09E01307
09E01307
Disusun oleh:
ORRY GIOVANNI
04 0404 111
ABSTRAK
Pada saat ini beton pracetak atau precast telah digunakan secara meluas pada
elemen-elemen struktur bangunan seperti kolom, balok, lantai, dinding dan pondasi.
Banyak juga di jumpai pada dinding penahan (retaining wall) serta saluran irigasi
maupun drainase yang terbuat dari beton pracetak. Beton pracetak mudah dipasang
sehingga mampu mempercepat waktu pelaksanaan proyek. Salah satu sistem precast
untuk lantai adalah Hollow Core Slab (HCS), HCS adalah pelat precast yang
menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada
suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh
karena itu pembuatan produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang
menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara
efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast
ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka
kapasitas dukungngya akan menjadi lebih besar
Pada perencanaan Pelat Hollow Core harus direncanakan ukuran pelat yang
memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan peraturan Beton Indonesia (SNI 2002) baik
dalam saat beban transfer, pada saat kehilangan tegangan pada pre-tensioning maupun
saat beban layan telah bekerja, tegangan yang terjadi akibat pemasangan tersebut harus
memenuhi tegangan ijin beton dimana tegangan tersebut harus dikontrol akibat gaya
prategang dengan beban mati serta gaya prategang dengan beban total pada saat
pengecoran toping dengan Plat Hollow Core dimana struktur telah menjadi komposit.
Dari hasil perhitungan untuk pengangkatan (handling) Pelat Hollow Core sebelum
pemasangan digunakan kabel dengan diameter 3/8 inchi atau 9.525 mm dengan jumlah 4
buah kabel dengan gaya ijin untuk 1 kabel = 3.6 kip atau 16 KN. Pelat Hollow Core
yang digunakan dengan dimensi ukuran lebar penampang = 1200 mm dan tinggi
penampang = 200 mm serta diameter lubang 190 mm dengan panjang bentang 6 m
Tegangan yang terjadi masih memenuhi tegangan ijin dimana luas penampangnya
sebesar 0.103 m2 atau kurang dari 50 % luas penampang pelat utuh (0.24 m2). Jumlah
tendon prategang yang digunakan pada saat penarikan adalah 5 buah dengan diameter 6
mm dengan tebal topping Pelat Hollow Core diambil 50 mm. Tegangan yang terjadi pada
Pelat Hollow Core harus dikontrol pada saat retak (crack), terhadap geser dan lendutan
(defleksi) pada saat beban layan belum bekerja maupun saat beban layan telah bekerja
serta beban gempa
Keyword : Precast, Hollow Core Slab
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul
ANALISA DAN PERENCANAAN PELAT BETON PRACETAK
SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT SATU ARAH
Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana teknik
sipil bidang studi struktur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kata sempurna. Hal ini penulis akui karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya
pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu
dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena iu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis muliakan yang dalam keadaan
sulit telah mau memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
sampai saat ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua jurusan departemen teknik sipil
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Teruna Jaya MSc. selaku wakil ketua jurusan departemen teknik sipil
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Robert Panjaitan selaku co-pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
5. Bapak Ir. Radjamin Tanjung, selaku dosen wali sekaligus dosen pengajar selama
menempuh studi.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc selaku dosen pembanding saya yang telah
memberikan banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir
ini
7. Bapak Ir. S. Arbyen Siregar selaku dosen pembanding saya yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir ini.
8. Bapak Ir. Alferido Malik selaku dosen pembanding saya yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir ini.
9. Bapak/ Ibu dosen pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara.
10. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam kemudahan
penyelesaian administrasi.
11. Rekan-rekan mahasiswa departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara
khususnya buat Sheila, Wija, Perdi, Joseph, Mayjen, Erwin, ijonk, Jaka, Kingson,
Agustina, Muti, Sisca, Icha dan lain lain yang telah membantu penulis didalam
mencari bahan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Medan,
Februari 2009
Orry Giovanni
04 0404 111
DAFTAR NOTASI
Ec
wc
= Modulus geser
= Poisson ratio
x,y,z
= Koordinat kartesian
= Tegangan
= Momen lentur
Tegangan geser
Ay
= Beban terpusat
= Panjang bentang
It
= Konstanta torsi
ES
= Geser nominal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Umum
Dewasa ini beton pracetak atau precast telah digunakan secara meluas pada
elemen-elemen struktur bangunan seperti kolom, balok, lantai, dinding dan pondasi.
Banyak juga di jumpai pada dinding penahan (retaining wall) serta saluran irigasi
maupun drainase yang terbuat dari beton pracetak. Beton pracetak mudah dipasang
sehingga mampu mempercepat waktu pelaksanaan proyek.
Gambar 1.1 Pelat Pracetak sistem Hollow Core Slab untuk lantai satu arah (one
way slab)
Pada saat ini telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak pada berbagai jenis
konstruksi, kebanyakan adalah bangunan perumahan tetapi dapat juga dibuat untuk
berbagai jenis bangunan sampai ke bangunan yang besar seperti jembatan, stadion dan
lain-lain, dimana spesialis beton pracetak ini sering disebut precaster. Teknologi dan
sistem beton pracetak yang ditawarkan di Indonesia kebanyakan masih berupa beton
banyak
dijumpai
berbagai
kesalahan
terutama
menyangkut
pradisain/
pendimensian yang sesuai dengan peraturan/code yang berlaku serta pendetailan dari
beton pracetak yang lebih baik dimana sambungan-sambungan/pendetailan tersebut
sangat menentukan kualitas dari pemasangan beton pracetak itu sendiri.
Pada skripsi ini akan dibahas beton pracetak yang dapat dibuat berupa pelat beton
pracetak untuk sistem lantai satu arah.
Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai
disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan
berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk
tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus
yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan
produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang
dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat
sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding
solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitas dukungnya lebih
besar. untuk menciptakan satu kesatuan yang kuat
1.2 Permasalahan
Suatu struktur pelat beton pracetak yang digunakan pada struktur bangunan akibat
beban yang bekerja berupa beban mati (gravitasi), beban hidup dan gempa pada pelat
maka ditentukan berapa ukuran pelat disain yang memenuhi syarat yang dapat menahan
beban yang bekerja sesuai dengan peraturan Beton Indonesia (SNI 2002 )/ACI.
1.3 Tujuan
3. Besarnya gaya sewaktu pengangkatan (ereksi) hollow core slab dengan crane
dimasukkan juga dalam perhitungan.
4. Mutu beton yang dipakai dalam perencanaan adalah K 400 dengan bentuk penampang
seperti pada gambar di bawah
I.5Metodologi
Metode yang dipakai dalam perencanaan pelat pracetak satu arah sistem Hollow
Core Slab (HCS) adalah dengan menggunakan rumus-rumus disain yang sesuai dengan
Peraturan Beton Indonesia (SNI-2002) maupun ACI, dengan terlebih dahulu menentukan
beban-beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan peraturan muatan yang berlaku
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Umum
Agar kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan dapat berkerja dengan baik
maka diperlukan syarat-syarat keadaan sebagai berikut : (1) lekatan sempurna antara batang
tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi
penggelinciran diantara keduanya; (2) beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat
kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja; (3) angka muai
kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka
muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang
timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.
Namun dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan tersebut di daerah tarik
suatu komponen struktur akan sering terjadi retak-retak halus pada beton di dekat baja
tulangan. Pada umumnya penyebab utama dari pada timbulnya retakan ini adalah
penguapan yang sangat cepat dari permukaan beton. Ketika kecepatan dari penguapan
melampaui kecepatan merembesnya air, yang pada umunya ke atas permukaan beton, maka
terjadilah retakan halus seperti yang dimaksud di atas. Retak halus ini dapat kita abaikan
sejauh tidak mempengaruhi penampilan struktural komponen yang bersangkutan.
Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat
yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya diperhitungkan
mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan hubungan teganganregangan yang timbul karena pengaruh-pengaruh gaya tekan tersebut digunakan sebagai
dasar pertimbangan.
Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc dengan
satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai
2
10 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan
Secara
umum
kemiringan
kurva
tegangan-regangan
pada
tahap
awal
menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam kurva
tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan maksimum
3
tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan mencapai 0,002. Selanjutnya nilai
tegangan fc akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada
nilai mencapai 0,003 0,005. Beton kuat tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai
regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan beton kuat rendah. Pada SNI
15-1991-03/ACI menetapkan bahwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di
serat tepi beton tekan terluar adalah
maksimum tersebut boleh jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai fc
antara 55-80 Mpa.
Tidak seperti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva pada
beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal yang
beragam tersebut tergantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai modulus
elastisitas beton pun akan beragam pula. Sesuai dengan teori elastisitas, secara umum
kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan.
Karena kurva pada beton berbentuk lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus
dengan nilai tegangannya berarti bahan beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan
modulus elastisitas berubah-ubah sesuai dengan kekuatannya dan tidak dapat ditentukan
melalui kemiringan kurva. Bahan beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban
tetap yang sangat kecil sekalipun, di samping memperlihatkan kemampuan elastis bahan
beton juga menunjukkan deformasi permanen.
Sesuai dengan SNI-2002/ACI pasal 10.5.1 digunakan rumus modulus elastisitas
beton sebagai berikut :
Ec = 0,043 wc1,50 fc
di mana,
(2.1)
Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar antara 1500
dan 2500 kgf/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi
23 kN/m3 dapat
digunakan nilai :
Ec = 4.700 fc
(2.2)
Tabel 2.1. Nilai modulus elastisitas beton (Ec) berbagai mutu beton.
fc (Mpa)
Ec (Mpa)
17
19.500
20
21.000
25
23.500
30
25.700
35
27.800
40
29.700
Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan berkurang
pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain. Nilai kuat beton
beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton ditentukan pada waktu beton
mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat beton
mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % - 90 % dari kuat beton umur 28 hari.
Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton menunjukkan suatu fenomena yang disebut
rangkak (creep).
Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu
sebelum dirakit menjadi bangunan atau komponen struktur lentur beton yang dibuat secara
pracetak dan/atau yang dicor di tempat,yang masing-masing bagian komponennya dibuat
5
secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen
bereaksi terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan. Kecenderungan biaya konstruksi
akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Bila dibandingkan
dengan industri manufaktur, biaya konstruksi melesat jauh ke depan, yang antara lain
disebabkan oleh tingginya upah tenaga kerja lapangan dan proses konstruksi yang masih
dilakukan secara tradisionil. Untuk menjawab tantangan tersebut maka pendekatan
prafabrikasi, terutama pada teknologi beton pracetak, sudah mulai dimanfaatkan.
Pengembangan teknologi ini mengarah pada industrialisasi karena produk dihasilkan
melalui produk masal dan sifatnya berulang. Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak)
dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja di lokasi proyek yang
tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya produksi. Selain penghematan biaya
produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan beton pracetak adalah mutu pekerjaan
dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik dan seragam.
Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung
dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
Tiang pancang.
Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-channel
slabs dan lain-lain.
Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-T atau
double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban (shear
wall) atau tidak mendukung beban.
Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panel-panel penutup
dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil
dan arsitek.
Struktur beton pracetak dapat digunakan pada segala jenis tipe struktur bangunan. Setiap
bangunan memiliki sistem struktur yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari
bangunan tersebut, misalnya sebagai penahan beban gravitasi, penahan panas (api), penahan
suara, dan sebagainya.
Untuk itu diberikan klasifikasi dari beberapa jenis bangunan sebagai berikut:
Perumahan, Bangunan apartemen, Bangunan perkantoran, Bangunan industri. Bangunan
parkir, Jembatan, Jetty, Bangunan lainnya
Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis dibandingkan dengan
struktur yang dilaksanakan ditempat (cast in-situ) adalah penggunaan cetakan beton yang
tidak banyak variasi dan biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan
pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku,
pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan mudah
dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut dipabrik, seperti: warna dan
model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.
Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan
ramah lingkungan.
Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak
membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih karena
pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
Apabila hasil produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah
8
ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang
diakui secara internasional.
Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu
dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.
Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat
angkat dan alat angkut.
Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara
150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk
angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai diatas 1000 km.
Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan
erection.
Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan besar, konstruksi
beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah
sambungan merupakan persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton
pracetak.
Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
Hal yang terpenting yang harus diperhatikan pada sistem pracetak adalah sambungan di
antara jenis pracetak itu sendiri. Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang
biasa dipergunakan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut :
Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai penghubung antar komponen
beton pracetak dan hubungan antara pelat besi dilakukan dengan baut atau dilas.
Penggunaan metode sambungan ini perlu perhatian khusus dalam analisa dan pemodelan
komputer karena antar elemen
struktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit.
Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung komponen beton
pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan dengan bantuan mechanical joint,
mechanical coupled, splice sleeve atau panjang penyaluran. Kemudian pada bagian
sambungan tersebut dilakukan pengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat
berfungsi baik untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak, susut
dan perubahan temperature. Sambungan basah ini sangat dianjurkan untuk bangunan di
daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masing-masing komponen beton pracetak
menjadi monolit.
10
Penggunaan produk beton pracetak sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai
disini. Dengan digunakan sistem pracetak maka pemakaian bekisting dan perancah akan
berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk beton
pracetak untuk lantai adalah yaitu pracetak Hollow Core Slab (Pelat Hollow Core).
Pelat Hollow Core difabrikasi dengan mesin di pabrik, bentuk, panjang potongan
memanjang sesuai dengan konstruksi yang akan dibuat dan disimpan berdasarkan skedul
konstruksi sehingga siap untuk dapat dengan cepat dikirim ke proyek.
11
b.Kecepatan Pemasangan
Sistem ini dapat lebih cepat dipasang dengan peralatan dan pekerja yang minimum sehingga
mengurangi waktu konstruksi, Pengurangan waktu konstruksi akan mengurangi resiko rusak
waktu penyimpanan serta biaya sewaktu di lapangan..
Sedikit pekerja dapat memasang sampai 1.000 m2 dari pelat lantai Hollow Core per hari.
Lubang pada pelat Hollow Core dan akibat prategang akan mengurangi beban mati akibat
berat sendirinya tanpa mengurangi kekuatannya. Ketebalan dari pelat dan pola kabel
(strand) dapat divariasikan pada harga minimum yang cocok untuk bentang dan bebannya.
f. Fleksibilitas perencanaan
Pelat Hollow Core dapat dikombinasikan dengan kebanyakan material dan jenis bangunan
lain termasuk dinding bata (masonry), pracetak atau balok/dinding beton cor di tempat,
beton prategang. atau balok baja, sistem pelat hollow core dapat dibuat untuk semua
persyaratan pada kebanyakan bangunan seperti adanya bukaan, sudut dan kantilever.
g. Durabilitas
Beton yang digunakan untuk produksi hollow core adalah sesuai dengan standard dan kabel
strand prategang dapat divariasikan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
12
h. Bentang Panjang
Pelat hollow core dapat dibuat untuk bentang panjang, pada jarak bebas kolom pada
ruangan terbuka panjang span dapat sampai 20 meter.
Pelat Hollow Core mampu untuk menahan beban-beban berat yang ada seperti pada rumah
sakit, pusat perbelanjaan , parkir mobil , perkantoran, apartemen, gudang, ruang mesin dan
generator dan lain-lain pada tinggi pelat lantai minimal. Beberapa bagian dari penampang
dapat juga digunakan pada elemen-elemen jembatan.
h. Tahan Api
Tahan terhadap api sampai tingkatan sesuai dengan peraturan maksimum dari 240/240/240
dapat dicapai.
Pelat Hollow Core dapat mengurangi jumlah suara yang dipancarkan pada bangunan sesuai
dengan peraturan yang disyaratkan pada bangunan.
Pelat Hollow Core menyediakan bagian yang datar, yang dapat digunakan
dalam
pengecatan, pemasangan bagian pada waktu finishing bangunan. Alternatif lain dapat
digunakan pada papan plaster dan plafon.
