Anda di halaman 1dari 24

Ringkasan materi: Manusia dan Kebudayaan

25 Oktober 2013 oleh rrachman


Bangsa yang besar dapat dilihat dari keberagaman budaya yang dimilikinya. Keberadaan
manusia tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan karena budaya merupakan hasil dari cipta,
karya, karsa manusia yang akan terus berubah dan berkembang seiring dengan yang akan
terus berubah dan berkembang seiring dengan jalannya waktu. Sebuah kebudayaann
membedakan seseorang di suatu daerah dengan orang di daerah lainnya. Contoh, ketika
berada di negara kita dapat melihat kebudayaan masyarakatnya yang lebih bebas, terbuka dan
toleran seperti seperti sepasang kekasih yang tidak memiliki status pernikahan tinggal di
dalam satu rumah bagi mereka itu adalah hal yang biasa, tanggapan yang berbeda akan kita
temui saat berada di negara-negara timur seperti indonesia, hal tersebut adalah sesuatu yang
dilarang karena disini masih kental akan adat istiadatnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
norma yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Kebudayaan memiliki beberapa aspek yang meliputi:

Kesenian
Bahasa
Adat istiadat
Budaya daerah
Budaya nasional
Selain itu beberapa sifat kebudayaan diantaranya:

Etnosentris, yaitu sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg meremehkan
masyarakat dan kebudayaan lain.
Universal, yaitu umum dan menyeluruh.
Akulturasi, yaitu saling bertemu dan mempengaruhi (budaya).
Adaptif, yaitu dapat disesuaikan.
Dinamis, yaitu berkembang mengikuti zaman.
Integratif, yaitu membaur membentuk kesatuan.
Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu:
1.

Pencipta kebudayaan , manusia dapat menciptakan suatu kebudayaan karena


sebuah kebudayaan yang dimiliki manusia lah yang membedakan manusia itu
dengan manusia yang lain.
2.
Penganut kebudayaan , Manusia menganut budaya yang ada di lingkungannya
agar dapat diterima di lingkunganya dan agar dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
3.
Pembawa kebudayaan, Manusia disebut pembawa kebudayaan apabila manusia
itu datang dari luar daerah,lalu menetap lama di suatu daerah lain dan masyarakat

di daerah itu mengikuti kebudayaan yang di bawa oleh orang yang dari luar daerah
itu.
4.
Manipulator kebudayaan, manusia bisa menyamarkan kebudayaannya jika
manusia itu beradaptasi dengan kebudayaan yang berbeda di tempat yang berbeda.
yang saya dapatkan dari hasil presentasi mengenai Manusia dan Kebudayaan, suatu
hubungan yang saling berkaitan antara manusia dengan kebudayaan. manusia sebagai pelaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupaan objek yang dilaksanakan manusia. manusia
menciptakan kebudayaa, saat membangun sebuah budaya manusia memiliki agama dan
setelahnya agama mengatur kebudayaan dan kehidupan manusia agar sesuai dengan norma
yang berlaku. sehingga dapat disimpulkan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan,
karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN DAN WUJUD KEBUDAYAAN
A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya sedangkan budaya adalah bentuk jamak dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa
snsekerta buddayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.dalam
bahasa inggris kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan
dengan kata Cultuur, dalam bahasa latin, berasal dari kata corela.
Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:
1. E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain
serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan
hasil ntingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentukannya didukung dan diteruskan
oleh anggota masyarakat lainnya.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
milik diri manusia dengan belajar.
4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah
semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat.
B. Perwujudan Kebudayaan
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan kedalam
tiga wujud yaitu:
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai-nilai norma-norma dan peraturan

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan penggolongan wujud budaya tersebut, maka kebudayaan dapat dikelompokan
menjadi dua:1. Budaya yang bersifat abstrak dan 2. Budaya yang bersifat kongkrit.
Sebagaimana telah disebutkan koentjaraningrat wujud budaya kongkrit ini dengan sistem
sosial dan fisik, yang terdiri dari:
a. Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkahlaku tertentu dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (patterns of behavior)
masyarakat. Pola-pola perilaku adalah cara bertindak seluruh anggota suatu masyarakat yang
mempunyai norma-norma dan kebudayaan yang sama.
Manusia mempunyai aturan main tersendiri dalam hidupnya di masyarakat, karena itu
menurut Rapl Linton dalam mengatur hubungan antarmanusia diperlukan design for living
atau garis-garis petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya, misalnya:
1. Apa yang baik dan buruk, benar dan salah, sesuai dan tidak sesuai dengan keinginan
(valuational element)
2. Bagaimana orang harus berlaku (priscriptive element)
3. Perlu tidaknya diadakan upacara ritual adat atau kepercayaan, (cognitive element).
b. Bahasa
Ralph linton menyebutkan bahwa salah satu penyebab paling penting dalam
memperlambangkan budaya sampai mencapai tarafnya seperti sekarang ialah bahasa. Bahasa
berfungsi sebagai alat berfikir dan alat berkomunikasi. Tanpa berfikir dan berkomunikasi
kebudayaan sulit ada. Sebagaimana diketahui sebuah pepatah mengatakan: bahasa
menunjukan bangsa, artinya bahasalah yang mempopulerkan sebuah bangsa yang tentu saja
termasuk didalamnya kebudayaan bangsa tersebut. Melalui bahasa kebudayaan suatu bangsa
dapat dibentuk, dibina, dikembangkan, serta dapat diwariskan pada generasi mendatang.
c. Materi
Budaya materi merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam
masyarakat. Bentuk materi ini berupa pakaian, alat-alat rumah tangga, alat produksi, alat
transportasi, alat komunikasi, dan sebagainya.
Klasifikasi unsur budaya dari yang kecil hingga yang besar adalah sebagai berikut:
1. Items, unsur yang paling kecil dalam budaya
2. Traits, merupakan gabungan beberapa unsur terkecil
3. Kompleks budaya, gabungan beberapa dari items dan trait
4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh
(cultural universal). Terjadinya unsur budaya tersebut dapat melalui discovery, yaitu

