Anda di halaman 1dari 9

Alam dan Lingkungan Hidup Menurut Islam

Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua
sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana, hal ini didasarkan pada firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala : "Pada hari ini Aku sempurnakan
bagimu agamamu dan aku cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu."
(QS. 5 : 3). Oleh karena itu aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia
dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini,
sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam dan
lingkungan hidupnya[1].

Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka
bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 (Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.). Arti khalifah di sini adalah:
seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk
menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya

harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara[2]. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya
ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas
manusia sebagai khalifah[3].

Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di George
Washington University, Amerika Serikat. dalam dua bukunya Man and Nature (1990) dan Religion and
the Environmental Crisis (1993), yang disajikan sebagai berikut:

Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre of the cosmic
milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the names of all things he gains
domination over them, but he is given this power only because he is the vicegerent (khalifah.) of God on
earth and the instrument of His Will. Man is given the right to dominate over nature only by virtue of his
theomorphic make up, not as a rebel against heaven. Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama
muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam
memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup)[4].

Allah telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang lingkungan hidup. Karena waktu perenungan,
hanya beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk merumuskan teori tentang lingkungan
hidup menurut ajaran Islam.

Dua dalil pertama pembuka diskusi ini bersumber pada Surat Al Anaam 101 dan Al Baqarah 30.

Dalil pertama adalah: Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah sumber
pengetahuannya. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis
didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap
layak untuk menjadi khafilah.

Seperti halnya dalil pertama, dalil ke tiga ini menyangkut tauhid. Hope dan Young (1994) berpendapat
bahwa tauhid adalah salah satu kunci untuk memahami masalah lingkungan hidup. Tauhid adalah
pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta pengakuan bahwa Dia-lah pencipta alam semesta ini.
Perhatikan firman Allah dalam Surat Al Anaam 79:

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan

Dalil ke empat adalah mengenai keteraturan sebagai kerangka penciptaan alam semesta seperti firman
Allah dalam Surat Al Anaam, dengan arti sebagai berikut, Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang..

Adapun dalil ke lima dapat ditemukan dalam Surat Hud 7 yang menjelaskan maksud dari penciptaan
alam semesta, Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,.Dia menguji
siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.

Itulah salah satu tujuan penciptaan lingkungan hidup yaitu agar manusia dapat berusaha dan beramal
sehingga tampak diantara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.

Dalil ke enam adalah kewajiban bagi manusia untuk selalu tunduk kepada Allah sebagai maha
pemelihara alam semesta ini. Perintah ini jelas tertulis dalam Surat Al Anaam 102 yaitu, ..Dialah Allah
Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
pemelihara segala sesuatu

Dalil ke tujuh adalah penjabaran lanjut dari dalil kedua yang mewajibkan manusia untuk melestarikan
lingkungan hidup. Adapun rujukan dari dalil ini adalah Surat Al Araaf 56 diterjemahkan sebagai berikut;

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepadaNya.. Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci untuk manusia, yaitu
menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, Dan kami
telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya
segala sesuatu menurut ukuran.

Dalil ke sembilan menunjukkan bahwa proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan
(sustainability) bumi. Proses ini dikenal dalam literatur barat sebagai: siklus Hidrologi.

Dalil ini bersumber dari beberapa firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala seperti pada Surat Ar Ruum 48, Surat
An Nuur 43, Surat Al Araaf 57, Surat An Nabaa 14-16, Surat Al Waaqiah 68-70, dan beberapa
Surat/Ayat lainnya. Penjelasan mengenai siklus hidrologi dalam berbagai firman Allah merupakan
pertanda bahwa manusia wajib mempelajarinya. Perhatikan isi Surat Ar Ruum: 48 dengan uraian siklus
hidrologi berikut ini. Hujan seharusnya membawa kegembiraaan karena menyuburkan tanah dan
merupakan sumber kehidupan.

Surat Ar Ruum 48 Siklus hidrologi

Mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan, dan aliran air ke sungai/danau/laut, Al-Quran dengan
sangat jelas menjabarkannya. Evaporasi, adalah naiknya uap air ke udara. Molekul air tersebut kemudian
mengalami pendinginan yang disebut dengan kondensasi. Kemudian terjadi peningkatan suhu udara,
yang menciptakan hujan. Air hujan tersebut menyuburkan bumi dan kemudian kembali ke badan air
(sungai, danau atau laut.

Ini dengan jelas digambarkan dalam Al-Quran surat ar-Ruum:48 yang berbunyi;

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di
langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar
dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hambahamba-Nya yang dikehendakinya,
tiba-tiba mereka menjadi gembira.

Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan rohaninya. Inilah inti dari dalil ke
sepuluh bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari kebersihan rohani.

Merujuk pada Surat Al-Baqarah 222; .sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan
senang kepada orang yang membersihkan diri. Serta Surat Al-Muddatstsir 4-5;

..dan bersihkan

pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa.

Meski slogan yang dikenal umum seperti kebersihan adalah sebagian dari iman, banyak diakui sebagai
hadis dhaif, namun demikian, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. bersabda bahwa iman terdiri dari
70 tingkatan: yang tertinggi adalah pernyataan tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah
menjaga kerbersihan. Jadi, memelihara lingkungan hidup adalah menjadi bagian integral dari tingkat
keimanan seseorang. Khususnya beragama Islam.

Mengutip disertasi Abdillah (2001), Surat Luqman ayat 20 Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman, Tidakkah
kau cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung
lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada sebagian manusia yang
mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono. Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah,
landasan etik dan referensi memadai.

Selain itu, Abdillah juga mengutip bahwa manusia harus mempunyai ketajaman nalar, sebagai prasyarat
untuk mampu memelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat Surat Al Jaatsiyah 13 sebagai berikut;
Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi
kehidupan manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar
memadai.

Dalil-dalil di atas adalah pondasi dari teori pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal dengan nama
Teorema Alim yang dirumuskan sebagai berikut:

Misi manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah memelihara lingkungan hidup, dilandasi dengan visi
bahwa manusia harus lebih mendekatkan diri pada Allah. Perangkat utama dari misi ini adalah
kelembagaan, penelitian, dan keahlian. Adapun tolok ukur pencapaian misi ini adalah mutu lingkungan.
Berdasarkan Teorema Alim ini, kerusakan lingkungkan adalah cerminan dari turunnya kadar keimanan
manusia.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. dan para sahabat telah memberikan teladan pengelolaan
lingkungan hidup yang mengacu kepada tauhid dan keimanan. Seperti yang dilaporkan Sir Thomas
Arnold (1931) bahwa Islam mengutamakan kebersihan sebagai standar lingkungan hidup. Standar inilah
yang mempengaruhi pembangunan kota Cordoba. Menjadikan kota ini memiliki tingkat peradaban
tertinggi di Eropa pada masa itu. Kota dengan 70 perpustakaan yang berisi ratusan ribu koleksi buku, 900
tempat pemandian umum, serta pusatnya segala macam profesi tercanggih pada masa itu. Kebersihan
dan keindahan kota tersebut menjadi standar pembangunan kota lain di Eropa.

Contoh lain adalah inovasi rumah sakit dan manajemennya (Arnold, 1931). Pada masa itu manajemen
rumah sakit sudah sedemikian canggihnya sebagai pusat perawatan dan juga pusat pendidikan caloncalon dokter. Rumah sakit tersebut sudah memiliki ahli bedah, ahli mata, dokter umum, perawat, dan
administrator. Tercatat 34 rumah sakit yang tersebar dari Persia ke Maroko serta dari Siria Utara sampai

ke Mesir. Rumah sakit pertama yang berdiri di Kairo pada tahun 872 Masehi, bahkan beroperasi selama
700 tahun kemudian. Inovasi bidang kesehatan ini bahkan berkembang sampai pada penemuan ambulan
atau menurut Arnold (1931) sebagai traveling hospital.

Teorema Alim ini mengandung dua unsur yaitu misi dan tolok ukur. Misi dapat diemban apabila diiringi visi
mendekatkan diri pada Allah dan dibekali ketajaman nalar, yaitu kelembagaan, keahlian, dan kegiatan.
Tolok ukur yang jelas adalah mutu lingkungan hidup di Indonesia sebagai rambu-rambu untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan misi manusia yaitu mencegah bumi dari kerusakan lingkungan.

Dapat dikatakan Indonesia telah memiliki perangkat yang cukup untuk mencapai misi yaitu kelembagaan
dalam bidang lingkungan hidup (Menteri Negara Lingkungan Hidup, Pusat Studi Lingkungan Hidup, dan
lainnya), tak terbilang jumlah doktor yang mendalami ilmu lingkungan, serta intensitas yang tinggi dalam
penelitian lingkungan. Namun simaklah sekali lagi berbagai persoalan lingkungan hidup di Indonesia
berikut ini. Menatap langit di sepanjang jalan Sudirman, seorang awam sudah tahu bahwa udara Jakarta
memang beracun. Penyakitpun datang silih berganti, dan kali ini penyakit mematikan seperti HIV, SAR,
demam berdarah, dan flu burung berjangkit di mana-mana.

