Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI

ALAT PROSES DAN KOROSI


BAHAN KONSTRUKSI NON LOGAM DARI ALAM

Disusun Oleh:
1. Dyah Mastika F.

NIM: 13.14.044

2. Khusnul Chotimah

NIM: 13.14.066

3. Rendi Gunawan

NIM. 13.14.068

4. Sarah Safhira Afkarina

NIM: 13.14.070

5. Fitria Nafiatul Mafula

NIM: 13.14.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan tepat waktu dengan judul Bahan
Konstruksi Non Logam dari Alam. Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai bahan
pembelajaran bagi kami untuk mata kuliah Bahan Konstruksi Alat Proses dan Korosi.
Selama penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Faidliyah Nilna Minah, ST, MT, selaku dosen pengampu mata kuliah Bahan
Konstruksi Alat Proses dan Korosi
2. Teman teman yang telah membantu terselesainya makalah ini dan,
3. Berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya serta turut berperan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun untuk kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................
1.1

Latar Belakang Masalah

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Batuan

2.2

Kayu

2.3

Tanah Liat

2.4

Karet Alam

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan

3.2

Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Perkembangan industri-industri yang bergerak di biidang konstruksi semakin

berkembang pesat seiring berkembangnya jaman. Perkembangan tersebut dibarengi


dengan berbagai penemuan-penemuan yang inovatif terhadap material bangunan. Untuk
mendukung pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang lebih maju maka
diperlukan material bangunan yang lebih berkualitas. Oleh karenanya, perlu
pengetahuan tentang jenis dan karakteristik dari material konstruksi.
Bahan bangunan yang digunakan biasanya menggunakan bahan-bahan yang
mudah ditemukan di sekeliling masyarakat. Bahan bangunan yang meliputi tanah, pasir,
batuan, kayu, dan karet alam adalah sangat umum digunakan di bidang bangunan. Oleh
karenanya, perlu mengetahui tentang bahan tersebut.
1.2

Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan batu?
- Jelaskan jenis-jenis dan macam-macam batu!
- Jelaskan kegunaan batu!
- Sebutkan cara pengolahan batu!
- Kelebihan dan Kekurangan batu
- Apa yang dimaksud dengan tanah?
- Jelaskan pengklasifikasian tanah!
- Jelaskan kegunaan dan pemanfaatan tanah!
- Kelebihan dan kekurangan tanah
-

1.3

Tujuan
-

Dapat mengetahui pengertian batu

Dapat mengetahui dan membedakan jenis-jenis dan macam-macam batu

Dapat mengetahui kegunaan batu, kelebihan & kekurangan batu

Dapat mengetahui cara pengolahan batu

BAB II
PEMBAHASAN
Bahan konstruksi dari alam adalah bahan konstruksi yang didapatkan dari
alam, dan tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Bahan konstruksi yang dimaksud
bervariasi, diantaranya adalah:
2.1.

Batuan
Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari hablur mineral yang

menyatu dan memadat, hingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang terbentuk
secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan
alamiah lainnya. Batuan alam berasal dari gunung sebagai akibat proses vulkanik.
Batuan ini disebut dengan batu gunung, dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang
membawa batuan tersebut bergerak dan berpindah sejalan dengan kemampuan aliran air
yang ada. Karena benturan dengan batuan lain atau benda-benda keras lainnya, batuan
tersebut menjadi pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ini yang
disebut dengan batu sungai atau batu kali. Kelompok batuan ini merupakan batuan luar.
Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah batuan yang terbentuk dalam waktu
yang lama dan menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan ini disebut batuan
metamorphose.
2.1.1. Batuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.