penemuan yang terjadi secara sengaja atau kebetulan, yang sebelumnya tidak ada. Dan
invention, yaitu penemuan atau usaha yang sengaja untuk memperoleh hal-hal baru.

2. SISTEM, UNSUR, DAN SUBSTANSI BUDAYA


A. SISTEM BUDAYA
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systeme yang berarti seperangkat elemenelemen (bagian-bagian) yang bekerjasama secara teratur. Konsep system dapat ditujukan
kepada: organisasi, kumpulan, himpunan, organ tubuh dan seterusnya. Menurut Emile
Durkheim masyarakat merupakan suatu system, yaitu sistem sosial budaya adalah unsurunsur sosial budaya yang saling berkaitan dengan yang lain escara teratur, sehingga tercipta
tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya.
System budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari
pikiran-pikiran, gagasan konsep, serta keyakinan dengan demikian sitem kebudayaan
merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai
adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sitem norma dan disitulah salah satu fungsi
sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
System kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang beda. Jenis
kebudayaan ini dapat dikelompokan kedalam 2 yaitu:
a) Kebudayaan material
Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alat
pengolahan alam, seperti gedung,pabrik, jalan ,rumah dan sebagainya.
b) Kebudayaan non material
Merupakan hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
sebagainya. Non material antara lain adalah :
1. Cara (usage)
Proses interaksi yang terus menerus akan melahirkan pola-pola tertentu yang disebut cara
(usage). Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang lemah disbanding norma
yang lain. Pelanggaran terhadap norma ini hanya disebut tidak sopan, misalnya makan sambil
berdiri, berdecak bersendawa dan sebagainya.
2. Volkways (Norma kelaziman/kebiasaan)
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama, merupakan cermin
bahwa orang tersebut menyukai perbuatannya. Contohnya bertutur sopan santun, member
slaam, menghormati orang tua. Pelanggaran terhadap keiasaan masyarakat. Sanksi terhadap
pelanggaran ini berupa teguran, sindiran, dipergunjingkan dan sebagainnya yang sifatnya
sanksi masyarakat, yang mungkin dianggap ringan.
3. Mores (Norma tata kelakuan/norma kesusilaan)

Mores adalah aturan yang berlandaskan pada apa yang baik dan seharusnya menurut ajaran
agama, Filsafat atau nilai kebudayaan. Pelanggaran terhadap usage, folkways hanya akan
dianggap aneh atau tidak sopan, tetapi pelanggaran terhadapan mores akan disebut jahat.
Contoh terhadap mores adalah berzinah. Sanksinya berat, dirajam atau diusir dari kampong
halamnnya. Karena sanksinya yang berat mores disebut norma berat.
Fungsi norma tata kelakuan di masyarakat:
a. Memberikan batas-batas pada kelakuan individu (berupa perintah dan larangan)
b. Mengidentifikasi inividu dengan kelompoknya (memaksa individu untuk menyesuaikan
perilakunya dengan norma yang berlaku)
c. Menjaga solidaritas antar anggota masyarakat( menjaga keutuhan dan kerjasama antar
anggota massyarakat)
4. Norma adat istiadat (custom)
Tata kelakuan yang kekal. Serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat
dapat meningkat menjadi adat istiadat (custom). Anggota masyarakat yang melanggar adat
istiadat dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya dikucilkan dari masyarakat. Misal,
bercerai adalah suatu aib besar bagi masyarakat Lampung. Dalam masyarakat sunda
perempuan apabila tidak dilamar dianggap aib, sebaliknya dalam masyarakat Minang
perempuanlah yang melamar laki-laki dan ssebagainya.
5. Norma hokum (Laws)
Adalah suatu norma yang lebih tepat disebut sebagai hokum yang tertulis, meskipun tidak
selalu demikian. Laws adalah suatu rangkaian aturan yang diyujukan kepada anggta
masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan larangan agar dalam
masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Atura ini lazimnya tertulis yang
dikodifikassikan dala bentuk berbagai macam kitab undang-undang, atau tidak tertulis berupa
keputusan-keputusan hokum pengadilan adat. Karena sebagian besar norma hokum adalah
tertulis maka sanksinya adalah yang paling tegas bila dibandingkan dengan norma lain.
6. Mode (fashion)
Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan dan membuat sesuatu yang sering
berubah-ubah serta diikuti orang banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas dari mode
yakni sifatnya missal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara orang memotong dan
menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan sebagainya, tetapi juga dalam hal mengejar
sesuatu yang baru di bidang lain. Dari mode akan lahir sesuatu yang baru yang bersifat
inovatif, misalnya tarian tradisional jawa dielaborasi dengan kesenian melayu atau bali akan
lahir tarian kontemporer modern, tetapi dari mode juga akan melahirkan sesuatu yang
dianggap aneh oleh masyarakat misalnya rambut dengan gaya funky, dengan di cat berwarnawarni yang mungkin nantinya akan dianggap biasa.
Dalam system budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan lainnya.
Sehingga tercipta tata kelakuan manusian yang terwujud dalam unsure kebudayaan sebaga
satu kesatuan. Berikut akan dijelaskan tentang unsur-unsur kebudayaan tersebut.