13
Lubang pada pelat dapat digunakan untuk dacting AC, plumbing, kabel-kabel listrik dan
telepon untuk bukaan yang besar dipotong terlebih dahulu selama produksi.
14
15
Sistem Prategang pada pelat hollow core untuk meningkatkan kapasitas daya dukung pelat
hollow core dimana penarikan kabel prategang dilakukan pada suatu dudukan sebelum
pengecoran pelat lantai.
Pada sistem pelat hollow core topping atau difragma mempunyai ketebalan tertentu agar
dapat dipasang tulangan dan dapat menyatu dengan precast sebagai struktur komposit.
Sangat berguna khususnya di lapangan (tengah bentang) yang mendapat momen positip.
Inersia dan kekuatannya meningkat. Dengan memakai topping maka tidak semua komponen
struktur lantai adalah precast, sehingga mengurangi bobot pada saat pengangkatannya.
Komponen precast bekerja sebagai sistem pelat satu arah. Jika tanpa topping maka lantai
dengan pembebanan setempat akan cenderung melendut lebih besar dibanding lantai
didekatnya yang tidak mendapat pembebanan tersebut. Dengan adanya topping maka dia
dapat berfungsi seperti halnya diagframa jembatan, yaitu menyatukan precast-precast
didekatnya sehingga dapat memikul beban tersebut bersama-sama. Artinya, adanya topping
mampu meningkatkan kapasitasnya terhadap pembebanan terpusat tak terduga yang lebih
besar dari rencana. Adanya topping secara tidak langsung membuat lantai lebih kedap air
atau suara, sehingga secara service-ability akan lebih baik, karena itu jugalah maka efek
getaran ketika dilewati berkurang. Topping menyebabkan lantai lebih nyaman. Adanya
Topping menyebabkan pada arah horizontal, lantai tersebut menjadi solid, bagian yang
16
menimbulkan celah akan terisi, tidak ada gap. Dengan demikian ketika ada pergerakan
horizontal maka dapat diharapkan setiap titik yang disatukan oleh slab dan topping menjadi
sama sehingga dapat dianggap sebagai efek diagframa. Ini bagus untuk gempa. Kalau tanpa
topping maka tidak ada jaminan bahwa pada arah lateral lantai-lantai precast tersebut
menyatu. Kalau hanya mortar pengisi dan setempat maka bisa pecah. Efek diafragma
diragukan. Dengan precast jenis hollow core slab tidak hanya cepat saja dalam
pemasangannya, tetapi jelas meningkatkan kapasitas, beratnya relatif ringan untuk pelat
solid dengan kapasitas sama karena ada lobang. Adanya lobang juga meningkatkan
kekedapan terhadap suara, atau bahaya api.
Gaya yang bekerja pada pelat Hollow Core dapat dilihat pada gambar dimana pada bagian
depan terjadi gaya tarik dan bagian belakang gaya tekan
Gambar 2.10. Gaya-gaya yang bekerja pada Pelat Hollow Core (HCS)
17
Pelat hollow core dapat disambung ke berbagai jenis tipe struktur yang lainnya seperti
balok/dinding beton maupun balok baja
Gambar 2.11. Sambungan Pelat Hollow Core (HCS) pada balok beton
Gambar 2.12 Sambungan Pelat Hollow Core Slab (HCS) pada dinding beton
Gambar 2.13 Sambungan Pelat Hollow Core Slab (HCS) pada balok baja
18
Gambar 2.15 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada dinding sebelah luar dan dalam
Gambar 2.16 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada balok sebelah luar dan dalam
Gambar 2.17 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada balok-kolom sebelah luar dan dalam.
19
20
Gambar 2.18 Pelat Sambungan Hollow Core (HCS) yang sedang diangkat ke atas dudukan di atas
bekisting
Gambar 2.19 Pelat Hollow Core (HCS) yang sedang dipasang pada dudukan di atas bekisting
21
Gambar 2.20 Pelat Hollow Core (HCS) yang sudah terpasang pada dudukan di atas bekisting
22
Gambar 2.22 Pemasangan sambungan dengan pendetailan pada Pelat Hollow Core (HCS)
Gambar 2.23 Pemasangan sambungan dengan pendetailan pada 2 Pelat Hollow Core (HCS)
23
BAB III
METODE ANALISA
3.1 Pemodelan untuk menentukan karakteristik dan tegangan pada Hollow Core Slab
Pelat Hollow Core dapat dimodelkan sebagai plat orthotropis satu arah dengan
menggunakan teori Reissner. Kita memilih dalam arah sumbu x untuk lubang dan arah
sumbu z ke atas. Pada kasus ini persamaan dapat ditulis sebagai berikut
m xx =
E
( I x xx + I y yy ) ..................................................................... (3.1)
(1 )
m xx =
E
I y ( yy + xx ) ........................................................................ (3.2)
(1 )
m xy = GI t xy ............................................................................................... (3.3)
q x = G x Ax x ............................................................................................... (3.4)
q y = G y Ay y ................................................................................................. (3.5)
24
Dimana E, G dan
Gambar 3.1 Gaya penampang dan pekiraan volume Pelat Hollow Core
Ax = t1 + t 2 + a ........................................................................................................ (3.6)
dimana a =
t3
(h t1 t 2 ) adalah luas dari flens. Momen inersia persatuan panjang dari
b1
penampang
Ix =
1 3
1
1
1
1
1
t1 + t1 ( z x t1 ) 2 + t 23 + t 2 (h z x t 2 ) 2 + a(h t 1 t 2 ) 2 + a ( z x (h + t1 t 2 )) 2
12
2
12
2
12
2
.................................................................................................................................. (3.7)
dimana z x =
Sx
1
1
1
dengan S x = t12 + a (h + t1 t 2 ) + t 2 (h t 2 ) ....................... (3.8)
Ax
2
2
2
25
Iy =
1 3
1
1
1
t1 + t1 ( z y t1 ) 2 + t 23 + t 2 (h z y t 2 ) 2 ................................................. (3.10)
12
2
12
2
Dimana z y =
Sy
Ay
dengan S y =
1 2
1
t1 + t 2 (h t 2 ) ................................................... (3.11)
2
2
t1 t 2 ( 2 h t1 t 2 ) 2
........................................................................................ (3.12)
4(t1 + t 2 )
................................................................... (3.14)
b1 (t13 + t 23 )t 33
b12 t 36
dan
................................. (3.15)
=
ct13t 23
c 2 t13 t 23
Sambungan biasanya bergantung kualitas beton dan bukan tulangan. Suatu sambungan
Distribusi tegangan ini dapat diperkirakan dengan akurasi yang baik (gambar 3.2)
26
Gambar 3.2 Perkiraan distribusi tegangan penampang dari volume Pelat Hollow Core
Dari distribusi tegangan-tegangan di tengah flens atas dapat diturunkan sebagai berikut
(gambar 3.3)
m xx
n
1
( z x t1 ) + x
Ix
2
Ax
xx =
yy=
m yy
xy =
yz
Iy
1
( z y t1 )
2
2m xy
t1 (2h t1 t 2 )
2
3 t1 q y
=
2 t13 + t 23
..................................................................................... (3.16)
............................................................................................ (3.17)
............................................................................................ (3.18)
................................................................................................... (3.19)
xx =
nx
.
Ax
........................................................................................................ (3.20)
27
yz
1
3b1t 2 (h z y t 2 )q y
2
=
2t 3 I y
zx =
2b1 q x
t 3 (2h t1 t 2 )
............................................................................. (3.21)
............................................................................. (3.22)
Rumus terakhir adalah untuk lantai sebelah dalam sedangkan pada ujung yang positif vektor
normal keluar searah dari sumbu y, pada ujung yang positif vektor normal keluar
berlawanan arah dari sumbu y.