Menurut proses kejadiannya


- Batuan Beku, yaitu batuan alam yang terjadi karena magma yang berasal
dari inti bumi mendapat tekanan dalam keadaan panas sekali dan keluar
dalam bentuk cair ke permukaan bumi. Karena pengaruh udara dingin,
cairan ini membeku menjadi batu. Batuan ini biasanya berupa batu gunung
yang massif dan tebal lapisannya. Contoh batuan beku adalah obsidian,
perlit, Andesit, basalt, dll.
- Batuan Sedimen (batuan lapisan/endapan), yaitu batuan karena pengerasan,
pengaruh cuaca, terbawa arus sungai kemudian terendapkan pada dasar
sungai, danau atau laut. Contoh batuan sedimen adalah kapur (batu
gamping), batu bara, batu karang, dll.
- Batuan metamorf (batuan malihan/batuan ubahan), yaitu batuan sedimen
yang terkena pengaruh panas dan tekanan yang cukup besar sehingga terjadi

perubahan pada bentuk dan komposisi. Contoh batuan metamorf adalah batu
bara menjadi intan, batu marmer, batu sabak, antrasit, dll.
- Batuan Robohan, yaitu semacam batuan lapisan yang terdiri dari bermacam
mineral kontak. Contoh : pasir, kerikil, batu kali, batu cadas, batu paras, dll.

b. Menurut tegangannya
- Batu lunak (4 kg/cm2 8 kg/cm2), yaitu batu alam yang mudah digali dan
dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses pelapukan dan
banyak mengandung retakan.
- Batu sedang (8 kg/cm2 18 kg/cm2), batuan alam ini sukar digali dengan
peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak dapat dipatahkan dengan
tangan tetapi mudah dihancurkan dengan palu.
- Batu keras (16 kg/cm2 50 kg/cm2), yaitu batu alam yang hanya dapat digali
dengan memakai bagan peledak. Batu ini tidak banyak mengandung retakan.

2.1.2. Penggunaan batu pada konstruksi bangunan dibedakan menjadi:


2.1.2.1. Batuan sedimen
a. Batuan kapur/ batu gamping
Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak
zaman Mesir Kuno. Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat
apabila dicampur dengan bahan yang lain dengan perbandingan tertentu,
sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir dan Portland Cement (PC),
kapur dicampur dengan semen merah dan pasir. Kelebihan kapur sebagai
bahan pengikat ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur sebagai
berikut:
-

Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti tidak getas.

Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras dengan mudah dan


cepat, sehingga memberikan kekuatan pengikat kepada dinding.

Mudah dikerjakan, tanpa harus melalui proses pabrik.


Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit.

Oleh sebab itu teknik penambangannya dilakukan dalam bentuk tambang


terbuka. Seperti halnya gipsum yang dapat ditemukan dalam bentuk
lembaran pipih, kristal dan serabut di daerah batu gamping. Gipsum hasil
penambangan diolah dengan cara dipanaskan sehingga berbentuk tepung
gips. Penggunaan gips:

Dalam bentuk gips alam digunakan sebagai bahan baku pembuatan


semen yang berguna untuk memperlambat proses pengerasan semen.
Semen yang tidak dicampur dengan gips alam, pengerasan
membutuhkan waktu 10 menit. Dengan ditambahkan gips alam,
pengerasan semen menjadi kurang lebih 60 menit

Dalam bentuk gips hemihydrate, di bidang bangunan digunakan


sebagai perekat untuk membuat papan gypsum yang dicampur
dengan serat, biasanya digunakan untuk plafond.

Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu kapur yang


mengandung kalsium karbonat (Ca.CO3), hingga karbondioksidanya
keluar. Akibat dari pemanasan dan keluarnya karbon dioksida tersebut
maka unsur Ca.O atau kapurnya saja yang tertinggal. Batuan kapur,
dengan proses pembakaran dengan suhu yang tinggi, menjadi batu
gamping, selanjutnya diproses untuk campuran spesi atau mortar, sebagai
perekat pasangan batu maupun dinding, atau untuk sebagai plesteran
dinding.
b. Batu pasir digunakan sebagai penggosok dan bahan bangunan
c. Batu lempung digunakan sebagai membuat batu bata, tegel, periukbelanga dan keramik
2.1.2.2. Batuan yang mengandung silikat
Batuan ini lebih bersifat batuan keras, mempunyai warna yang menarik
dengan permukaan licin. Warna dari batuan ini banyak dipengaruhi oleh
komposisi mineral pembentukan batuan tersebut yaitu:
d. Felspar yaitu kombinasi silikat, aluminium dengan kapur dan
potasium, berwarna merah, merah jambu, bahkan bening.
e. Bornblende merupakan silikat aluminium yang dengan campuran
kapur dan bijih besi, sebagai bahan mineral yang keras dan kuat,
sebagai kristal berwarna hijau, coklat dan hitam.
f. Mica merupakan mempunyai bahan dasar utama silikat aluminium,
tetapi mempunyai kombinasi dari beberapa bahan mineral besi atau
potasium, biasanya merupakan butiran kristal, yang mudah lepas
sebagai lempengan-lempengan kecil.