B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Adanya perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya lain disebabkan
karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsure, baik yang besar maupun yang kecil
yang membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat tentang unsure-unsur yang membentuk
satu kebudayaan.
1. Melville J. Herskovits, unsur-unsur kebudayaan terdiri atas sebagai berikut:
a. Alat-alat teknologi
b. System ekonomi
c. Keluarga
d. Kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski menyebutkan unsur-unsur kebudayaan sebagai berikut
a. System norma-norma yang memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat agar
menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi
c. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-[etugas untuk pendidikan, perlu diingat
bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama
d. Organisas kekuatan
3. C. Kluckhohn berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal
(cultural universal) artinya ketujuh unsur ini dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa
di dunia yaitu:
a. System religi
b. System pengetahuan
c. System mata pencaharian hidup
d. Sistem peralatan hidup atau teknologi
e. Organisasi kemasyarakatan
f. Bahasa
g. Kesenian
Tiap-tiap unsure kebudayaan ini dapat diperinci menjadi unsure-unsur yang lebih kecil
hingga beerapa kali. Dengan metode Raplh Linton pemerinci dapat dilakukan hingga empat
kali. Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan setiap unsure kebudayaan
universal itu juga mempunyai tiga wujud Yaitu wujud system budaya, wujud sistem sosial
dan wujud kebudayaan fisik sehingga pemerincian dari ketujuh unsure tersebut masingmasing harus juga dilakukan mngenai ketiga wujud tersebut.
Wujud system dari unsur kebudayaan universal berupa adat dan pada tahap pertamanya adat
dapat diperinci lagi menjadi beberapa kompleks budaya. Kompleks budaya dapat diperinci
lagi menjadi tema budaya. Akhirnya pada tahap ketiga tiap tema budaya dapat diperinci
dalam gagasan.

C. SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA


Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang member jiwa kepada
masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa system pengetahuan, nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1) Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat-sifaat dan tingkah laku sesame manusia
g. Ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengelaman langsung
ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan
aturan yang dijadikan pedomannya.
b) Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (di sekolah)
maupun dari pendidikan non-formal (tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran
dan ceramah.
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi
simbolik.
2) Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting
oeh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki
nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (niulai estetika), baik (nilai moral
atau etis), religius (nilai agama).
C. Kluchon mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia
adalah lima dsar yang bersivat universal, yaitu :
a) Hakikat hidup manusia
b) Hakikat rakyat manusia
c) Hakikat waktu manusia
d) Hakikat alam manusia
e) Hakikat hubungan antar manusia.
3) Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab
atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan

yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pendangan hidup merupakan
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh
individu,kelompok, atau bangsa. Jika suatu bangsa tidak mempunyai pandangan hidup maka
bangsa tersebut akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain, mudah goyah, kehilangan jati diri
dan akhirnya sulit untuk menjadi bangsa dan atau negara mempunyai serangkaian visi dan
misi yang ingin dicapai dalam kehidupan, tidak mudah goyah dan mempunyai prinsip ingin
mewujudkan pandangan hidupnya.
Dengan demikian, pandangan hidup adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
suatu bangsa, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya.
4) Kepercayaan
Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas dari pada agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu
mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidak mampuan
manusia dalam dalam mengahdapai tantangan hidup, dan hanya yang Mahatinggi saja yang
mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan
kehidupan.
Kepercayaan terhadap sesuatu yang maha diluar diri manusia. Bermacam-macam
tergantung keyakinan manusia.
5) Presepsi
Persepsi atau sudut pandang adalah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangakt
kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi
terdiri
atas:
1. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan slah satu indera
manusia,
2. Persepsi telepati, kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain,
3. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain,
jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
Dalam keseharian kadangkala persepsi manusia yang satu berbeda dengan persepsi manusia
yang lain, hal ini desebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman, pengetahuan dan
lingkungan, serta proses dalam diri manusia.
Proses timbulnya persepsi dalam diri seseorang melalui tahapan-tahapan yang dialami oleh
manusia: pancaindera serta alat penerima yang lain, menrima getaran eter (cahaya dan
warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal(berat-ringan), tekana

