Michael Bittman, Judith E. Brown & Judy Wajcman, The Mobile Phone, Perpetual Contact and Time
Pressure, Work, Employment & Society, vol.23, no.4, December 2009
Andre Levisse, Nimal Manuel & Martin Sjolund, Getting More from Prepaid Mobile Services, McKinsey
Quarterly, February 2008
pelanggan dengan daya beli rendah, kartu perdana dijual murah (bisa di bawah Rp.
10.000) dan demikian pula satuan isi ulang pulsa (bisa dengan Rp. 5.000).
Cara ini mendatangkan pertumbuhan jumlah pelanggan yang tinggi, namun
di banyak negara hal ini tidak serta merta dikuti pertumbuhan pendapatan yang
tinggi pula. Di Philipina, misalnya, pada 2006 jumlah pelanggan seluler tumbuh 22%
namun pendapatan operator hanya naik 3%. Kebiasaan pelanggan untuk bergantiganti kartu SIM (atau menggunakan lebih dari 1 kartu SIM di saat bersamaan)
membuat ARPU menurun.
Sementara di Rusia (yang termasuk dalam 4 negara berkembang utama
bersama Brasil, India dan China), pertumbuhan sektor telekomunikasi seluler juga
sudah melambat (dari 3,1% GDP di 2007 menjadi 2,9% GDP di 2008). Nilai pasar
seluler di Rusia pada 2008 mencapai sekitar $ 23 Milyar di mana $19,5 Milyar
adalah bisnis komunikasi suara, $ 2,6 Milyar untuk layanan nilai tambah dan $ 935
juta untuk bisnis koneksi data melalui internet. Penetrasi ponsel di Rusia sudah
mencapai 129.4% di akhir 2008, setara dengan banyak negara maju di dunia.
Sementara di wilayah satelit Rusia (CIS) seperti Ukraina mencapai 121%,
Belarusia mencapai 86% dan Armenia sudah mencapai 80%. Walaupun untuk
wilayah Asia Tengah masih menawarkan tingkat pertumbuhan tinggi karena
penetrasi yang masih rendah seperti Uzbekistan yang baru 44% dan Turkmenistan
yang hanya 19%.
Peluncuran layanan 3G diharapkan dapat meningkatkan nilai pendapatan
melalui bisnis koneksi data. Di Rusia, bisnis ini sedang bertumbuh pesat dengan
volume data sudah mencapai 1,636 Tb di 2008 (naik 3,5 kali dibandingkan 2007).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa di Rusia operator kini fokus pada usaha
mempertahankan pelanggan, meningkatkan ARPU dan merebut pelanggan dari
operator lain.
Sementara penetrasi seluler di Singapura per 31 Desember 2009 mencapai
137,4%, sedikit meningkat dari tahun lalu yang sebesar 131%. Dengan jumlah total
pelanggan sebanyak 6.851.900, 50,3%-nya adalah pelanggan pasca bayar dan
sisanya 49,7% adalah prabayar.
Berbagai kampanye pemasaran khususnya untuk pelanggan prabayar
dalam bentuk berbagai paket murah juga menekan pertumbuhan pendapatan. Di
2
beberapa negara Asia bahkan jauh lebih murah (sampai 23%) untuk membeli kartu
perdana baru dibandingkan isi ulang pulsa. Beberapa pasar juga relatif sudah
mengalami kejenuhan. Brasil misalnya, pertumbuhan pengguna baru seluler
melambat dari 31% sepanjang 2001 2005 menjadi 18% di 2006. Pola serupa juga
terjadi di China, Malaysia dan Philipina.
Cariers Widen Nets: Diversify Their Services, Digital Life: Communicasia 2010, The Wall Street Journal
Asia, 15 June 2010, p.13-14
Reliance Industries 4G Bet, The Wall Street Journal Asia, 14 June 2010, p.18
masa depan. Vendor di Asia juga sudah menyadari hal ini, Huawei misalnya sudah
mempromosikan berbagai solusi dan alat untuk memungkinkan operator melayani
banyak
devices
yang
berbeda
dalam
jaringan
mereka.