g. Sepentine merupakan silikat magnesium, yang penampilannya selalu


menjadi satu dengan kapur, berwarna hijau muda atau kuning, dan
permukaannya berupa lempengan rata dan halus, serta mudah
dipisahkan.
Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai bahan bangunan,
baik untuk lantai maupun sebagai pelapis dinding, yaitu:
-

Granit
Granit merupakan bahan batuan murni, yang merupakan kombinasi
dari bahan felspar, bornblende dan mika, umumnya sangat keras,
kuat dan mampu dilakukan dengan pemolesan yang tinggi,
sehingga mengkilap. Kandungan kimia yang utama merupakan
silikon dioksida dan aluminium oksida, dengan variasi besi,
potasium, dan kalsium oksida. Berat granit bervariasi antara 2643
kg/m3 sampai dengan 3204 kg/m3 dengan batas tegangan hancur
antara 1390 kg/cm2 sampai dengan 3090 kg/m2. Finishing granit
dari penggergajian sampai menjadikan permukaannya licin seperti
kaca yang halus dengan cara pemolesan permukaannya dengan
mesin poles. Sedang warna granit umumnya merupakan merah,
merah jambu, kuning, hijau, biru, putih, hitam dan coklat. Granit
dapat digunakan sebagai pelapis lantai, pelapis dinding bagian luar
maupun dalam, anak tangga dengan lebar yang bervariasi. Pada
umumnya granit diproduksi dengan lebar 1800 mm, dan tebal
antara 57 sampai 100 mm, dan untuk ukuran yang kecil biasanya
dengan tebal 75 sampai 100 mm, atau sesuai dengan ukuran
pemesan. Granit yang berupa potongan-potongan dapat digabung
menjadi bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan
yang lain dari granit merupakan sebagai pelapis kerb pada
jembatan dan paving stones, atau sebagai bahan finishing
bangunan.

Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batu kapur bercampur dengan
mineral silika yang mengalami rekristalisasi akibat pengaruh

tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Marmer seperti pada granit
digunakan untuk pelapis lantai dan bahan finishing dinding, dengan
warna putih salju, merah jambu, kuning, kehijau-hijauan dengan
tekstur tergantung mineral yang dominan dalam kandungannya.
Bentuk marmer pada umumnya dipotong menjadi lempenganlempengan dengan tebal 57 sampai dengan 200 mm, beratnya
bervariasi antara 2000 kg/m3 sampai dengan 2880 kg/m3 dengan
batas tegangan hancur antara 190 kg/cm2 sampai dengan 1930
kg/cm2 dan kemampuan serap air yang terendah merupakan 0,25 %
dan yang tertinggi merupakan 0,75 % dari beratnya.
2.1.2.3. Batuan beku
Tak semua batuan beku dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan.
Batuan yang mempunyai kegunaan sendiri tergantung sifatnya, misalnya:
- Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik
untuk keperluan pekerjaan laut
- Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam baik untuk digunakan di
daerah industri.
- Batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan besar sesuai
untuk digunakan sebagai fondasi bangunan, pengeras jalan juga bahan
lantai. Misalnya andesit dan basal. Apabila dipecah/dihancurkan
dengan palu atau crusher dengan ukuran tertentu menjadi batu pecah
(kerikil) dan pasir yang digunakan untuk bahan campuran beton dan
jalan.
- Batuan yang berwarna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk
pelapis dinding atau lantai. Misalnya peridotit dan gabro
- Batuan yang umumnya mempunyai berat jenis < 2.6, baik untuk
digunakan sebagai bahan pekerjaan teknik berat.
2.1.2.4. Pemanfaatan lainnya dari batuan dalam proses konstruksi antara lain:
-

Pada butiran-butiran dengan ukuran besar, digunakan untuk struktur


pondasi, dinding penahan dan lain-lainnya, dengan memakai perekat
atau tanpa perekat.