termikal (panan-dingin), dan sebagainya. Rangsangan tersebut masuk kedalam sel-sel tertentu
dibagian otaknya. Ditempat itu, berbagai macam proses fisik, fisologo dan psikologi terjadi.
Berbagai macam getaran dan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang duipancarkan
dan diproyeksikan menjadi suatu gambaran tentang lingkungan individu yang melahirkan
persepsi.
6) Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam Antropolog) berasal dari bahasa inggris berarti watak khas.
Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga
masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang
asing.
Masing-masing suku mempunyai etos kebudayaannya masing-masing yang mungkin saja
berbeda sangat mencolok, apa yang baik menurut suku tertentu belum tentu baik menurut
suku yang lain, oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan untuk memahami kebudayaan
lain.
3. SIFAT BUDAYA DAN KECENDERUNGANNYA
A. SIFAT-SIFAT BUDAYA
Kendati kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia yang
terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan memiliki ciri dan
sifat yang sma. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal.
Dimana sifat-sifat budaya itu memilki ciri-ciri yang sama bagi setiap kebudayaan manusia
tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang
berlaku bagi setiap budaya dimanapun juga.
Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut, antara lain:
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya usua generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dlam tingkah laku.
4. Budaya mencakup peraturan-peraturan yang berisi kewajiban-kewajiban, tindakantindakan, yang diterima atau ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan
yang diijinkan.
Sifat hakiki tersebut menjadi ciri setiap budaya. Akan tetapi, apabila seseorang atau
sekelompok orang yang memahami sifat hakiki yang esensial, terlebih dahulu ia harus
memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada didalamnya.
B. BUDAYA DIMILIKI BERSAMA OLEH SUATU KELOMPOK
Sebagaimana telah dijelaskan, masyarakat sebagai wadah dan dan budaya sebagai isi
merupakan kesatuan yang dapat dipisahkan dan merupak dua komponen yang bersatu. Setiap
masyarakat memilki budaya dan setiaop budaya pasti ada masyarakat yang memilikinya.

Masing-masing masyarakat seringkali memiliki budaya yang bersifat khas, yaitu hanya
dimilki masyarakat tersebut.
Ciri khas perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan latar belakang masyarakat yang
bersangkutan. Faktor-faktor penyebab perbedaan itu antara lain:
1. Faktor Alam
Faktor alam atau lingkungan geografis ialah faktor letak tata bumi, iklim, dan faktor alam
lainya. Faktor alam ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan budaya.
Misalnya musik angklung, suling, dan calung pertama kali berasl dari Jawa barat karena alam
Jawa Barat menyediakan banyak bambu.
2. Faktor Kebiasaan
Kebiasaan yang ada disuatu masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, kadangkala apa
yang boleh dalam masyarakat tertentu dilarang oleh masyarakat lain. Misalnya di Jepang
mengeluarkan bunyi desis dari mulut dianggap sebagai tanda penghargaan terrhadap orang
yang memunyai derajat sosial yang lebih tinggi, sebaliknya di Inggris mengeluarkan bunyi
desis dari mulut dianggap penghinaan.
3. Faktor Kedaerahan
Faktor kedaerahan melahirkan budaya- budaya khusus (sub kultur) pada masyarakat yang
tinggal didaerah berlainan satu sama lain. Misalnya kebiasaan yang berlaku pada masyrakat
sunda akan berbeda dengan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat Minahasa, Padang, dan
sebagainya.
4. Pelapisan sosial
Pelapisan sosial atau strata sosial dapat mempengaruhi perbrdaan kebudayaan golongan
masyarakat, misalnya dulu golongan ningrat akan berneda tutur kata, berpakaian dengan
golongan rakyat biasa masa sekarang juga antara kelas menengah keatas akan berbeda cara
bersikap, bergaul, berpakaian dengan orang kebanyakan.
C. KECENDERUNGAN BERTAHAN DAN BERUBAHNYA KEBUDAYAAN
Kebudayaan akan terus hidup manakala masyarakat mau mempertahankannya, sebaliknaya
kebudayaan akan musnah jika masyarakat tidak lagi menggunakannya.
Dalam mempelajari kebudayaaan selalu harus diperhatikan hubungan antara unsur- unsur
yang mempengaruhi budaya itu cenderung bertahan atau berubah dan situasi serta kondisi
yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan.
Unsur- unsur penyebab kecenderungan bertahannya suatu budaya antara lain:
1. Unsur Idiologi
Idiologi merupakan kumpulan, gagasan, serta tatanan yang baik dalam kehidupan masyarakat
dan bernegara. Idiologi adalah jiwa dan kepribadian bangsa yang menyebabkan suatu bangsa
berbeda dengan bangsa lain. Idiologi digunakan sebagai pedoman hidup suatu bagsa. Dengan