Tegangan di tengah badan pada ujung positif adalah
xx =
yz
nx
Ax
......................................................................................................... (3.23)
1
3b2 t 2 (h z y t 2 )q y
2
.............................................................................. (3.24)
=
2t 4 I y
zx = 2
b2 q x m xy
t 4 ( 2 h t 1 t 2 )
.................................................................................... (3.25)
28
xx =
yz
nx
Ax
............................................................................................................ (3.25)
1
3b2 t 2 (h z y t 2 )q y
2
=
2t 4 I y
zx = 2
b2 q x + m xy
t 4 ( 2 h t 1 t 2 )
............................................................................... (3.26)
............................................................................... (3.27)
3.3 Perencanaan Pelat Beton Hollow Core Slab sesuai dengan ACI
Perencanaan Pelat Hollow Core dimulai pada peraturan ACI(318-95) Building Code
Requirement for Structural Concrete, sebagai struktur prategang pada umumnya, pelat
hollow core dikontrol terhadap tegangan transfer prategang, tegangan pada waktu
pengangkatan, tegangan pada saat layan, lendutan dan perencanaan kekuatan lentur dan
geser ultimit. Untuk kasus yang seragam, tabel pembebanan akan dimasukkan nilai ke
dalam jenis perencanaan dan kapasitas beban sesuai berdasarkan kriteria yang diinginkan.
29
a. Tegangan serat ekstrim terhadap tekan ............................................................... 0.6 f ci
b. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik kecuali yang diijinkan pada (c)...............
3 f ci
c. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada ujung tumpuan sederhana.... .........
6 f ci
a.Tegangan serat ekstrim terhadap tekan akibat prategang ditambah beban.......... 0.45 f ci
b.Tegangan serat ekstrim terhadap tekan akibat prategang ditambah beban.total... 0.6 f ci
c. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan...................... 6 f ci
d. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan dimana lendutan yang
dihitung dianggap mempunyai hubungan lendutan-momen bilinier.............. 6 f ci
a. Faktor beban
U = 1.2 D + 1.6 L
................................................................................................... (3.28)
a
M u = M n = . A ps . f ps (d p ) ................................................................................ (3.29)
2
a=
A ps . f ps
0.85. f c .b
.......................................................................................... (3.29)
dimana
f ps = nilai yang dihitung oleh kompatibilitas regangan atau
f ps = f pu .(1
p f pu
) .............................................................................................. (3.30)
1 f c
M n > 1.2 M cr
..................................................................................................... (3.31)
Ketika gaya prategang pada beton, hanya berat sendiri pelat yang dianggap untuk menahan
pengaruh dari eksentrisitas prategang. Suatu kontrol tegangan diperlukan pada titik ini
untuk menentukan kekuatan beton yang diijinkan untuk mencegah retak pada sisi tarik atau
hancur pada sisi tekan. Kekuatan beton mungkin hanya tinggal 50 % sampai 60% pada
kekuatan rencana 28 hari.
31
1. Perpendekan elastis
ES = K es
Es
f cir
E ci
.......................................................................................... (3.32)
M g .e
P P .e
.................................................................................... (3.32)
f cir= K cir ( i + i )
A
I
I
K cir = 0.9 untuk batang pratarik
2. Rangkak beton
CR = K cr
Es
( f cir f cds ) ........................................................................................... (3.33)
Ec
M sd .e
I
................................................................................................. (3.34)
2. Susut beton
V
SH = 8.2 x10 6 K sh E s (1 0.06 ) x(100 RH ) ..................................................... (3.35)
S
Tabel 3.1 Tipe kabel prategang
Tipe tendon
Kre (psi)
20,000
0.15
18,500
0.14
17,600
0.13
5000
0.040
32
4630
0.037
4400
0.035
6000
0.05
4. Relaksasi baja
RE = [ K re J ( SH + CR + ES )] C ....................................................................... (3.36)
K re , J , C = faktor dari tabel 3.1 dan 3.2
Tegangan kabel
0.80
1.28
0.79
1.22
0.78
1.16
0.77
1.11
0.76
1.05
0.75
1.45
1.00
0.74
1.36
0.95
0.73
1.27
0.90
33
0.72
1.18
0.85
0.71
1.09
0.80
0.70
1.00
0.75
0.69
0.94
0.70
0.68
0.89
0.66
0.67
0.83
0.61
0.66
0.78
0.57
0.65
0.73
0.53
0.64
0.68
0.49
0.63
0.63
0.45
0.62
0.58
0.41
0.61
0.53
0.37
0.60
0.49
0.33
Tegangan beton pada beban layan dihitung sebagai pengukuran pencapaian atau
kemampuan daya layan. Untuk daya layan ini ketika lendutan harus dihitung, suatu kontrol
tegangan terlebih dahulu dibuat untuk menentukan sifat penampang utuh atau sifat
penampang yang retak yang akan digunakan. Pada tegangan layan dikontrol asumsi bahwa
semua kehilangan prategang telah terjadi. Tegangan yang dihitung dibandingkan terhadap
tegangan ijin pada bagian 3.2.1. Pelat Hollow Core secara normal didisain tidak mengalami
retak pada beban layan penuh. Batas tegangan tarik berada di antara 6 f c dan
7.5 f c yang umum digunakan. Pada keadaan khusus dimana lendutan tidak menjadi
masalah dan dimana retak tdak dianggap kenaikan batas sampai 12 f c dapat digunakan.
34
Kapasitas momen dari batang prategang adalah suatu fungsi dari tegangan ultimit yang
meningkat pada kabel prategang, seperti pada beton non prategang, batas atas dan batas
bawah diganti oleh sejumlah tulangan untuk meyakinkan bahwa tegangan pada kabel
adalah sesuai dengan tegangan beton pada perilaku daktail. Batas bawah dari penulangan
memerlukan syarat
M n 1.2M cr
M cr =
I
yb
................................................................................................... (3.38)
P Pe
+
+ 7.5 f c .................................................................................... (3.39)
A Sb
Ini untuk meyakinkan bahwa ketika retak lentur beton meningkat, baja prategang tidak akan
mencapai tegangan rencana penuh. Keadaan dari kriteria ini mungkin terjadi pada retak
kabel pada pada titik retak lentur dengan menghasilkan keadaan patah yang gagal.
Batas atas dari pembesian memerlukan
p atau p +
d
( ) .................................................................................... (3.40)
dp
d
( w w ) tidak lebih besar dari 0.36 1
atau pw +
dp
Persyaratan untuk batas atas pada penulangan berhubungan dengan asumsi dari regangan
tegangan ultimit beton, dengan menggunakan gaya blok tegangan tekan ultimit maka lebih
banyak beton akan mencapai regangan ultimit karena rasio penulangan bertambah. Karena
itu ketika batas atas penulangan dibatasi momen kapasitas harus didasarkan pada balok
yang tertekan untuk keadaan ini maka :
35
Pelat Hollow Core direncanakan untuk geser berdasarkan peraturan ACI struktur prategang
biasa. Untuk perencanaan geser pada ACI maka beberapa persyaratan harus dipenuhi seperti
Vu Vn .................................................................................................................. (3.42)
V d
Vc = 0.6 f c + 700 u bw d ................................................................................. (3.44)
Mu
Ketika gaya prategang efektif tidak lebih dari 40% kekuatan tarik dari tulangan lentur.
Bagian
Vu d
tidak melebihi 1. Harga minimum untuk Vc digunakan 2 f cbw d dan harga
Mu
maksimum 5 f cbw d .
Sebagai alternatif perhitungan geser dapat dibuat berdasarkan rumus yang lain yaitu
Vci = 0.6 f cbw d + Vd +
Vi M cr
.............................................................................. (3.45)
M max
36
Vi = Vu Vd
M maks = M u M d
Lawan lendut adalah lendutan ke arah atas dari batang prategang dan merupakan hasil dari
gaya prategang eksentrisitas dari titik berat penampang. Karena baik gaya prategang
maupun eksentrisitas terbentuk dari beban rencana dan panjang bentang, lawan lendut
adalah hasil dari perencanaan lebih dari parameter perencanaan karena itu lawan lendut
menjadi tidak spesifik.
