kebutuhan mereka sendiri dan kebutuhan janin yang sedang berkembang. Kekhawatiran terjadi
bila wanita hamil menjadi kekurangan kedua nutrisi tersebut dan mereka tidak dapat memasok
jumlah yang cukup untuk janin mereka. Besi yang rendah dan tingkat folat yang juga rendah
pada wanita dapat menyebabkan anemia, yang dapat membuat wanita lelah, lemah, dan
meningkatkan risiko infeksi (Rosas, et.al., 2013).
Didiagnosis anemia selama kehamilan jika konsentrasi hemoglobin wanita (Hb) lebih
rendah dari 110 g /L di permukaan laut, meskipun diakui bahwa selama trimester kedua
konsentrasi Hb alami turun sekitar 5 g / L (WHO, 2011).
Bukti kuat menunjukkan bahwa kekurangan zat besi pada trimester pertama kehamilan
signifikan menurunkan pertumbuhan janin, sedangkan anemia defisiensi besi pada trimester
kedua dan ketiga memiliki sedikit efek pada pertumbuhan janin. Menargetkan program
intervensi untuk periode prenatal mungkin memiliki manfaat yang lebih besar daripada
mengandalkan intervensi di akhir trimester pertama atau awal trimester kedua kehamilan. Jika
kehamilan dipandang sebagai bagian dari siklus reproduksi, maka waktu yang lebih tepat untuk
intervensi sebelum hamil, tidak selama kehamilan. Dengan sudut pandang ini, dosis rendah
suplementasi besi intermiten dengan menjadi lebih menarik karena potensi status besi buruk pada
trimester pertama kehamilan dapat dihindari. Namun, khasiat pendekatan ini belum sepenuhnya
bisa terlaksana (Beard, 2000).
Penelitian terbaru, pada tahun 2013, mneyatakan bahwa suplementasi besi secara rutin
dianjurkan untuk wanita hamil di Amerika Serikat untuk membantu memenuhi kebutuhan zat
besi yang meningkat kehamilan. Pada tahun 2008, American College of Obstetricians dan
Gynecologists merekomendasikan suplemen prenatal dengan komposisi besi untuk semua wanita
hamil di Amerika Serikat. Namun, penelitian di Inggris menyatakan bahwa suplementasi zat besi
hanya harus dipertimbangkan untuk wanita dengan konsentrasi Hb <11 g / dL pada trimester
pertama atau konsentrasi Hb <10,5 g / dL pada 28 minggu kehamilan (Chao and Kimberly,
2013). Adapun kebutuhan terkait besi pada wanita hamil adalah berhubungan dengan indicator
berikut (Chao and Kimberly, 2013):
Tabel tersebut menunjukkan bahwa, kebutuhan zat besi tergantung dari factor-faktor seperti
Hemoglobi, Hematokrit, Serum Feritin, dan lain-lain. Setiap trimester memiliki nilai minimal
masing-masing yang harus dicapai oleh ibu hamil agar kebutuhan besi dirinya dan janinya
terpenuhi.
Asupan zat besi harian rata-rata dari makanan untuk wanita di Inggris adalah 5-10 mg.
Sekitar 15% dari zat besi yang diserap. Persyaratan besi fisiologis 3 kali lebih tinggi pada
kehamilan daripada mereka pada wanita menstruasi, dengan meningkatnya permintaan seiring
meningkatnya umur kehamilan. Pada trimester pertama kebutuhan sekitar 15 mg per hari dari
makanan. Asupan yang disarankan setiap hari (RDA) dari besi untuk paruh kedua kehamilan
adalah 30 mg. Penyerapan zat besi meningkat tiga kali lipat pada trimester ketiga, dengan
persyaratan besi meningkat 1-2 mg sampai 6 mg per hari, berarti sekitar 36 mg per hari. Jumlah
penyerapan zat besi tergantung pada jumlah zat besi dalam diet, bioavailabilitas dan persyaratan
fisiologis. Sumber utama makanan besi heme adalah hemoglobin dan mioglobin dari daging
merah, ikan dan unggas. Hem besi diserap 2 sampai 3 kali lipat lebih mudah daripada besi
nonhaem. Daging juga mengandung senyawa organik yang mempromosikan penyerapan zat besi
dari sumber besi non-heme kurang bioavailable lainnya. Namun sekitar 95% dari asupan zat besi
adalah dari sumber besi non-heme. Vitamin C (asam askorbat) secara signifikan meningkatkan
penyerapan zat besi dari makanan non-heme, ukuran efek ini meningkat dengan jumlah vitamin
C dalam makanan. Perkecambahan dan fermentasi sereal dan kacang-kacangan meningkatkan
bioavailabilitas besi non-heme dengan mengurangi kandungan fitat, zat makanan yang
menghambat penyerapan zat besi. Tanin dalam teh dan kopi menghambat penyerapan zat besi
bila dikonsumsi dengan makan atau segera setelah (Pavord, et.al., 2012).
dipromosikan oleh faktor-faktor yang sama yang mempengaruhi penyerapan makanan zat besi
non-heme (Pavord, et.al., 2012).
DAPUS
Beard, J.L., 2011, Effectiveness and strategies of iron supplementation during Pregnancy,
American Journal of Clinical Nutrition, 71(suppl):1288S94S.
Cao, C., and Kimberly O., 2013, Pregnancy and iron homeostasis: an update, Nutrition Reviews,
71, (1), 35-51.
Pavord, S., Bethan M., Susan R., Shubha A., Jane S., Christina O., 2012, Guidelines on the
management of iron deficiency in pregnancy, British Journal of Haematology, 2012, 156,
588-600.
Rosas, P., De Regil, Dowswell T, and Viteri FE, 2012, Daily oral iron supplementation during
pregnancy (Review), The Cochrane Collaboration Wiley, Issue 12, 2012.
World Health Organization, 2011 Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment
of
severity,
Vitamin
(WHO/NMH/NHD/MNM/11.1)
Diakses 28 November 2014.
LAMPIRAN 1
and
Mineral
Nutrition
Information
System
(http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf,
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3