Pada butiran-butiran kecil, baik yang berasal dari alam, atau karena
proses pemecahan, digunakan untuk agregat bahan kasar beton
maupun campuran aspal.

Sedang batuan metamorfose, yaitu marmer, granit dan lain-lain


banyak digunakan sebagai bahan lantai, dan pelapis dinding, atau
ornamen lainnya.

Batu cadas/ padas adalah semacam batu lapisan yang terdiri dari
bermacam mineral kontak, diantaranya adalah kuarsa, mika fesper,
kapur, lempung. Menurut kekerasannya, batu cadas dikatagorikan
sebagai batu lunak (4 kg/cm2 8 kg/cm2). Batu Cadas/ Padas
digunakan orang-orang di daerah pegunungan yang bercadas sebagai
pondasi rumah non permanen atau semi permanen.
-

Batu kali sangat banyak digunakan orang untuk talud dan pondasi
bangunan.
2.1.3. Kelebihan dan kerugian
-

Kelebihan
- Mempunyai kuat tekan dan kuat lentur yang tinggi
- Keras dan tidak mudah hancur
- Daya serap air relatif kecil
- Tahan terhadap pengaruh cuaca
- Tahan terhadap keausan

Kelemahan
Dari segi karakteristik batu dan proses pengolahan yang rumit.

2.2.

Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pengetian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohonpohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan
bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan
penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar. Kayu

adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-pohonan/trees) dan


termasuk vegetasi alam.
Bagian batang pokok merupakan bagian pohon yang terpenting yang digunakan
untuk konstruksi. Jenis kayu yang digunakan untuk konstruksi bangunan didasarkan
atas sifat kayu itu sendiri yang berhubungan dengan pemakaiannya.
2.2.1. Klasifikasi Kayu
-

Pengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga
dan jamur.

Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar,
antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya.

Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap
serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka
kelasnya makin rendah keawetannya.

Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap
kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V.
Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.

Berdasarkan pemakaiannya kayu digolongkan menjadi:


a.

Kayu dengan tingkat pemakaian I dan II, jenis kayu yang dipakai untuk konstruksi
berat, yang selalu terkena pengaruh tanah lembab, terpengaruh basah kering (hujan
dan matahari).

b.

Tingkat pemakaian III, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang terlindung dari
tanah lembab (di bawah atap).

c.

Tingkat pemakaian IV, kayu yang digunakan untuk konstruksi ringan yang
terlindung dari tanah lembab (di bawah atap).

d.

Tingkat pemakaian V, kayu yang digunakan untuk konstruksi yang tidak permanen
(bangunan sementara).
Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak

kayu yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Keawetan kayu diselidiki pada bagian
kayu terasnya. Pemakaian kayu akan menentukan umur keawetannya. Beberapa alasan
dilakukan pengawetan kayu, yaitu:
-

Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi jumlahnya sangat sedikit sehingga
menyebabkan harga kayu menjadi mahal.

Kayu dengan kelas keawetan III sampai dengan V jumlahnya cukup banyak, mudah
didapat, harganya murah dan mempunyai segi keindahan cukup tinggi. Hanya saja
keawetannya kurang. Oleh karena itu lebih efisien apabila diawetkan terlebih
dahulu.

Dengan pengawetan kayu, secara financial lebih menguntungkan.

Adapun tujuan pengawetan kayu adalah:


- Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang semula memiliki umur
pakai pendek menjadi lebih panjang di dalam pemakaiannya.
- Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu berkelas keawetan rendah.
- Dengan adanya industri pengawetan kayu dapat membuka lapangan kerja baru.
2.2.2. Kegunaan
Dapat digunakan sebagai bahan bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan
dinding, bantalan, rangka pintu dan jendela, bahna pembungkus, dll.
2.2.3. Keuntungan dan kerugian
a. Keuntungan
-

Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah,

Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik,

Mudah didapatkan dan relative murah. Mudah didapatkan khususnya di


Indonesia dan harganya pun relatif murah dibandingkan dengan beton atau
baja.

Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang rendah,
sehingga sangat baik untuk patisi,

Memiliki sisi keindahan yang khas, dan seni yang tinggi,

Mudah Dikerjakan,

Tahan terhadap Gempa, karena struktur kayu tidak sekaku struktur beton
dan relative ringan dimana besarnya gaya gempa yang bekerja pada suatu
bangunan dipengaruhi oleh berat sendiri bangunan tersebut,

Mudah diganti dalam jangka waktu yang singkat atau tidak membutuhkan
waktu yang lama bila dibandingkan dengan bahan bangunan lain seperti
beton atau baja apabila ada perbaikan.

Mampu menahan gaya tarik, tekan (desak) serta lentur

Hasil Bongkaran atau sisa pemakaian masih mempunyai nilai ekonomis.

b. Kerugian
-

Rentan terhadap bahaya kebakaran, dikarenakan sifat kayu yang mudah


terbakar. Berbeda dengan beton atau baja yang masih ada toleransi
temperatur panas, sedangkan kayu tidak ada toleransi.

Mudah diserang rayap, serangga dan sejenis pengrusak kayu yang lainnya,

Pemuaian dan susut yang relatif besar.

Pembebanan untuk jangka panjang lendutannya sangat besar, balok kayu


yang sudah lama dibebani akan mengakibatkan lendutan yang besar
seiring dengan bertambahnya umur pemakaian kayu atau menurunnya
kekutatan kayu.

Tidak bisa digunakan untuk bentang-bentang yang panjang.

Penggunaan kayu pada struktur bentang panjang seperti kuda-kuda yang


panjang lendutan kayu yang dihasilkan sangat besar.

Kurang homogen dengan adanya cacat-cacat alami seperti arah serat yang
membentuk penampang, spiral, diagonal, mata kayu dan sebagainya.

Perlu adanya perawatan khusus. Seperti pengecatan agar memperlambat


lapuknya kayu dan yang perlu diperhatikan adalah menjaga kayu dari
serangan serangga baik ia kumbang, rayap serta serangga-serangga lain
yang dapat mengakibatkan menurunnya kekuatan dari pada kayu terebut.

Beberapa jenis kayu kurang awet

Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu, kelembaban dan


pengaruh waktu pembebanan.

Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan struktur


bangunan yang berskala besar dan tinggi.

Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan


ketersediaan terbatas (langka). Seperti kayu Ulin misalnya yang memiliki
mutu tinggi dan harganya pun jauh lebih mahal serta ketersediaannya
terbatas.

2.2.4. Bambu
Bambu sudah sejak lama dikenal sebagai bahan bangunan. Pada daerahdaerah pedesaan bambu banyak digunakan penduduk untuk membuat rumah
tinggal. Konstruksi dari bambu banyak digunakan di pedesaan karena

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: bambu mudah didapat dan harganya


murah, dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana, pertumbuhannya cepat.
Bambu merupakan jenis tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan
subtropis. Bambu termasuk tumbuhan jenis graminae (suku rumput-rumputan)
yang mempunyai ciri-ciri berdaun tunggal, berbentuk pita yang tersusun
berselang seling pada rantingnya, batang beruas-ruas, berakar serabut dan
mempunyai rimpang. Bambu tumbuh dimulai dari tunas. Tunas ini tumbuh
secara perlahan pada awalnya, kemudian tumbuh cepat pada musim hujan
sampai mencapai dari tingginya. Bambu mengalami masa pertumbuhan yang
cepat selama 4 sampai 6 bulan. Segera setelah tinggi maksimum tercapai, terjadi
pengkayuan ranting (terbentuknya batang bambu) yang berlangsung selama 2
sampai 3 tahun. Batang bambu akan masak setelah berumur 6 sampai 9 tahun.
Dalam pertumbuhannya, bambu belum diusahakan secara perkebunan, tapi
tumbuhnya masih dibiarkan secara liar di pekarangan maupun di hutan. Di
daerah pedesaan, biasanya bambu ditanam hanya untuk keperluan membuat
kerajinan rumah tangga atau untuk membuat rumah-rumah sederhana. Untuk
mengembangkan

bambu

biasanya

digunakan

bibit

berupa

stek.

Pengembangbiakan bambu dengan biji tidak efisien karena membutuhkan waktu


yang lama.
Bambu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
-

Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dalam hal terakhir,
berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang
mengkilap. Di tempat buku tidak boleh pecah.