3.6.2 Lendutan
Akibat rangkak pada beton maka dapat menimbulkan lendutan pada struktur. Pada tabel 3.3
dibuat suatu batas lendutan. Pendekatan teknik diperlukan dalam membandingkan batasan
lendutan sesuai dengan peraturan ACI. Suatu kesulitan akibat beban hidup yang
mengakibatkan retak lentur akan mengurangi momen inersia efektif dari penampang.
Perhitungan menggunakan hubungan lendutan-momen bilinier diperlukan ketika gaya tarik
melewati 6 f c , dengan dengan definisi, retak terjadi pada tegangan tarik 7.5 f c . Karena
37
Pelat Hollow Core umumnya direncanakan tidak retak pada beban layan maka pengaruh
retak dapat diabaikan.
Anggapan lendutan
Batas
lendutan
Atap datar
yang
seketika
l
180
yang
seketika
l
360
mengenai
terjadi
bagian
setelah
l
480
non-
l
240
3.8 Perencanaan Struktur Pracetak Hollow Core Slab (HCS) berdasarkan SNI 2847
Pada perencanaan Pelat Beton Hollow Core Slab berdasarkan peraturan SNI 2847 maka
terdapat beberapa ketentuan di dalam SNI untuk beton pracetak yang prategang sebagai
berikut :
1) Perencanaan komponen beton polos pracetak harus mempertimbangkan semua kondisi
39
pembebanan mulai dari saat fabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur,
termasuk pembongkaran cetakan, penyimpanan, pengangkutan, dan ereksi.
2) Batasan 24.2 tidak hanya berlaku pada komponen struktur beton polos pracetak pada
kondisi akhir tetapi juga berlaku pada saat fabrikasi, pengangkutan, dan ereksi.
3) Komponen-komponen struktur pracetak harus disambung secara aman untuk
menyalurkan gaya-gaya lateral ke sistem struktur yang mampu menahan gaya-gaya
tersebut.
4) Komponen-komponen struktur pracetak harus diikat dan ditopang secukupnya selama
ereksi untuk menjamin tercapainya kedudukan yang tepat dan integritas struktur hingga
sambungan yang permanen selesai dipasang.
3.8.1 Penumpuan
Tegangan transfer untuk struktur pracetak prategang harus mengikuti peraturan dalam (SNI
2847 ps 20.4-20.5) yaitu tegangan izin beton untuk komponen struktur lentur dan
tegangan izin tendon prategang
40
dan
dimana
persyaratan
selimut
beton
memenuhi
...................................................................................................................................
9.7(3(2))
f c
41
3) Tegangan izin beton dalam 20.4(1) dan 20.4(2) boleh dilampaui bila dapat ditunjukkan
dengan pengujian atau analisis bahwa kemampuan strukturnya tidak berkurang dan lebar
retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang disyaratkan.
Tegangan tarik pada tendon prategang tidak boleh melampaui nilai berikut:
1) Akibat gaya pengangkuran tendon ....................................................................... 0,94fpy
tetapi tidak lebih besar dari nilai terkecil dari 0,80fpu dan nilai maksimum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat tendon prategang atau perangkatangkur.
2) Sesaat setelah penyaluran gaya prategang ............................................................ 0,82fpy
tetapi tidak lebih besar dari 0,74fpu.
3) Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah penyaluran gaya
........................................................................................................................... 0,70fpu
Pada kontrol kuat geser vertikal dan horizontal harus mengikuti peraturan sesuai dengan
(SNI 2847 ps 19.3 dan ps 19.4)
3) Tulangan geser yang diperpanjang dan terangkur dengan baik boleh diperhitungkan
sebagai tulangan pengikat untuk geser horizontal.
1) Pada komponen struktur komposit, transfer gaya geser horizontal secara penuh harus
dapat dijamin pada bidang kontak antara elemen-elemen yang dihubungkan.
2) Kecuali apabila dihitung sesuai dengan 19.5(3), maka perencanaan penampang terhadap
geser horizontal harus didasarkan pada. Vu Vnh
dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vnh adalah kuat
geser horizontal nominal sesuai dengan ketentuan berikut:
(1) Bila bidang kontaknya bersih dan bebas dari serpihan dan secara sengaja dikasarkan,
maka kuat geser Vnh tidak boleh diambil lebih besar daripada 0.60bvd dalam Newton.
(2) Bila dipasang sengkang pengikat minimum sesuai dengan 19.6. dan bidang kontaknya
bersih dan bebas dari serpihan, tetapi tidak dikasarkan, maka kuat geser Vnh tidak boleh
diambil lebih besar daripada 0.6 bvd, dalam Newton.
(3) Bila dipasang sengkang pengikat minimum sesuai dengan 19.6, dan bidang kontaknya
bersih dan bebas dari serpihan dan dengan sengaja dikasarkan hingga mencapai tingkat
kekasaran penuh dengan amplitudo kira-kira 5 mm, maka kuat geser Vnh dapat diambil sama
dengan (1.8 + 0.6 v . f y )..b v .d , tetapi tidak lebih besar daripada 3.5bvd dalam Newton.
43
(5) Dalam menentukan kuat geser horizontal nominal pada permukaan atas elemen struktur
beton prategang, d diambil sebagai nilai terbesar dari 0,8h atau jarak dari serat tekan terluar
ke titik pusat tulangan tarik pada penampang komposit.
3) Sebagai alternatif terhadap 19.5(2), geser horizontal dapat ditentukan dengan jalan
menghitung perubahan aktual gaya tekan atau gaya tarik di dalam sebarang segmen, dan
pengaturan harus dilakukan untuk menyalurkan gaya tersebut sebagai geser horizontal
kepada elemen pendukung. Gaya geser horizontal terfaktor tidak boleh melebihi kuat geser
horizontal Vnh yang diberikan dalam 19.5(2(1)) hingga 19.5(2(4)), dimana luas bidang
kontak Ac harus digunakan sebagai pengganti bvd di dalam persamaan-persamaan terkait
yang ada pada butir-butir tersebut.
(1) Bila sengkang pengikat yang dipasang untuk menahan geser horizontal direncanakan
untuk memenuhi 19.5(3), maka rasio antara luas sengkang pengikat dan spasi pengikat di
sepanjang komponen struktur harus merefleksikan distribusi gaya-gaya geser pada
komponen struktur tersebut.
4) Bila terdapat tarik pada bidang kontak antara elemen-elemen yang saling dihubungkan,
maka penyaluran geser secara kontak hanya boleh digunakan bila dipasang sengkang
pengikat minimum sesuai dengan 19.6.
1) Bila sengkang pengikat dipasang untuk menyalurkan geser horizontal, maka luas
sengkang pengikat tidak boleh kurang daripada luas yang diperlukan oleh 13.5(5(3)), dan
spasi sengkang pengikat tidak boleh melebihi empat kali dimensi terkecil elemen yang
didukung, ataupun 600 mm.
2) Sengkang pengikat untuk geser horizontal harus terdiri dari batang atau kawat tulangan
44
tunggal, sengkang berkaki banyak, atau kaki vertikal dari jaring-kawat (polos atau ulir).
3) Semua sengkang pengikat harus diangkurkan sepenuhnya ke dalam elemen-elemen
yang saling dihubungkan sesuai dengan 14.13
Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik) maka tebal
minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk tulangan harus mengikuti peraturan
sesuai
45
Untuk konstruksi beton pracetak, ikatan tarik harus dipasang pada arah tegak,memanjang,
melintang, dan di sekeliling perimeter struktur, untuk mengikat dan menyatukan elemenelemen pracetak secara efektif.
2) Tumpuan untuk komponen lantai dan atap pracetak di atas perletakan sederhana harus
memenuhi ketentuan berikut:
(1) Tegangan tumpu izin di permukaan kontak antara komponen yang didukung dan yang
46
mendukung dan antara elemen-elemen pendukung tidak boleh melebihi kekuatan tumpu
untuk masing-masing permukaan dan elemen pendukung. Kekuatan tumpu beton
dinyatakan dalam 12.17.