demikian, unsur idiologi ini kecenderungan tetap bertahan karena sudah diyakini
kebenarannya oleh suatu masyarakat atau bangsa.
2. Unsur Kepercayaan / Religi
Semua aktivitas manusioa yang berhubungan dengan kepercayaan / religi didasarkan pada
suatu keyakinan akan suatu kebenaran (keimanan). Oleh karena itu unsur kepercayaan atau
religi ini cenderung tetap bertahan karean menyangkut keyakinan, krpatuhan, atau keimanan
yang diyakini.
3. Unsur Seni
Seni adalah sesuatu yang bersifat indah, seni melahirkan cinta kasih, kasih sayang,
kemesraan, pemujaan, baik terhadap Tuhan, maupun terhadap sesama manusia.
Pengungkapan rasa seni dapat melalui musik, tari, lukis, sastra, dan sebagainya, sebagai hasil
cipta, karsa, manusia yang cenderungbertahan dari masa ke masa.
4. Unsur Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi, penghubung suatu maksud antar manusia, dari bahasa
kita dapat mengungkapkan apa yang kita inginkan.
Bahasa kecenderungan tetap berubah dari masa ke masa, meskipun kosakatanya semakin
berkembang, tanpa bahasa manusia tidak dapat berhubungan satu sama lain.
Sedangkan, unsur- unsur kecenderungan perubahan budaya dikarenakan antara lain :
1. Unsur Mata pencaharian
Mata pencaharian dengan system tradisional cenderung berubah menjadi suatu system yang
lebih maju. Perubahan mencakup system produksi, distribusi, konsumsi. Perubahan tersebut
disebabkan:
a. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada
b. Sadar akan adanya kekurangan- kekurangan
c. Usaha- usaha menyesuaikan diri dengan perubahan zaman
d. Meningkatkan kebutuhan
e. Adanya keinginan untuk meningkatkan taraf hidup
f. Sikap terbuka terhadap hal- hal baru (inovatif)
Dengan demikian, system matapencaharian hidup cenderung berubah dari masa ke masa,
seiring dengan perubahan jaman, perkembangan ilmu dan teknologi, serta pola hidup.
2. Unsur sistem teknologi
Manusia tidak dapat menutup diri dari kemajuan teknologi karena teknologi sendiri
bernaksud memudahkan manusia. Kemajuan teknologi berkembang seiring dengan
meningkatnya pengetahuan manusia.

Perkembangan teknologi dapat dilihat dari periodisasi zaman, yaitu zaman batu, zaman
perunggu, zaman besi, dan kini disebut zaman modern. Dengan demikina teknologi
kecenderungan berubah seiring perkembangan akal dan pengetahuan manusia.
3. Unsur Pengetahuan
Sistem pengetahuan manusia mengalami perubahan menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami segi kehidupan. Oleh
karena itu, ilmu pengetahuan terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan tingkat
keingintahuan manusia. Misalnya ilmu pengertahuan dulu menyebutkan Plato adalah sebuah
planet, namun kini terbukti bahwa Plato bukanlah sebuah planet.
D. BUDAYA DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP MANUSIA
Budaya berfungsi membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup
manusia terdiri atas kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis. Manusia
mempunyai berbagai kebutuhan aga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain itu,
kebutuhan manusia muncul sebagai upaya manusia untuk memanfaatkan lingkungan.
Kebutuhan manusia akan berbeda sesuai dengan tempat, waktu, situasi, dan kondisi.
Kebutuhan di desa akan berbeda dengan kebutuhan di kota, kebutuhan pada waktu musim
hujan akan berbeda dengan kebutuhan pada waktu musim kemarau, dan sebagainya.
1. Kebutuhan Biologis
Kebutuhan biologis mutlak harus dipenuhi manusia, artinya jika kebutuhan biologis ini tidak
terpenuhi maka organ tubuh manusia akan terganggu, bahkan bisa meninggal dunia.
Kebutuhan biologis mencakup:
a. Makan dan minum
b. Istirahat
c. Buang air besar dan kecil
d. Perlindungan dari iklim dan cuaca
e. Pelepasan dorongan seksual
f. Kesehatan yang baik
Dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis, manusia yang satu harus memperhatikan
kepentingan manusia yang lain.
2. Kebutuhan sosial
Untuk memudahkan tercapainya kebutuhan biologis, manusia memerlukan kebutuhan social.
Kebutuhan sosial antara lain:
a. Kegiatan bersama
Dalam kehidupan di masyarakat, manusia tidak bisa hidup sendiri, karena pasti
membutuhkan manusia yang lain. Oleh sebab itu, manusia menciptakan kegiatan bersama
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sejak dulu
manusia tidak bisa hidup sendiri, karenanya manusia disebut makhluk sosial.

b. Berkomunikasi dengan sesama


komunikasi antar manusia dapat dilakukan baik dengan lisan, tulisan, maupun isyarat. Tanpa
kemampuan komunikasi dengan sesama, manusia akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, proses berkomunikasi telah dilakukan pada
anak-anak sejak usia balita demi pertumbuhan fisik dan mentalnya.
c. Keteraturan sosial dan kontrol sosial
Keteraturan sosial dan kontrol sosial sangat dibutuhkan manusia sebagai warga masyarakat.
Keteraturan sosial akan menciptakan suatu masyarakat yang tertib, aman, dan tenteram.
Keteraturan ini akan tercapai apabila semua anggota masyarakat bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada. Untuk menjaga keteraturan sosial
diupayakan adanya kontrol sosial. Kontrol sosial dapat dilakukan antarmanusia, baik sebagai
individu maupun kelompok.
d. Pendidikan
Agar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terlaksana, pedidikan sangat dibutuhkan.
Pendidikan dapat membuka mata dan hati serta wawasan menuju kearah kehidupan yang
lebih baik.
3. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis meliputi hal-hal berikut:
a. Rileks atau santai
Rileks atau santai pengendoran ketegangan, merupakan kebutuhan psikologis untuk
menghilangkan kejenuhan dan berfungsi sebagai penyegar (refreshing) kehidupan manusia.
Manusia dalam melakukan aktivitasnya sering mengalami kelelahan dan kejenuhan, oleh
karena itu manusia perlu bersantai agar semangatnya timbul kembali, misalnya menikmati
pemandangan alam, menikmati music, dan sebagainya.
b. Kasih sayang
Kasih sayang, cinta dan kemesraan selalu dibutuhkan manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia ingin disayangi dan ingin menyayangi. Wujud kasih sayang ini dapat melahirkan
kreativitas manusia, manusia punya semangat hidup karena cinta dan kasih sayang. Karena
itu kasih sayang, cinta dan kemestaan adalah kebutuhan psikologis manusia.
c. Kepuasan altruistik
Kepuasan altruistik adalah suatu kepuasan manusia untuk berbuat baik atau berbakti kepada
orang lain, kepada suatu ide,atau suatu cita-cita.
d. Kehormatan
Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan, namun demikian dari
kekayaan dan kekuasaan kadangkala melahirkan kehormatan. Kehormatan biasanya lahir dari
kewibawaan, kebajikan kearifan seseorang, karena itu orang yang paling dihormati atau di

