Anda di halaman 1dari 9

BAB VII

GEOPOLITIK INDONESIA

A. Pengertian
Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan
dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang di dorong
aspirasi nasional geografik suatu Negara, yang apabila dilaksanakan
dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada
sistem politik suatu negara. Sebaliknya politik nrgara itu secara
langsungGeopolitik bertumpu pada geografi sosial, mengenai situasi,
kondisi dan segala sesuatu yang di anggap relevan dengan karakteristik
geografi suatu Negara.
Manusia melaksanakan tugas dan kegiatan bergerak dalam dua
bidang, yaitu universal filosofis dan social politis. Bidang universal
filosofis bersifat transenden dan idealistik, misalnya dalam bentuk
aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa.
Sedangkan bidang social politis bersifat imanen dan realistic yang
bersifat lebih nyata dan dapat di rasakan, misalnya aturan hokum atau
perundangan yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai produk politik.
Indonesia adalah Negara kepulauan dan masyarakat yang beraneka
ragam, oleh karena itu Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahan .
Kekuatannya yaitu terletak pada posisi dan keadaan geografi yang
strategis dan kaya sumber daya alam. Sedangkan kelemahannya
terletak pada wujud kepulauan dan keanekargaman masyarakat yang
harus di satukan dalam satu bangsa.
Salah satu pedoman bangsa Indonesia agar tidak terombang
ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional adalah wawasan
nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara.

B. Pengertian Wawasan Nusantara


Istilah wawasan berasal dari katawawas yang berarti pandangan,
tinjauan, atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata
mawas yang berarti memandang atau melihat. Sedangkan wawasan
berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara melihat. Sedangkan nusa
berarti pulau, dan antara berarti diapit di antara dua hal.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa
tentang diri dan lingkungannya yang di jabarkan dari dasar falsafah dan

sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya
untuk mencapai tujuan nasional. Sedangkan wawasan nusantara
mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara


1. Wilayah(Geografi)
a. Asas Kepulauan(Archipelagic Principle)
Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulaupulau tersebut selalu dalam satu kesatuan yang utuh, sementara
perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur
penghubung dan bukan unsur pemisah.
b. Kepulauan Indonesi
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan
Nederlandsch Oost Indishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan
Belanda yang kemudian menjadi wilayah Negara Republik Indonesia.
Sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-8-1945, Indonesia menjadi
nama resmi Negara dan bangsa Indonesia sampai sekarang.

c. Konseptasi tentang Wilayah Kelautan


Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa
konsepsi mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai
berikut :
1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang
memilikinya.
2. Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik
masyarakat dunia itu tidak dapat dimiliki oleh masing-masing
Negara.
3. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas
untuk semua bangsa.
4. Mare Clausum (The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan
bahwa hanya laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh
suatu Negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat.
5. Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang
menjadikan dasar dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.

Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar


Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki laut territorial,
Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi Ekslusif, dan Landas Kontinen.
Masing-masing dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri


dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau
lain.
2. Laut Teritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil laut di ukur dari garis pangkal.
3. Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau
sebelah dalam garis pangkal.
4. Zone Ekonomi Ekslusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari
garis pangkal.
5. Landas Kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan
tanah di bawahnya yang terletak di luar laut teritorialnya
sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratannya.
d. Karakteristik Wilayah Nusantara
Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai
berikut:
Utara
: 60 08 LU
Selatan
: 110 15 LS
Barat
: 940 45 BT
Timur
: 1410 05 BT
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang
terdiri dari daratan seluas 2.027.087 km2 dan perairan 3.166.163
km2.
2. Geopolitik dan Geostrategi
Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi
dari aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik
dari aspek geografi.
1. Pandangan Ratzel dan Kjellen
Federich Ratzel pada akhir abad ke 19 mengembangkan kajian
geografi politik dengan dasar pandangan bahwa Negara adalah mirip
organisme (makhluk hidup). Jika bangsa dan Negara ingin tetap eksis
dan berkembang, maka harus diberlakukan hokum ekspansi
(pemekaran wilayah).
Rudolf kjellen berpendapat bahwa Negara adalah organism yang
harus memiliki intelektual. Kjellen juga mengajukan paham
ekspansionisme dalam rangka untuk mempertahankan Negara dan
mengembangkannya.
Pandangan Ratzel dan Kjellen hamper sama, mereka memandang
pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organism.
2. Pandangan Haushofer
Pemikiran Haushofer di samping berisi paham ekspansionisme juga
mengandung aliran rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman
adalah ras paling unggul yang harus dapat mengusai dunia.
Pokok-pokok pemikiran Haushofer adalah sebagai berikut:
a. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak terlepas dari hukum alam.

b. Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar


kekuasaan Imperium maritim untuk mengusai pengawasan di
lautan.
c. Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan mengusai
Eropa.
d. Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan.
3. Geopolitik Bangsa Indonesia
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang di dasarkan pada nilainilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas
tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia juga menolak paham realisme, karena semua
manusia mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa
memiliki hak dan kewajiban yang sama berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
4. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan
keinginan politik.
Posisi silang Indonesia dapat dirinci sebagai berikut:
a. Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia
dan Australia, serta di antara dua samudera Pasifik dan samudera
Hindia.
b. Demografi : penduduk Indnonesia terletak di antara penduduk
jarang di Selatan (Australia) dan penduduk padat di utara (RRC
dan Jepang)
c. Ideologi : ideologi Indonesia (pancasila) terletak di antara
liberalisme di selatan (Australia dan Selandia Baru) dan
komunisme di utara .
d. Politik : Demokrasi Pancasila terletak di antara demokrasi liberal
di selatan dan demokrasi rakyat (diktatur proletar) di utara.
e. Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak di antara ekonomi kapitalis
dan selatan Sosialis di utara.
f. Sosial : Masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat
individualisme di selatan dan masyarakat sosialisme di utara.
g. Budaya : Budaya Indonesia terletak di antara budaya Barat di
selatan dan budaya timur di utara.
h. Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam (pertahanan dan
keamanan) Indonesia terletak di antara wawasan kekuatan
maritime di selatan dan wawasan kekuatan kontinental di utara.
3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah
bekas Hindia Belanda berdasarkan ketentuan dalam tahun 1939
tentang batas wilayah laut territorial Indonesia.

Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang


dinyatakan sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan
sebagai berikut:
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang utuh dan bulat.
2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan
dengan asas Negara kepulauan.
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keselamatan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang
No.4/Prp/1960 tanggal 18 Februari 1960. Untuk mengatur lalu lintas
perairan maka dikeluarkan peraturan pemerintah No. 8 tahun 1962
tentang lalu lintas damaidi perairan pedalaman Indonesia yang
meliputi:
a. Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia.
b. Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas.
c. Semua pelayaran dari dank e laut bebas dengan melintasi perairan
Indonesia.

Asas-asas pokok yang termuat di dalam deklarasi tentang landasan


kontinen adalah sebagai berikut:
1. Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan
kontinen Indonesia adalah milik ekslusif Negara RI.
2. Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas
landasan kontinen dengan Negara tetangga melalui perundingan.
3. Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen suatu garis yang di
tarik di tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan
wilayah terluar Negara tetangga.
4. Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan
diatas landas kontinen Indonesia maupun udara diatasnya.

Alasan-alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah:


1. Persediaan ikan yang semakin terbatas.
2. Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3. ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.

D. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara

1. Wadah
Wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga kompunen:
a. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara di tentukan oleh lautan yang
di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling di
hubungkan oleh dalamnya perairan. Perwujudan wilayah Nusantara
ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, social budaya dan
pertahanan keamanan.
b. Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organnisasi Negara didasarkan pada UUD
1945 yang menyangkut bentuk dan kedaulatan Negara, kekuasaan
pemerintahan, sistem pemerintahan dan sistem perwakilan. Negara
Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
Kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut
undang-undang.
c. Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan
kesadaran bernegara yang harus dimilki oleh seluruh rakyat yang
mencakup partai politik, golongan dan organisasi masyarakat
kalangan pers serta seluruh apatur Negara.

2. Isi Wawasan Nusantara


1) Satu kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup daratan, perairan
dan dirgantara secara terpadu.
2) Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik
pelaksanaannya serta satu ideology dan identitas nasional.
3) Satu kesatuan social budaya, dalam arti satu perwujudan
masyarakat Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, satu tertib
social dan satu tertib hukum.

3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan


Lahiriah
a. Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk
sikap mental bangsa yang memilki kekuatan batin.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti
kemanunggalan kata dan karya, keterpaduan pembicaraan dan
perbuatan.
E. Implementasi Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.

Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia


yang sesuai dengan aspirasinya.