(2) Kecuali bila dapat dibuktikan melalui pengujian atau analisis bahwa kemampuan
strukturnya tidak berkurang, maka persyaratan minimum berikut ini harus dipenuhi:
a) Setiap komponen struktur dan sistem pendukungnya harus mempunyai dimensi rencana
yang dipilih sedemikian hingga, setelah peninjauan toleransi, jarak dari tepi tumpuan ke
ujung komponen struktur pracetak dalam arah bentang sedikitnya 1/180 kali bentang bersih
l, tetapi tidak boleh kurang dari:
- untuk pelat masif atau berongga ................................................... 50 mm
- untuk balok ................................................................................... 75 mm
b) Pelat landasan di tepi yang tidak ditumpulkan harus mempunyai celah sedikitnya 15 mm
dari muka tumpuan, atau sedikitnya sama dengan dimensi penumpulan pada tepi yang
ditumpulkan.
(3) Persyaratan pada 14.11(1) tidak berlaku untuk tulangan momen lentur positif pada
komponen struktur pracetak statis tertentu, tetapi sedikitnya sepertiga dari tulangan
tersebutharus diperpanjang sampai ke tengah panjang landasan.
47
1. Mutu beton minimal yang digunakan K-300, karena saat release mutu beton yg
disyaratkan adalah K-300. Jadi cukup 16 jam untuk mencapai umur K-300 dengan steam
curing.
2. Besi prestressed low relaxtion, PC Wire 5 dengan fpu = 1625 MPa
3. Tebal HS minimal 6 cm, tebal beton topping 5 cm.
4. Pada saat pengecoran topping, diperhitungkan beban topping dan tenaga kerja.
5. Pada saat tumpuan sementara dilepas, diperhitungkan beban topping. (SNI 2847 ps 19.3)
6. Check tegangan saat transfer (SNI 2847 ps 20.4-20.5)
kondisi serat atas :(-Pi/Ac)+(Pi*e/St) < Fti
kondisi serat bawah :(-Pi/Ac)-(Pi*e/Sb) < Fci
7. Check tegangan saat setelah losses kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St) < Fc kondisi serat bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St) < Ft
8. Check Tegangan setelah topping terpasang kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) < Ft kondisi serat bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) < Fc
9. Check Setelah support sementara dilepas (sbg pelat komposit) kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) -(Mprop*(h-Cbk)/Ick)< Fc kondisi serat
48
bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) +(Mprop/Sbk)< Ft
10. Check tegangan saat beban layan bekerja (sbg pelat komposit) kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) -(Mprop*(h-Cbk)/Ick)-(Mll+Msdl)*(hCbk)/Ick< Fc kondisi serat bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) +(Mprop/Sbk)+(Mll/Sbk)+(Msdl/Sbk) Mu
12. Check Kapasitas Retak
0.9*Mn/Mcr > 1.2
13. Check geser vertikal (SNI 2847 ps 19.4)
saat beban layan belum bekerja (ditahan oleh HS saja)
vc = 0.4*1*(fc)^0.5
Vc = vc*bw*dp
Vu < 0.85*Vc
saat beban layan belum bekerja
saat beban layan bekerja (ditahan oleh pelat komposit)
Vc = vc*(bw*(htop+dp)+htop*be)
Jika Vux < 0.85*Vc, maka tulangan geser vertikal tidak perlu dipasang.
14. Check defleksi saat kondisi awal & kondisi akhir < L/240
15. Check Geser Horizontal (SNI 2847 ps 19.5)
Jika Vux Mu
17. Tulangan Transfer/Lateral
0.9*Mn > Mu
18. Tulangan Sambungan antar HS
0.9*Mn > Mu
49
50
1. Pembersihan dan peminyakan tempat pencetakan / Cleaning and oiling the bed
2. Pemasukan kabel ke dalam / Strand pulling
3. Penarikan kabel pretension / Tensioning strands
4. Pengangkatan ke tempat pencetakan /Lifting on the bed (tidak tampak)
5. Pencampuran beton /Concrete mixing (tidak tampak)
6. Transportasi beton / Concrete transportation
7. Penutupan beton / Concrete dosing (tidak tampak)
8. Pencetakan/Extruding
9. Penggambaran lubang oleh drafter / Draw openings by plotter (tidak tampak)
10. Pembuatan lubang/Making openings
11. Pembungkusan pelat/ Covering of slab
12. Perawatan pelat / Curing of slab
13. Pembungkusan kembali pelat/Recovering of slab
14. Pemotongan pelat/Cutting of slab
15. Pengankatan pelat/Lifting of slab
16. Pengeboran dari lubang drainase/Drilling of drainage holes
17. Transportasi ke tempat penyimpanan/Transportation to storage
18. Pengangkatanke tempat penyimpanan/Handling of slabs in storage
19. Transportasi ke lapangan/Transportation to site
51
Kabel prestension
52
Gambar 3.8 Contoh penempatan pretensioning pada pelat Hollow Core Slab
BAB IV
APLIKASI
53
Dalam bab ini akan diberikan suatu contoh perhitungan portal (frame) 3 dimensi dengan
dengan lantai pracetak Hollow Core slab banyak lantai 3 tingkat seperti pada Gambar 4.1,
dengan menggunakan program ETABS v9.2. Adapun data-data yang akan dipergunakan
dalam analisa tersebut adalah :
4.1 Contoh portal ( Gambar 4.1)
54
Data-data struktur
1. Panjang bentang
= 6 m = 600 cm
= 3.5 m = 350 cm
BxH
= 40x40 cm2
BxH
= 30x60 cm2
= 250000 kg/cm2
6. Perletakan jepit-jepit
7. Zona gempa 3 tanah sedang
55
Perhitungan Luas Penampang dan Inersia Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS)