segani biasanya mendapat tempat pada lapisan atas sehingga mereka sering menjadi
pemimpin atau pemangku adat.
e. Kepuasan Ego
Kepuasan ego terwujud jika seseorang merasa puas setelah berhasil mencapai cita-cita,
keinginan, dan sebagainya.
E. BUDAYA DIPEROLEH MELALUI PROSES BELAJAR
Sebagaimana telah dibahas, bahwa kebudayaan diperoleh melalui proses belajar dari
masyarakat dan lingkungannya. Tata kelakuan yang didasari kebudayaan dipelajari oleh
anggota masyarakat yang lain secara turun temurun. Namun demikian, tidak semua tingkah
laku yang dipelajari adalah kebudayaan. Binatang juga dapat belajar, tetapi tingkah laku yang
dipelajarinya bukanlah kebudayaan. Binatang dapat mengikuti perintah majikannya, namun
tidak dapat membuat dan mengembangkan kebudayaan. Perbedaan tingkah laku binatang
yang dipelajari dan tingkah laku budaya manusia sangat penting, tidak saja untuk memahami
asal-usul kebudayaan, melainkan juga untuk mengenal sifat-sifat hakikat kebudayaan.
Proses belajar kebudayaan oleh manusia sebagai anggota masyarakat dapat melalui:
1. Proses Internalisasi
Manusia mempunyai potensi, bakat dan kecenderungan secara genetis untuk
mengembangkan berbagai perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadiannya.
Kecenderungan dan potensi pengembangan kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh
lingkungan alam,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Setiap hari manusia belajar merasakan
kegembiraan, kesedihan dan lain-lain.
Dengan demikian, proses internalisasi ialah proses pengembangan potensi yang di miliki
manusia, yang di pengaruhi baik lingkungan internal dari dalam diri manusia itu maupun
eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri manusia.
2. Proses Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa kanak-kanak sampai masa tua selalu
belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekitarnya yang
menduduki beraneka macam peranan sosial. Syarat terjadinya proses sosialisasi adalah :
a. Individu harus di beri keterampilan yang di butuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat.
b. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya
untuk membaca, menulis dan berbicara.
c. Pengendalian fungsi-fungsi organik harus di pelajari melalui latihan-latihan mawas diri
yang tepat.
d. Indivdu harus di biasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada
masyarakat.
3. Proses Enkulturasi

Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat istiadat, system norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Sejak kecil proses enkulturasi sudah di mulai dalam akal pikiran manusia
mula-mula dari lingkungan keluarganya, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat
dengan meniru pola perilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu,
proses ini di sebut juga dengan pembudayaan atau dalam bahasa inggris institutionaliozation.
4. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A. MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN
Manusia di lahirkan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, karena manusia di
berikan akal, sehingga dengan akalnya manusia dapat memenuhi segala macam kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak pernah terhenti, hal ini menuntut manusia untuk
terus berfikir bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan memenuhi kebutuhan hidup
inilah akhirnya melahirkan berbagai cipta dan karya manusia, atau apa yang kita kenal
kebudayaan. Jadi pada dasarnya manusia menciptakan kebudayaan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, karena itu manusia di sebut sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan,
bahkan di sadari atau tidak kadangkala manusia merusak kebudayaan yang telah di
ciptakannya itu.
Hasil cipta dan karya manusia antara lain melahirkan teknologi yang mempunyai kegunaan
utama membantu mempermudah manusia serta dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam
pergaulan.
6. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.
Dengan demikian, manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia
dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada
kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat untuk menaklukan
berbagai macam kekuatan yang harus di hadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan
alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara
spiritual maupun materil.

Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar di penuhi oleh kebudayaan yang bersumber
pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan
kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan di dalamnya.
Dalam kaitannya untuk memenuhi segala macam kebutuhan dan tindakan untuk melindungi
diri dari lingkungan alam pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata
bertindak di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya, namun dengan akal pikirannya
manusia terus berusaha. Sehingga semakin hari pemikiran manusia semakin berkembang dan
masyarakat semakin kompleks, kemudian lahirlah taraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil
karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang luas untuk
memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai alam.
B. PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN
Budaya yang di kembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakat
yang tampak dari luar, artin6ya orang asing dapat melihat kekhasan budaya suatu
daerah/kelompok. Dengan menganalisa pengaruh dan akibat budaya dan lingkungan,
seseorang dapat mengetahui suatu lingkungan berbeda dengan lingkungan yang lainya dan
tentu menghasilkan kebudayaan yang berbeda.
Beberapa Variavel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
a) Physical Environtment, menunjuk kepada lingkungan natural
b) Cultural Social Environment, Meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi
c) Environmental Orientation and Representation, Mengacu kepada persepsi dan
kepercayaan kognitif yang berbeda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
d) Enviromental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial
e) Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komunitas,dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan
dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai, dan aspek
kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainya.
C. PROSES DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan
memilki eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang
mampu mempengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan
kebudayaan.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok tidak akan terhindar dari pengaruh pengaruh
kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adaya kontak-kontak antar kelompok atau
melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu

apabila kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang
dihadapinya. Pengadopsian tersebut diprngaruhi oleh faktor-faktor fisikal, seperti iklim,
topografi sumber daya alam dan sejenisnya.
Perkembangan zaman juga mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang
termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut semua kelompok sosial
akan bergeser baik itu secara lambat maupun cepat yang akanm menimbulkan antara
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dan yang tidak menghendaki perubahan.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan suatu kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para
penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak
belakang dengan perilaku yang dianut didalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini
adalah kontrol sosial yang ada dimasyarakat, yang menjadi suatu cambuk bagi komunitas
yang enganut kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana
kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
D. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan siatem kepercayaan.
Misalnya, keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun
temurundiyakini sebagai pembari berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung
halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang,
hambatan ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya
program Keluarga Berencana atau KB semula di tolak masyarakat, mereka beranggapan
bahwa banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk menstransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di
tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di
tempat yang lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luas, karena
pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program
pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun temurun.

6. Sikap Etnosentrisme
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan
menganggap rendah budaya suku lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya
kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan.
7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil kebudayaan, sering kali disalah gunakan oleh
manusia, sebagi contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan
untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam
penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.
8. Cultural Shock atau gagap budaya, apabila manusia tidak bias menyesuaikan atau
beradaptasi dengan budaya lain, sehingga menimbulkan keraguan dan kecanggungan.
E. TRIANGULASI: INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
Sebagian bagian akhir dari modul ini, akan disajikan dengan triangulasi: Individu,
masyarakat, dan kebudayaan. Sebagaimana telah disebutkan, bahwa sebagai makhluk hidup
manusia merupakan kesatuan biologis yang perlu hidup berkawan. Perkawanan tersebut tidak
lain adalah untuk menciptakan kebudayaan yang menghasilkan alat-alat material juga
immaterial yang diperlukan dalam kehidupannya. Kebudayaan tersebut pada hakekatnya
merupakan alat-alat yang digunakan oleh manusia untuk keberadaan dan kelangsungan
hidupnya atau memenuhi kebutuhan hidupnya. Betapa pentingnya kebudayaan bagi
kehidupan manusia dikemukakan oleh dua antropolog, yaitu Melville J. Horkovite dan B.
Malinowski (Soekanto, 1981:56) yang mengemukakan pengertian cultural determination
yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapatdimasyarakat ditentukan adanya kebudayaan
yang dimilki oleh masyarakat tersebut.
Dari uraian tersebut, terlihat bahwa terdapat hubungan timbal balik antara individu,
masyarakat, dan kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Keterkaitan itu
disebabkan apabila kita berbicara masalah manusia dengan kebudayaannya, demikian pula
jika kita berbicara masalah kebudayaan persoalannya akan dihadapkan kepada masyarakat
dan anggotanya, yaitu manusia yang terhimpun didalamnya maupun interaksi antara
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat lain. Secara sederhana hubungan tersebut
dalam digambarkan dalam segitiga sebagai berikut (Syarif Hamid, 1995:96):

Ketiga sisi segitiga itu sama pentingnya namun masing-masing mempunyai sifat sendirisendiri dan mempunyai peranan khusus yang memberikan bentuk kepada masing-masing
unsur tersebut. Jika diteliti lebih mendalam, yang memegang peranan penting dalam ketiga

unsur tersebut adalah manusianya. Sebagaimana dikemukakan Ciinton (dalam Syafri Hamid,
1995:96) bahwa:
.....the individual is a living organism capable of independent thought feeling and action,
but with his independence limited all his responses profoundly modified by contact with the
society and culture in which he develops.
Manusia sebagai suatu organ hidup mempunyai kemampuan dan tidak tergantung kepada
orang lain dalam pemikkran, perasaan dan tindakannya akan tetapi kemampuan dan
ketidaktergantungannya itu sesungguhnya juga terbatas oleh kerena semua kemampuannya
itu dimodifikasikan melalui hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan dan di dalam
hubungan itu individu bartambah maju.
Hubungan yang menunjukan keeratan antara individu, masyarakat dan kebudayaan, adalah
masyarakat adalah sekumpulan individu, dimana tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai
wadah pendukungnya. Pemisahan ketiga pengertian hanyalah secara teoritis dan untuk
kepentingan analisis, sebab dalam kenyataannya sukar untuk dipisah-pisahkan. Dalam kaitan
ini Selo Soemardjan sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto (1990:123) menyatakan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan.
Kerangka pemikiran Triangulasi menunjukan keeratan hubungan antara individu, masyarakat
dan kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan
berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya.
Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena
dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap
hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak
manusia merusak kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kessing, Roger, M., 1992, Antropologi Budaya suatu persepektif Kontemporer, jilid 2, terj:
Samuel Gunawan, Jakarta: Erlangga
Koentrajaningrat (Ed), 1975, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan.
http://www.tugasku4u.com/2013/04/makalah-ilmu-sosial-budaya-dasar.html
http://arissupri.blogspot.com/2013/03/pengertian-manusia-dan-kebudayaan.html
1.

Tujuh Unsur Kebudayaan


Sistem Religi

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran
bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
2.

Sistem Organisasi Kemasyarakatan


Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk
yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing antar
individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.

3.

Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga
memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula.

4.

Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Sistem Ekonomi.

5.

Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu
ingin lebih.
Sistem Teknologi dan Peralatan.

6.

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang barang dan sesuatu yang
baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Bahasa

7.

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan
bahasa universal seperti bahasa Inggris.
Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba
atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut
ahli antropologi Cateora, yaitu :
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek
berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam
suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat.
Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang
tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota kota besar hal
tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau
keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana
berkomunikasi.
Estetika

Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari
tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap
masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala
peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di
beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus
meletakan janur kuning dan buah buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda.
Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya
menggunakan cara tersebut.
Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah,
bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan
komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan
kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif
dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya
merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai
nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku
seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti
itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang
melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan
tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah
mudah,
dibutuhkan
waktu.
Sebab,
nilai

nilai
tersebut
merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa
sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok
tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat
kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan
berbagai variasi yang berbeda beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai hakekat
hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya,
menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan
masyarakatnya
berusaha
untuk
memadamkan
hidup
itu
guna
mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat

menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10).


Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu secara
keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu
konsep konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan
mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang
memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata.
Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap
kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat
bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan
kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang
penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam
perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam
dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada
yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang
menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan
tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara
pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan
hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil
keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral)
antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang
menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada
senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat
paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan
mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah
siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical
keputusan
dibuat
oleh
atasan
(senior)
untuk
semua
orang.
Tetapi
dalam masyarakat yang mementingkan kemandirian individual, maka keputusan dibuat
dan diarahkan kepada masing masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal
untuk masing masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau
variasi antara kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola transisional
HUBUNGAN MANUSIA DAN BUDAYA
Hubungan manusia dengan budaya sangatlah erat karena dari kata manusia yang artinya
ciptaan Tuhan yang berakal budi yang sangatlah istimewa dari ciptaan Tuhan yang lainnya.
Sedangkan Budaya itu sendiri adalah ciptaan manusia yang berasal dari tingkah laku serta
lingkungan pada kehidupan manusia itu sendiri sehingga terciptalah kata kebudayaan yang

artinya budaya yang diciptakan oleh akal budi manusia, oleh sebab itu budaya dan manusia
tidak bisa dipisahkan.
Tiap manusia pun bisa tanpa disadari bisa membuat budaya dirinya sendiri,
melalui akal budi mereka sendiri mereka bisa mempengaruhi orang lain disekitarnya,
sehingga dengan seiring waktu berjalan, orang-orang disekitar dia akan memiliki tingkah
laku, sifat dan kebudayaan yang hampir sama dengan dia.
Budaya manusia itu sendiri berbeda-beda yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
daerah, turun-temurun, tingkat sosial, lingkungan, kemajuan IPTEK dan lain sebagainya. Hal
ini menimbulkan banyaknya tarian, lagu, kebiasaan dan tatanan kehidupan lainnya di setiap
daerah yang berbeda, apalagi seperti di Indonesia yang memiliki banyak sekali daerah dan
bermacam-macam suku. Contoh kebiasaan berbudaya dalam daerah Manado belum tentu
sama dengan kehidupan berbudaya suku Bugis.
Seiring berjalannya waktu, kebudayaan yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh
manusia pun semakin berkembang. Perbedaan tingkah laku dan etika berbudaya setiap
manusia terkadang menimbulkan konflik dalam kehidupan manusia. Kebanggaan,
kesombongan dan egoisme manusia terhadap kebudayaannya membuat manusia tersebut
bersikap radikal yang arti kasarnya ia melihat bahwa kebudayaan orang lain itu buruk dan
kebudayaannya lah yang terbaik. Berbagai macam konflik kehidupan manusia yang berlatar
belakang budaya seringkali kita temui seperti diskriminasi dan rasisme terhadap suku tertentu
maupun agama tertentu.
Budaya yang berbeda itu indah, karena kita bisa melihat perbedaan dan bisa
mempelajari kebudayaan orang lain, manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya tidak
jauh dari yang namanya bergaul dengan orang lain, bersosialisme dengan orang lain, karena
manusia tidak mungkin hidup sendiri, sehingga setiap manusia harus mempelajari dan
bertoleransi terhadap budaya orang lain.
Semakin banyaknya budaya yang ada di tengah-tengah manusia, konflik yang terjadi
semakin banyak meskipun hanya karena masalah kecil. Kalau manusia yang memiliki
toleransi tinggi, konflik tidak akan terjadi, karena manusia yang berakal budi baik tentu saja
melihat keindahan dalam perbedaan sehingga kedamaian dan kebersamaan akan tercipta.

Anda mungkin juga menyukai