Terlebih lagi air sungai sungguh sangat kotor karena pembuangan sampah padat. Sungai Ciliwung,
misalnya, setiap hari menampung 1,400 M3 sampah (Kompas, 1996). Hal ini berarti bahwa kurang lebih
200-400 truk membuang sampah padat ke sungai tersebut setiap harinya! Pelayanan air minum juga
sangat rendah. Alim (2005) melaporkan bahwa baru sekitar 40 persen penduduk mendapat pelayanan air
bersih, dan dari total volume air yang disalurkan hanya 20% yang layak digunakan karena umumnya air
yang sampai ke rumah masih berlumpur.

Hal ini diperburuk oleh kondisi pemerintahan di Indonesia karena aparat yang ingkar amanah. Salah satu
contoh kebohongan pemerintah adalah kasus kebakaran hutan. Soentoro (1997) melaporkan bahwa
kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997 telah menghanguskan 1 juta hektar hutan, nyatanya

pemerintah melaporkan 300,000 hektar saja. Masalah tidak transparannya birokrasi sudah lama
mengganjal jalannya roda pemerintahan.

Sudah jelas bahwa ketajaman nalar yang tidak diiringi oleh kadar keimanan tinggi serta jauhnya umat
Islam dari Allah, telah menciptakan masalah lingkungan hidup.

Menyadari runyamnya masalah lingkungan hidup, langkah pertama pemecahannya adalah peningkatan
ukhuwah (kerjasama) antar ilmuwan dan alim-ulama agar bahu-membahu mampu mengemban amanat
Allah untuk memelihara bumi. Salah satu hasil kerjasama tersebut adalah program pelatihan bagi para
tokoh agama untuk memperdalam wawasan lingkungan hidup. Solusi jangka pendek lainnya adalah
penyusunan program pemeliharaan lingkungan sebagai materi khutbah jumat, serta penerbitan fatwa
untuk menghentikan pencemaran sungai.

Untuk jangka panjang perlu digarap sektor pendidikan dimana perlu dikembangkan bidang ilmu ataupun
kurikulum yang menjadian ilmu pelestarian lingkungan hidup adalah bagian integral dari kajian ajaran
Islam. Pengembangan disiplin ini juga perlu mempertimbangkan ukhuwah yang bersifat internasional,
karena persoalan lingkungan hidup juga telah membebani negara muslim lainnya. Dengan pendidikan
akan tumbuh kesadaran bahwa lingkungan hidup bukan bidang yang menjadi monopoli peradaban barat,
tetapi merupakan bagian integral dari keimanan[5].

Salah satu contoh pendekatan pelestarian lingkungan melalui Al-Quran dan Al-Hadits yang berhasil
adalah di Tanzania. Bekerjasama dengan CARE-organisasi bantuan untuk memberantas kemiskinan di
dunia-IFEES menggelar pertemuan dengan para pemuka agama dan para nelayan untuk mendiskusikan
bagaimana hubungan antara ayat-ayat yang ada dalam al-Quran dengan pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan. Dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran serta hadist, mereka berusaha
meyakinkan para nelayan untuk tidak lagi menggunakan dinamit, jala dan tombak ketika menangkap
ikan.

IFEES juga bekerjasama dengan Misali Island Conservation (MICA)-lembaga yang bergerak dalam
perlindungan terumbu karang-untuk melatih para imam-imam masjid di Tanzania agar mampu
menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan lewat khutbah-khutbah Jumat
mereka. IFEES yang berbasis di Inggris, adalah salah satu organisasi yang pada tahun 1998
meluncurkan proyek penyadaran kelestarian lingkungan dengan menggunakan basis ajaran Islam. "Kami
mencari ajaran-ajaran yang sudah terlupakan itu dan mengumpulkannya kembali dalam bentuk yang
modern, " kata Khalid.

"Saya sekarang tahu bahwa cara saya menangkap ikan selama ini sudah merusak lingkungan.
Konservasi ini bukan dari mzungu (kata untuk menyebut orang kulit putih dalam bahasa Swahili, yang
digunakan di seluruh Afrika Timur-red), tapi dari al-Quran, " ujar Salim Haji, seorang nelayan di sebuah
pulau kecil. Proyek ini membuahkan hasil setahun setelah diluncurkan, terutama di Misali dan kepulauan
Zanzibar yang didominasi warga Muslim. Saat ini, banyak nelayan di Misali yang sudah mengganti alat
penangkap ikannya dengan alat yang lebih ramah lingkungan dan tidak bertentangan dengan ajaran
Islam.[6]
Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2012/01/alam-dan-lingkungan-hidup-menurutislam.html#ixzz3IevpU0Qo

Anda mungkin juga menyukai