Huawei
juga
industri
telekomunikasi,
khususnya
kebutuhan
akan
Gambar 1.
Kaitan antara PDB per Kapita dan Pelanggan Telepon
(26,159)
UK
(29,152)
Germany
Singapore
(12,000,120)
Korea
(36,120)
(22,132)
(13,130)
US
Japan
(31,117)
Malaysia
(4,76)
Thailand
China
(0.5,18.29) Viet NamIndonesia
GDP/cap
H
(2.33,55)
(1,49)
(0.9, 18)
India
(0.5,8.44)
Gambar 2.
Kaitan antara PDB per Kapita dan Pengguna Internet
H
(13,65)
Korea
(26,63)
UK
(12,000,50)
(36,62)
Japan (31,58)
(22,56)
Singapore
US
Germany (29,50)
Malaysia
(2.33,7)
China
Thailand
GDP/cap
H
(4,40)
(1,11)
(0.9, 6.5)
India
(0.5,3)
Terlihat
Gambar 3.
Kaitan antara PDB per Kapita dan Pelanggan Seluler
(26,103)
H
UK
Singapore
(12,55)
(22,89)
(29,86)
Germany
Korea
(13,76)
(36,61)
Japan
(31,72)
US
GDP/cap
Malaysia
L
Thailand
China
Indonesia
(0.5,6)
Viet Nam
India
(4,58)
(1,44)
(2.33,26)
(0.9, 13)
(0.5,4)
L
10
fixed line dan bahkan hingga saat ini baru pelanggan usia muda yang benar-benar
sudah beralih sepenuhnya dari wired-base ke komunikasi wireless.
Diperkirakan mayoritas pengguna internet akan bertahan menggunakan
koneksi broadband5. Karena hingga saat ini, 90% pengguna mobile internet ratarata hanya menghabiskan kurang dari 2 Gb per bulan. Sementara pengguna
broadband melalui PC menghabiskan10 kali lipatnya (untuk keperluan download
lagu, tukar menukar foto di Facebook atau menonton video online di You Tube).
Namun kemunculan gadget tablet seperti iPad dapat memicu meledaknya
popularitas mobile internet, selama kecepatan dan kapasitas jaringan wireless
mendukung dan harga aksesnya murah.
Menurut data dari Broadband Forum (BBF), pasar Asia menunjukkan
pertumbuhan sambungan broadband wireline tertinggi di dunia pada 2009, naik
19% dari tahun sebelumnya dan kini mencapai 183 juta koneksi (39% total
koneksi global). Broadband sudah menjadi mekanisme delivery utama untuk
berbagai layanan seperti akses internet berkecepatan tinggi, internet protocol
TV, real time gaming, multimedia telemedicine, super grid energy management,
teleworking dan high-definition telepresence6.
Beberapa pemerintah negara Asia juga aktif menelurkan inisiatif seperti
China yang melalui China Telecom membelanjakan $ 878 juta untuk
memperluas jangkauan jaringan fiber optic ke 3 juta rumah tangga di Shanghai
pada 2012, Malaysia dengan proyek broadband kecepatan tinggi senilai $ 3.4
milyar dan Singapura dengan proyek jaringan broadband next generation
dengan target cakupan 95% rumah dan gedung di 2012.
Apakah teknologi wireless akan mengalahkan kinerja wired-base? Secara
teori hal ini mungkin terjadi dalam jangka panjang, namun spectrum wireless
relatif terbatas dan teknologi kompresi
5
6
Jacques Bughin, What Shape Will The Wireless Web Take?, McKinsey Quarterly, October 2009
Broadband is Blossoming Throughout the Region, Digital Life: Communicasia 2010, The Wall Street
Journal Asia, 15 June 2010, p.15
11