Bambu yang telah direndam dalam air harus berwarna pucat tidak kuning,
hijau atau hitam dan berbau asam yang khas, sedangkan bila dibelah di
bagian dalam dari ruas tidak boleh terdapat rambut dalam yang baisanya
terdapat pada bambu yang belum direndam.

Bambu untuk pelupuh dan barang anyaman seperti bilih, gendak, dll harus
telah direndam dengan baik. Barang anyaman harus tahan lama dan terbuat
dari bambu dengan jenis terbaik dan garis tengah minimum 4 cm serta harus
terbuat dari bagian kulit dari bambu.

Bambu dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, terutama


untuk bahan bangunan. Konstruksi bangunan yang terbuat dari bambu biasanya
sangat tahan terhadap gempa bumi karena strukturnya ringan dan elastis.
Penggunaan bambu pada bangunan antara lain:
a. Untuk dinding rumah.
Bambu yang digunakan untuk dinding biasanya dibelah dan dibuat anyaman.
Jenis bambu yang cocok untuk anyaman adalah bambu ater, bambu petung,
bambu tutul, bambu talang dan bambu plymorpha.
b. Untuk rangka bangunan.
Biasanya bambu digunakan untuk membuat kudakuda, reng dan usuk
(kasau). Sambungannya menggunakan sambungan pen bambu, tali ijuk atau
kombinasi keduanya. Jenis bambu yang cocok untuk konstruksi ini adalah
bambu petung, bambu duri, bambu duri ori, bambu gombong, bambu
sembilang dan bambu polymorpha.
c. Untuk tiang.
Bambu digunakan untuk tiang-tiang yang berfungsi untuk menempelkan
dinding dari anyaman bambu, untuk tiang-tiang panggung penyangga kudakuda. Jenis sambungan yang digunakan adalah sambungan lubang dan pen
bambu dikombinasikan dengan tali ijuk. Jenis bambu yang cocok adalah
bambu petung, bambu duri, bambu duri ori, bambu gombong, bambu
sembilang, bambu balcoa dan bambu polymorpha.
d. Untuk lantai.
Biasanya bambu dibuat anyaman atau bambu hanya dibelah saja kemudian
dirapikan/ditata sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai lantai.
Jenis bambu yang cocok untuk konstruksi ini adalah bambu petung, bambu
ater, bambu talang, bambu gombong, bambu sembilang dan bambu balcoa.
e. Untuk langit-langit.
Jenis anyamannya sama dengan jenis anyaman dinding. Jenis bambu yang
cocok untuk konstruksi ini adalah bambu petung, bambu talang, bambu
gombong.
f. Untuk konstruksi bekesting, tangga, dll.

2.2.5. Keuntungan dan kerugian


a. Keuntungan
- Bambu dikenal sebagai bahan bangunan yang dapat diperbarui,
-

Tidak perlu menggunakan tenaga terdidik,

Cukup menggunakan alat-alat sederhana yang mudah didapat di sekitar


kita,

2.3.

Cukup nyaman tinggal di dalam rumah bambu,

Masa konstruksi sangat singkat, dan

Biaya konstruksi murah.

Tanah
Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam, yang terdiri dari air,
udara dan butir-butir tanah yang padat, dimana bagian yang berisi dengan air
dan udara disebut dengan rongga atau pori.
Tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pasir
Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan tajam, yang lolos pada
ukuran saringan 0,07 mm sampai dengan 4,76 mm.
b. Lanau
Lanau merupakan tanah dengan butiran kecil dari 0,07 mm, dan bersifat
mudah menyerap air. Sehingga apabila terendam air menjadi lumpur.
c. Tanah liat
Tanah liat merupakan tanah dengan butiran yang sangat halus, bersifat
plastik, yaitu mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat.
Berdasarkan atas tempat pengendapan dan asalnya, tanah liat (lempung)
dapat dibagi dalam beberapa jenis, sebagai berikut:

Lempung Residual, Lempung residual adalah lempung yang terdapat


pada tempat di mana lempung tersebut terjadi, atau dengan kata lain
lempung tersebut belum berpindah tempat sejak terbentuknya.

