Anda di halaman 1dari 6

1.

Fungsi Khusus

1.1 Pengantar
Fungsi gamma merupakan fungsi spesial yang sering muncul dalam pembahasan suatu fenomena
fisis. Fungsi ini muncul disetiap ekspansi Taylor. Pada pelajaran lebih lanjut, fungsi gamma sering
ditemukan dengan argument setengah bilangan bulat dan dibutuhkan untuk nilai non-integral
secara umum dalam banyak ekspansi, seperti fungsi Bessel untuk urutan bukan bilangan bulat.
Fungsi gamma tidak selalu mendeskripsikan sebuah kuantitas fisis, namun muncul sebagai faktor
dalam ekspansi dari kuantitas fisis yang relevan.

1.2 Definisi
Fungsi gamma memiliki beberapa definisi dalam penggunaannya. Definisi pertama muncul setelah
didefinisikan oleh Euler :
123
,
( + 1)( + 2) ( + )

() lim

0, 1, 2,

Dengan melakukan subtitusi = + 1, didapatkan hubungan :


( + 1) = ()

(. )

Dari definisi juga dapat dilihat bahwa :


123
=1
1 2 3 ( + 1)

(1) = lim
Sehingga membentuk pola

(2 ) = 1
(3) = 2(2) = 2
(4) = 3(3) = 2 3
Atau :

(. )

( ) = 1 2 3 ( 1 ) = ( 1 )!

(. )

Definisi kedua yang sering disebut integral Euler didefinisikan sebagai :

() = 1 ,

Re() > 0

(. )

Perlu diperhatikan bahwa nilai real dari haruslah konvergen.


Saat fungsi gamma muncul dalam masalah fisis, sering dijumpai dalam beberapa variasi seperti :

() = 2 21 ,

Re() > 0

(. )

yang dapat dibuktikan dengan melakukan subtitusi = 2 pada persamaan (. ).


Persamaan (. ) dan (. ) dapat dibuktikan dengan memperhatikan fungsi dua variabel :

1
(, ) = (1 ) ,

Re() > 0

(. )

Dengan adalah bilangan bulat positif. Fungsi tersebut dipilih karena eksponensialnya memiliki
definisi :

lim (1 )

Fungsi pada persamaan (. ) dapat dilihat memenuhi persamaan (. ) :

lim (, ) = (, ) = 1 = ()

Sementara dengan melakukan subtitusi = / :


1

(, ) = (1 ) 1
0

Persamaan (. ) didapatkan dengan integral parsial :

(, )
1

= [( 1 )
] + (1 )1

0
0

Dengan melakukan sebanyak kali, integral parsialnya diabaikan, kita dapatkan :


1

( 1) 1
+1
(, ) =
( + 1) ( + )
0

(, ) =

1 2 3

( + 1)( + 2) ( + )

yang merupakan persamaan (. ) :


lim (, ) = (, ) ()

1.3 Hubungan Fungsional


Salah satu hubungan relasi yang memenuhi persamaan fungsi gamma adalah persamaan pantulan
(reflection formula) :

sin

( )(1 z) =

(. )

Salah satu cara untuk membuktikannya adalah dengan memulai dengan produk dari integral Euler
:

( + 1)(1 z) =
0



=
( + 1)2
0

Yang didapat dari subtitusi = + dan = /. Kita juga membutuhkan Jacobian dari
transformasi ini :

1
|
= 1

1
+ ( + 1)2
|=
=
2
2

Integrasi terhadap menjadi sama dengan 1! sementara integrasi terhadap didapatkan dengan
metode integrasi-kontur :

=
2
( + 1)
sin

Dengan mengganti ( + 1) menjadi () dan didapatkan persamaan (. ).

1.4 Fungsi Beta


Haasil dari fungsi gmma dapat diidentifikasi sebagai penjabaran dari integral yang mengandung
unsur fungsi sin dan cos. Integral tersebut dapat lebih lanjut dimanipulasi untuk mengevaluasi
sebuah angka yang besar dari integral. Hal tersebut menjadi dasar pendefinisian fungsi beta.
Secara umum fungsi beta dalam bentuk integral memiliki formasi :
1

(, ) = 1 (1 )1

(. )

yang konvergen untuk > 0, > 0, dengan dan adalah bilangan real. Hal yang menarik jika
melakukan subtitusi = 1 . Subtitusi tersebut memberikan sifat simetri antara (, ) =
(, ).
Hubungan fungsi beta dan fungsi gamma dapat dijabarkan dengan melakukan perkalian dua fungsi
gamma dalam bentuk (. ) :

()() = 4 21 21
0

= 4 (
0

2+ 2 )

21 21

dengan mengubahnya dalam kordinat polar (, ), = sin , = cos :

()() = 4 sin21 cos 21 21 21


0

= 4 sin21 cos 21 2(+)1


0

= 2 sin21 cos 21 ( + )
0

Untuk bentuk integral cos dan sin, dengan subtitusi 2 1 = 2( 1) + 1 (demikian juga
dengan bagian ) dapat dijabarkan :

2 sin2(1)+1 cos 2(1)+1 = sin2(1) cos 2(1) 2 cos sin


0

Fungsi beta didapatkan dengan kembali melakukan subtitusi = sin2 :

sin2(1) cos 2(1) 2 cos sin = x (1) (1 )(1) = (, )


0

Sehingga hubungan antara fungsi gamma dan fungsi beta :


(, ) =

( )( )
( + )

(. )

1.6 Formula Stirling


Sebuah persamaan yang mengandung ! Ataupun () tidak dapat secara sederhana
didiferensialkan. Disini kita menggunakan pendekatan untuk fungsi faktorial atau fungsi yang
disebut persamaan Stirling.
Persamaan ini didapatkan dengan fungsi gamma :

( + 1) = ! = = ln
0

(. )

Dengan melakukan subtitusi = + , = :

! =

ln(+)(+)

Untuk dengan nilai besar, bentuk logaritma dapat diekspansi menurut deret pangkat :
ln( + ) = ln + ln (1 +

) = ln +

2
+
2

Sehingga didapatkan :

! ~

ln +(

2
)
2

ln

2
)
2

2
)
2

2
( )
2

Untuk integral pertama didapatkan 2. Untuk integral kedua bernilai nol untuk , dan kita
dapatkan formula Stirling :
! ~ 2

(. )

Adapun untuk ekspansi asymtot ( + 1) didapatkan :


( + 1) = ! = 2 (1 +

1
1
+
+ )
12 288 2

(. )

Bagian pertama yang merupakan formula Stirling merupakan pendekatan yang baik digunakan
untuk bernilai besar dan bagian keduanya dapat digunakan untuk memperkirakan kesalahan
relatif fungsi tersebut.
Bentuk yang sering dijumpai dalam formula Stirling adalah nilai ln ! dengan nilai besar. Pada
kasus ini, formula Stirling memberikan hubungan :
ln ! = ln( 2) = ln + ln + ln 2
= ln + ln 2
Karena nilai besar, bagian ln 2 dapat diabaikan sehingga didapatkan persamaan umum :
ln ! = ln

(. )

Anda mungkin juga menyukai