Contoh dari Permasalahan geopolitik Indonesia

Perairan Ambalat di Laut Sulawesi

Masalah antara Indonesia dan Malaysia seputar blok Ambalat mengemuka


ketika terbetik kabar bahwa pemerintah Malaysia melalui perusahaan
minyak nasionalnya, Petronas, memberikan konsesi minyak (production
sharing contract) kepada perusahaan minyak Shell, atas cadangan minyak
yang terletak di Laut Sulawesi (perairan sebelah timur Kalimantan).
Pemerintah Indonesia mengajukan protes atas hal ini karena merasa
bahwa wilayah itu berada dalam kedaulatan negara Indonesia.
Sebenarnya klaim Malaysia terhadap cadangan minyak di wilayah itu
sudah diprotes Indonesia sejak tahun 1980, menyusul diterbitkannya peta
wilayah Malaysia pada tahun 1979. Peta tersebut mengklaim wilayah di
Laut Sulawesi sebagai milik Malaysia dengan didasarkan pada kepemilikan
negara itu atas pulau Sipadan dan Ligitan. Malaysia beranggapan bahwa
dengan dimasukkannya Sipadan dan Ligitan sebagai wilayah kedaulatan
Malaysia, secara otomatis perairan di Laut Sulawesi tersebut masuk
dalam garis wilayahnya. Indonesia menolak klaim demikian dengan alasan
bahwa klaim tersebut bertentangan dengan hukum internasional.

Untuk memperjelas pokok permasalahan mengenai sengketa wilayah ini,


kutipan dari tulisan Melda Kamil Ariadno, Pengajar Hukum Laut Fakultas
Hukum UI, Ketua Lembaga Pengkajian Hukum Internasional (LPHI) FHUI,
yang dimuat di Kompas, 8 Maret 2005, dapat membantu.

Aksi dan Reaksi Yang Ditimbulkan

Walaupun pemerintah Indonesia dan Malaysia berulang kali menegaskan


bahwa penyelesaian dengan cara kekerasan bukanlah pilihan yang mau
diambil, dan kedua pihak akan mengedepankan dialog melalui jalur-jalur
diplomasi, masalah ini berkembang menjadi perdebatan seru karena
kedua pihak sama-sama kukuh pada pendiriannya. Malaysia melalui
Perdana Menteri Abdullah Badawi dan Menlu Syeh Hamid Albar
menegaskan bahwa pihaknya tidak salah dalam melakukan uniteralisasi
peta 1979, dan bahwa konsesi yang diberikan Petronas kepada Shell di
perairan Laut Sulawesi berada di wilayah teritorial Malaysia. Sementara
pemerintah Indonesia melalui pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan
Deplu, TNI, maupun presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menegaskan
bahwa Indonesia tidak akan melepaskan wilayah itu karena wilayah itu
merupakan kedaulatan penuh Indonesia. Tentang hal itu jurubicara TNI AL,
Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf mengatakan kepada Asia Times,
We will not let an inch of our land or a drop of our ocean fall into the
hands of foreigners.
Di Indonesia masalah ini kemudian menjadi santapan media massa dan
memancing reaksi keras dari berbagai kalangan masyarakat. Sentimen
anti-Malaysia dengan slogan Ganyang Malaysia pun lalu berkumandang.
Kedutaan Besar dan Konsulat-konsulat Malaysia tiba-tiba disibukkan
dengan aksi unjuk rasa berbagai elemen masyarakat yang mengecam
sikap Malaysia itu. Di beberapa daerah aksi tersebut diwarnai dengan
pembakaran bendera Malaysia dan penggalangan sukarelawan Front
Ganyang Malaysia. Pihak DPR-RI pun bersuara keras meminta
pemerintah bertindak tegas atas pelanggaran terhadap wilayah
kedaulatan RI di Laut Sulawesi. Di wilayah yang dipersengketakan pun
ketegangan-ketegangan terjadi antara tentara Malaysia dengan TNI. TNI
menggelar pasukan dan kapal-kapal perangnya di wilayah tersebut, yang
dikatakan untuk mengimbangi kapal-kapal perang Malaysia yang sudah
lebih dulu ada di sana. Bahkan di Pulau Sebatik, yang berbatasan darat
dengan Malaysia, TNI dan Tentara Diraja Malaysia saling mengarahkan
moncong senjatanya, dan konon saling ejek pun kerap terjadi. Kapal-kapal
perang Malaysia diberitakan mengganggu pembangunan mercusuar di
atol Karang Unarang, bahkan sempat menangkap dan menyiksa seorang
pekerjanya. Saling intimidasi antara kapal-kapal perang Malaysia dan

kapal-kapal TNI AL terjadi tiap hari. Yang paling parah terjadi pada tanggal
8 April 2005, ketika KRI Tedong Naga saling serempet dengan KD Rencong
di dekat Karang Unarang.
Insiden serempetan dua kapal perang itu kembali menghangatkan
suasana, padahal sebelumnya pada tanggal 22-23 Maret 2005, telah
diadakan pertemuan teknis antara perwakilan kedua negara untuk
mencari solusi yang damai. Menlu Malaysia pun telah diterima presiden,
dan beberapa anggota DPR RI pun telah menemui PM Malaysia, untuk
membicarakan langkah-langkah diplomasi. Kedua pemerintahan juga
sudah sepakat melanjutkan dialog berkala setiap dua bulan.

Anda mungkin juga menyukai