dengan bentang 6,0 m
Gambar 4.4. Potongan Penampang Pelat Hollow Core
Lebar penampang
bw = 1200 mm
Lsl = 6 m
h = 200 mm
b1 = 190 mm
t1 = 30 mm
t2 = 30 mm
Tebal badan
t3 = 35 mm
t4 = 50 mm
a=
t3
( h t1 t2 ) = 0.026 m
b1
= 1200 mm
= 200 mm
= 6000 mm
56
Ax = t1 + t2 + a = 0.086 m
2
Acx = Ax bw = 0.103 m
Sx =
1
2
1
1
3 2
2
t1 + a ( h + t1 t2 ) + t2 h t2 = 8.579 10 m
zx =
Sx
= 0.1 m
Ax
1
1 3
1
1
1
4 3
2
Ix =
t1 + t1 zx t1 +
t2 + t2 h zx t2 +
a ( h t1 t2 ) + a zx ( h + t1 t2 ) = 4.801 10 m
12
2
12
2
12
2
2
Acy = Ay Lsl = 0.36 m
Sy =
zy =
Iy =
1
12
1
2
3 2
2
t1 + t2 h t2 = 6 10 m
Sy
= 0.1 m
Ay
2
2
1
1 3
1
4 3
3
t1 + t1 zy t1 +
t2 + t2 h zy t2 = 4.38 10 m
12
9
4
Icy = Iy Lsl = 2.628 10 mm
Tegangan akibat handling atau pengangkatan sewaktu pemasangan pelat Hollow Core seperti gambar di bawah
fkub = 400
Momen tahanan Sx
Sx =
0.5 Icx
h
cm
3
BJ_beton = 2400
2
tp = 0.2 m
Ft_ijin = 0.5 fc
bp = bw = 1.2 m
w = h BJ_beton = 480
kg
= 2.881 10 cm
ap = Lsl = 6 m
kg
2
cm
kg
2
m
kg
3
m
kg
kg
= 9.11
2
2
cm
cm
2
Mx = 0.0107 w ap bp = 44.375 kg m
2
My = 0.0107 w ap bp = 221.875 kg m
kg
My
= 7.702
2
Sx
cm
"MEMENUHI" if Ft < Ft_ijin
Tegangan_tarik_beton = "MEMENUHI"
"TIDAK MEMENUHI" otherwise
Ft =
Tegangan_tarik_beton =
58
d =
Pi =
Pijin_kabel
= 1633 kg
g
3
8
in = 9.525 mm
untuk 1 kabel
(dalam satuan kg)
Wc = ap bp tp BJ_beton = 3456 kg
Pkabel < Pi
d =
3
8
Pkabel =
Wc
= 864 kg
in = 9.525 mm
59
h = 200 mm
Tinggi topping
htop = 50 mm
Lebar Penampang
bw = 1200 mm
Luas Penampang
2
Ac = Acx = 0.103 m
Momen Inersia
8
4
Ic = Icx = 5.761 10 mm
Cb =
Ct = h Cb
St =
Ic
Ct
3
St = 5761473.684 mm
Sb =
Ic
Cb
3
Sb = 5761473.684 mm
Cb = 100 mm
Ct = 100 mm
2. Material
a. Beton :
K-400
fc = 0.83 fkub
fc = 33.2 Mpa
fci = 0.65 fc
Fc = 0.45 fc
Fc = 14.94 Mpa
Fct = 0.6 fc
Ft = 0.5 fc Mpa
Ft = 2.881 Mpa
Ec = 4700 fc Mpa
Ec = 27081.137 Mpa
b. Kabel Prategang
fpu = 1625 Mpa
5
fpu = 2.357 10 psi
fpy = 0.9fpu
3
fpy = 1.462 10 Mpa
Diameter Tendon
Dia = 6 mm
A1 =
Eksentrisitas
2
Dia
4
e = 0.5 h 25 mm
n = 5
2
A1 = 28.274 mm
e = 75 mm
60
c. Tulangan Baja
Wiremesh
fy = 390 MPa
BJTP (Polos)
BJTD (Deform/Ulir)
fyd = 390MPa
c = 24
= 0.9
kN
3
m
Qslb = Ac c = 2.471
Pelat
Mslb =
Topping
kN
m
2
Qslb Lsl = 11.12 kN m
Tambahan
Qtb = 1
kN
m
B. Hidup
Qll = 3
kN
m
kN
m
kN
m
kN
m
a. Perpendekan elastis
Pi_kabel = 0.7 n A1 fpu = 160.81 kN
1
2
Mg = Qdlt Lsl = 22.1 kN m
5
Es = 2.1 10 MPa
Kes = 1
Kcir = 0.9
fcir = Kcir
ES = Kes
Ac
Pi_kabel e
Ic
Mg e
Ic
= 5.7 MPa
Es
fcir = 54.78 MPa
Eci
61
b. Rangkak beton
Kcr = 2
Msd =
fcds =
1
8
2
Qll Lsl = 13.5 kN m
Msd e
= 1.757 MPa
Ic
CR = Kcr
Es
( fcir fcds ) = 75.756 MPa
Eci
c. Susut beton
Luas
2
Ac = 102947.37 mm
Keliling
Sc = 2 ( bw + h) = 2800 mm
Luas
keliling
gunakan
Ac
= 3.677 cm
Sc
RH = 0.70
Kss = 1
atau 70%
Ksh = 1
s =
fy
= 0.002
Es
d. Relaksasi baja
C = 0.7
% total losses/kehilangan
Loss =
( ES + CR + SH + RE)
100 = 16.3
fpu
62
Perhitungan Tegangan dan Kapasitas Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang
6,0 m
h = 200 mm
Tinggi topping
htop = 50 mm
Lebar Penampang
bw = 1200 mm
Luas Penampang
Ac = 0.103 m
Momen Inersia
Ic = 5.761 10 mm
Cb =
Ct = h Cb
St =
Sb =
Cb = 100 mm
Ct = 100 mm
Ic
St = 5761000 mm
Ct
Ic
Sb = 5761000 mm
Cb
2. Material
a. Beton : K-400
fc = 0.83 fkub
fc = 33.2 Mpa
fci = 0.65 fc
Fc = 0.45 fc
Fc = 14.94 Mpa
Fct = 0.6 fc
Ft = 0.5 fc Mpa
Ft = 2.881 Mpa
Ec = 4700 fc Mpa
Ec = 27081.137 Mpa
b. Kabel Prategang
5
fpy = 0.9fpu
Diameter Tendon
Luas per tendon efektif
Eksentrisitas
Dia = 16 mm
2
A1 = Dia
4
e = 0.5 h 20 mm
A1 = 28.274 mm
e = 80 mm
63
c. Tulangan Baja
Wiremesh
fy = 390 Mpa
BJTP (Polos)
BJTD (Deform/Ulir)
3. Dimensi Pelat dan Komposit
Dimensi Pelat
Tinggi pelat
hsl = htop + h
Panjang Total
Lsl = 6.0 m
Tinggi topping
htop = 50 mm
hsl = 250 mm
Penampang Komposit
beton Topping
nc =
Ectop
Ec
Lebar pelat
nc = 0.75
bw = 1200 mm
be = 900 mm
5
Ack = 1.48 10 mm
Ack = Ac + be htop
htop
be ( htop) h +
Cbk =
Momen inersia
Cbk = 138.007 mm
Ctk = 111.993 mm
Stk =
+ Ac Cb
Ack
Ick = 1.075 10 mm
be htop
12
2
htop
+ be htop Ctk
Ick
Stk = 9597114.63 mm
Ctk
Ick
Pelat
Topping
SDL :
LL :
tambahan
c = 24 kN m
= 0.9
Qslb = 2.472 kN m
Qslb = ( Ac) c
Mslb =
1
8
Sbk = 7788111.383 mm
Cbk
Qslb Lsl
Mslb = 11.124 kN m
Qtop = 1.44 kN m
Qtop = htop bw c
1
Qtam = 1 kN m
Qll = 3 kN m
64
Momen
Pada saat pengecoran topping (HCS diberi tumpuan sementara ditengah bentang)
Qd2 = 2.44 kN m
3
16
Qd2 Lsl x
Qd2 x
( negatif )
P=
( Qtop) Lsl
Mprop =
Mll =
P Lsl
Mprop = 8.1 kN m
14
Msdl =
P = 5.4 kN
Qll Lsl
1
14
Mll = 7.714 kN m
2
Qsdl Lsl
Msdl = 2.571 kN m
Mts = 26.765 kN m
Mu = 35.203 kN m
n=5
Aps = n A1
Aps = 141.372 mm
Hasilnya :
Pi = Aps fpi
Pi = 137.837 kN
5. Check Tegangan
Peff = fpeff Aps
Peff = 110.27 kN
Pi = fpi Aps
Pi = 137.837 kN
Pi
Ac
Pi e
St
Pi
Ac
Pi e
Sb
Peff
Ac
Peff e
St
Mslb
St
Fc = 14.94 Mpa
Peff
Ac
Peff e
Sb
Mslb
Ft = 2.881 Mpa