Lempung Illuvial, Lempung illuvial adalah lempung yang telah terangkut


dan mengendap pada suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya,
misalnya di kaki bukit. Lempung illuvial sifatnya mirip lempung

residual, hanya saja pada lempung illuvial bagian dasarnya tidak


diketemukan batuan asalnya.
-

Lempung Alluvial, Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan


oleh air sungai di sekitar atau sepanjang sungai. Pada waktu banjir sungai
akan meluap, sehingga lempung dan pasir yang dibawanya akan
mengendap di sekitar atau sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di
tempat dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap jauh dari
tempat asalnya. Letak sungai dapat berubah-ubah sehinggan hasil
endapan lempung atau pasir juga akan berubah-ubah. Oleh karena itu
endapan lempung alluvial dicirikan dengan selang-seling antara pasir dan
lempung, baik vertikal maupun horizontal. Bentuk endapan alluvial
umumnya menyerupai lensa. Pada endapan alluvial muda, lapisan
pasirnya terlihat masih segar, sedangkan pada endapan alluvial tua,
lapisan pasirnya telah melapuk sebagian atau seluruhnya telah menjadi
lempung.

Lempung Marin, Lempung marin adalah lempung yang endapannya


berada di laut. Lempung yang dibawa oleh sungai sebagian besar
diendapkan di laut. Hanya sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai
lempung alluvial. Lempung marin sangat halus dan biasanya tercampur
dengan cangkang - cangkang foraminefera (kapur). Lempung marin
dapat menjadi padat karena pengaruh beban di atasnya, oleh gaya
geologi.

Lempung Rawa, Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di


rawa rawa. Jenis lempung ini dicirikan oleh warna yang hitam. Apabila
terdapat dekat laut akan mengandung garam.

Pemanfaatan tanah dalam bahan konstruksi diantaranya:


a. Tanah tanpa pengolahan
Yang dimaksud dengan bahan tanah tanpa diolah merupakan tanah dalam
keadaan asli, yang digunakan sebagai bahan urugan maupun campuran
mortar atau perekat, sebagai contoh adalah pasir yang merupakan tanah
dengan butiran yang kasar, pasir merupakan bahan yang digunakan langsung
menjadi bahan urugan. Sedangkan sebagai bahan yang melalui proses

dicampur dengan bahan lain, misalnya dicampur dengan semen atau kapur,
campuran tersebut akan menjadi spesi atau bahan perekat.
b. Tanah dengan pengolahan
Bahan yang diolah adalah bahan tanah yang digunakan sebagai bahan
bangunan, yang memerlukan proses lanjutan dapat dibentuk sesuai dengan
kebutuhannya. Tanah jenis ini umumnya merupakan tanah liat, dimana
dalam keadaan aslinya dengan atau tanpa bahan tambahan perlu diproses.
Karena sifat muai susutnya yang besar, sehingga tidak dapat langsung
digunakan dalam keadaan aslinya.
Contoh dari bahan ini merupakan:
-

Bata merah
Bata merah adalah bahan bangunan yang digunakan sebagai bahan
dinding bangunan. Proses pembuatannya adalah proses sederhana yang
dikerjakan secara tradisional dari tanah liat yang dicampur dengan air,
kemudian dicetak menjadi bentuk yang diinginkan setelah dijemur di
panas matahari sampai kering. Setelah kering bata merah dibakar pada
suhu yang tinggi, sehingga menjadi keras. Tingkat kekerasan bata merah
ini tergantung dari proses pembakarannya.

Genteng
Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup atap. Genteng
tanah merupakan tanah liat yang diproses seperti pembuatan bata merah,
sehingga menjadi bahan yang keras.

Keramik
Keramik merupakan tanah liat murni yang dicampur dengan kaolin,
silikat. Bahan-bahan tersebut diaduk dengan ditambahkan air menjadi
campuran. Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai dengan
bentuk yang dikendaki. Setelah kering udara dibakar pada suhu yang
tinggi, sehingga menjadi produk setengah jadi. Kemudian dipoles,
hingga menjadi produk jadi. Dalam proses pembakaran, bahan campuran
tersebut akan bereaksi satu sama lain, sehingga menjadi bahan yang
keras, licin dan bersifat sebagai isolator. Pemanfaatan bahan keramik
antara lain: ubin, pelapis dinding, genteng, isolator dan lain-lain.

2.4.

Karet Alam

2.5.

Pasir

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai