pasien
dengan penyakit kulit yang luas, tidak dapat
menghentikan pengobatan, dan kasus alergi
berat sehingga menghalangi tes kulit. IgE
diukur secara in vitro dengan teknik RAST
(Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA
(Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay).
Rasio ikatan dan tidak terikat IgE 2
menggambarkan respons spesifik terhadap
alergen. Namun, tes ini kurang sensitif (tapi
lebih spesifik) dibanding tes kulit dan
hasilnya tidak langsung diketahui.
4. Pemeriksaan komplemen
Pada kasus angioedema berulang
tanpa urtikaria dilakukan
pemeriksaan C1 inhibitor dan C4
komplemen.
Tes Kulit
Tes tusuk (prick test)
Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan
penggunaan obat seperti antihistamin (generasi I minimal
72 jam dan generasi II minimal 1 minggu sebelum tes) dan
kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone <20 mg
dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu).
Sedangkan teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil
tidak perlu dilarang karena tidak mempengaruhi hasil tes. 1
Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2 tahun.
Kontraindikasi absolut dari tes ini adalah lesi luas pada kulit,
kooperasi pasien buruk, dan pasien tidak bisa menghentikan
pengobatan yang dapat mengganggu hasil. Sedangkan
kontraindikasi relatif berupa asma yang persisten dan
instabil, anafilaksis, kehamilan, dan penggunaan obatobatan seperti antihistamin, antidepresan trisiklik, dan beta
blocker.
Keuntungan :
1. Cepat
2. Mempunyai korelasi yang baik dengan tes intradermal
3. Relative lebih aman
. Kerugian :
1. Hanya memberikan penilaian kualitatif pada alergi
2. Bisa terjadi kesalahan pada keadaan alergi yang lemah
(false negatif)
3. Grade pada kulit bersifat subjektif
Prick tes merupakan jalan cepat untuk menyeleksi antigen
yang banyak. Jika skin tes positif, kemudian pasien lebih
sering alergi, tetapi konversi yang didapat tidak benar. Jika
pasien mempunyai sejarah yang positif dan negative pada
prick test, maka dokter harus menggabungkan prosedur
dengan pemeriksaan tes intradermal.
Pacth Tes
Tes pacth merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi
zat yang memberikan alergi jika terjadi kontak langsung dengan
kulit. Metode ini sering digunakan oleh para ahli kulit untuk
mendiagnosa dermatitis kontak yang merupakan reaksi alergi tipe
lambat, dimana reaksi yang terjadi baru dapat dilihat dalam 2 3
hari.
Pemeriksaan pacth tes biasa dilakukan jika pemeriksaan dengan
menggunakan skin prick tes memberikan hasil yang negative. (10)
Pada pelaksanaan pemeriksaan disiapkan 25 150 material yang
dimasukkan ke dalam kamar plastic atau aluminium dan di letakkan
di belakang punggung. Sebelumnya pada punggung diberikan
tanda tempat-tempat yang akan ditempelkan bahan allergen
tersebut. Setelah ditempelkan, kemudian dibiarkan selama 48
sampai 72 jam. Kemudian diperiksa apakah ada tanda reaksi alergi
yang dilihat dari bentol yang muncul dan warna kemerahan.
Keterangan :
Kiri Alergen dimasukkan ke dalam ruang aluminium
Kanan Logam aluminium di tempelkan di punggung
Hipersensitivitas
Tip
e
Nama
Penyaki
t
Alergi
II
Sitotoksi
k,
Media
Deskripsi
Pemeriksaa
n
Laboratoriu
m
Asma,
IgE
atopy,
anafilaksi
s
Ig E total
Autoimun
anemia
hemolitik
,
trombosit
openia
Direk dan
Indirek
Coombs test
IgM atau
IgG,
Kompleme
n,
Membran
Attack
Complex
(MAC)
Tipe Nama
Penyakit
Media
Deskripsi
Pemeriksaan
Laboratorium
IV
Delayed
Type
hipersens
itivitas
atau
respon
imunme
mory
berperant
ara sel
Dermatitis
,
Multiple
sclerosis
T cells
Mantoux tes
Penyakit
Autoimun
,berperan
tara
reseptor
Penyakit
Graves,
Myastheni
a Gravis
IgM atau
IgG,
Komplemen
Antibodi bukannya
berikatan dengan
komponen permukaan
sel, antibodi justru
mengenali dan
berikatan dengan
reseptor permukaan
sel sehingga
menghambat
pengikatan ligan
sehingga:
Referensi:
Tanjung A, Yunihastuti E. Prosedur diagnostik penyakit
alergi. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing; 2010, hal. 377-81.
MedLine Plus. Allergy testing. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ article/ 00
3519 .htm
. Diakses pada 28 Maret 2012, pk. 20.00 WIB.
Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser
SL, Jameson JL, Loscalzo J. Allergies, anaphylaxis, and
systemic mastocytosis: introduction. In Harrisons
Principle of Internal Medicine. 17 th ed. USA:
The.McGraw-Hill Companies; 2008, chap.311.
TERIMA
KASIH