Sb
65
Mcorpek
Ft = 2.881 Mpa
St
Mcorpek
Fc = 14.94 Mpa
Sb
Mprop ( h Cbk)
Ick
Fc = 14.94 Mpa
Mprop
Sbk
Ft = 2.881 Mpa
h Cbk
Ick
Mll
Sbk
Fc = 14.94 Mpa
Ft = 2.881 Mpa
Msdl
Sbk
Tegangan_beton_Saat_Layan = "MEMENUHI"
Dw = Dia
Diameter tulangan
Ds = 6 mm
As1 =
nc = 0
Asc = nc As1
np = 0
Ast = np As1
Selimut Beton
dc = 20 mm
dp = Ct + e
dp = 180 mm
d = hsl dc Dw 0.5 Ds
d = 221 mm
fpe =
maka :
Nilai untuk p :
fpy
fpu
= 0.9
1
4
Dw = 6 mm
Ds
As1 = 28.274 mm
Asc = 0 mm
Ast = 0 mm
Peff
Aps
p = 0.28
66
1 =
0.85 if fc 30 Mpa
1 = 0.824
0.65 if fc 55 Mpa
Mpa
0.85 0.008
p =
Aps
bw dp
Asc = 0 cm
Ast = 0 cm
Asc
c =
c = 0
bw d
Ast
t =
t = 0
bw d
c = c
t = t
fy
c = 0
fc
fy
t = 0
fc
fps = fpu 1
p =
1
p
fpu
fc
Aps
d
dp
( t c )
p = 0.001
bw dp
fps
p = p
p = 0.032
fc
Tps = 227.229 kN
Tps
a = 11.929 mm
0.85 fc'top bw
Mn = Tps ( dp + htop)
Mn = 45.817 kN m
+ Ast fy d + Asc fy dc
2
2
Mu = 35.203 kN m
>
Momen_Kapasitas_Penampang = "MEMENUHI"
7. Kapasitas Retak
fr = 0.7 fc Mpa
fr = 4.033 Mpa
Kondisi tegangan pada tepi bawah HCS akibat beban layan total :
fakt =
Peff
Ac
Peff e
Sb
Mslb
Sb
Mcorpek
Sb
Mprop
Sbk
Msdl
Sbk
Mll
Sbk
= 1.301
Rasio_Penampang_Retak = "MEMENUHI"
67
8. Pemeriksaan Geser
Lebar badan
bw = 1200 mm
Faktor reduksi
= 0.85
fc = 33.2 Mpa
1
Vudl = 1.2 ( Qslb + Qtop) Lsl
2
Vudl = 14.083 kN
Vll =
Qll Lsl
Vll = 9 kN
Vd = 0.5 Qd Lsl
Vd = 14.736 kN
Mu ( x) = 1.2 Vd x 0.5 Qd x
x1 = 0.1m
x2 = 0.5hsl
x2 = 0.125 m
x3 = 50 Dw
x3 = 0.3 m
Vu1 = Vu ( x1)
Vu1 = 31.014 kN
Mu1 = Mu ( x1)
Mu1 = 3.155 kN m
Vu2 = Vu ( x2)
Vu2 = 30.746 kN
Mu2 = Mu ( x2)
Mu2 = 3.927 kN m
Vu3 = Vu ( x3)
Vu3 = 28.875 kN
Mu3 = Mu ( x3)
Mu3 = 9.144 kN m
<
vc1 =
1
Vu1 dp
fc
+ 4.8
Mpa
Mu1
20 Mpa
vc2 =
1
Vu2 dp
fc
+ 4.8
Mpa
Mu2
20 Mpa
vc3 =
1
Vu3 dp
fc
+ 4.8
Mpa
Mu3
20 Mpa
=1
Mu1
Vu2 dp
Mu2
Vu3 dp
Mu3
= 1.769
= 1.409
= 0.568
Vu1 dp
vc = 2.305 Mpa
68
Vc = 497.832 kN
<
Vudl = 14.083 kN
dp = 180 mm
Vc = 423.157 kN
Vc = 739.834 kN
Vu1 = 31.014 kN
<
Vc = 628.859 kN
Pi e Lsl
pi =
pi = 3.945 mm
8 Eci Ic
(ke atas)
5
384
Qslb Lsl
bs = 3.316 mm
Eci Ic
Dengan menerapkan faktor jangka panjang untuk defleksi bersih pada waktu ereksi, diperoleh :
1 = 1.85 bs + 1.8 pi
1 = 0.966 mm
1 P Lsl
48 Ec Ick
top =
top = 0.835 mm
5
384
( Qsdl) Lsl
sdl = 0.58 mm
Ec Ick
5
384
( Qll) Lsl
L = 1.739 mm
Ec Ick
Lsl
360
= 16.667 mm
( ke bawah )
2 = 4.505 mm
tot = 2 1 + ( 70% L )
Lsl
240
= 25 mm
tot = 6.688 mm
>
tot = 6.688 mm
69
bv = bw
Av1 = 0 mm
Tinggi efektif
d = dp + htop
s = 0mm
v =
Av1
v = 0 %
bv s
Vu Vnh
Akibat gempa
Vg = 10.54 kN
Vu1 = 41.554 kN
Vu1 = Vu1 + Vg
Vnh <
Mtop =
Mlle =
11
1
Qtop Lsl
2
11
Qll Lsl
Msdle =
Mtop = 4.713 kN m
11
Mlle = 9.818 kN m
2
Qsdl Lsl
Msdle = 3.273 kN m
fc = 33.2 Mpa
Mue = 25.292 kN m
Akibat gempa
Mg = 17.716 kN m
Mue = 37.117 kN m
Mu = Mue
Mu = 37.117 kN m
Dtump = 9 mm
fy = 400 Mpa
dtop = 225.5 mm
As1 =
1
4
Dtump
As1 = 0.636 cm
bw
As = 508.938 mm
As
bw dtop
fy As
0.85 fc'top bw
Sptump = 150 mm
As1
Sptump
= 0.9
fy
87000 +
psi
87000
max = 0.027
min = 0.18%
= 0.188 %
a = 10.687 mm
70
Mn = As fy dtop
Mu
>
Mn = 44.818 kN m
= 41.241 kN m
1
14
1
Qtop Lsl
Mtop = 3.703 kN m
Msdl = 2.571 kN m
Qsdl Lsl
14
1
2
Qll Lsl
Mll =
14
Mll = 7.714 kN m
Mu = 15.429 kN m
Akibat gempa
Mg = 17.52 kN m
Mu = 28.32 kN m
= 0.9
min = 0.2 %
Dstr = 8 mm
fy = 400 Mpa
Spasi Tulangan
Sptr = 150 mm
As = 0.25 Dstr
a=
Asmin = 600 mm
2 bw
As = 402.124 mm
Sptr
As fy
a = 8.444 mm
0.85 fc'top bw
Lengan Momen
jd = 224.278 mm
Mn = As fy jd
Mn = 32.467 kN m
>
Mu = 28.32 kN m
Dstek = 12 mm
fystek = 400 Mpa
Spstek = 120 mm
2
As = 0.25 Dstek
a=
As fystek
0.85 fc'top bw
jd = htop 0.5 Ds
bw
Spstek
1.6
As = 1.81 10 mm
a = 37.999 mm
jd = 47 mm
71
72
Mn = As fystek jd
Momen Nominal Terpasang
Perhitungan Tegangan dan Kapasitas Pelat Pracetak
type Hollow Core Slab (HCS) dengan
bentang
Mu = 28.32 kN m
Mn = 30.618 kN m
>
6,0 m
Tulangan = "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"
Ac = 0.103 m
Lsl = 6 m
h = 200 mm
htop = 50 mm
Ic = 5.761 10 mm
Dw = 6 mm
nc = 0
n=5
batang
Cb = 100 mm
Dstr = 8 mm
Ic
Antar
St = HCS
Sec.Tulangan
Modulus Stek/Sambungan
Top
Ct
Spasi Tulangan
Ic
Sec.Tulangan
Modulus Extra
Bottom
Searah PC WiSb
re 5= mm
Dstek = 12 mm 3
St = 5761000 mm
Spstek = 120 mm
np = 0
(PC Wire)
CtSptr
= 100
mm mm
= 150
SbDs= =5761000
6 mm mm
Cb
np = 0
2. Material
Sketsa Penulangan Pelat Pracetak Pratekan (HCS) :
a. Beton : K-400
fc = 0.83 fkub
fci = 0.65 fc
Fci = 0.6 fci
6
6
Fc = 0.45 fc
Fc = 14.94 Mpa
Fct = 0.6 fc
(akibat prategang
h + beban total)
Ft =6 0.5 fc Mpa 7
Ft = 2.881 Mpa
Ec = 4700 fc Mpa
Eci = 4700 fci Mpa
Ec = 27081.137 Mpa
Lsl
b. Kabel Prategang
kgf
kgf
Qsdl = 100 m
Qll = 300
5 m
Beban fpu
yang
bekerja
fpu = 2.357 10 psi
= 1625 Mpa
2
fpy = 0.9fpu
m
m
3
fpy = 1.462 10 Mpa
Diameter Tendon
Dia = 6 mm
73
A1 =
Dia
4
e = 0.5 h 20 mm
A1 = 28.274 mm
e = 80 mm
74
c. Tulangan Baja
Wiremesh
fy = 390 Mpa
BJTP (Polos)
BJTD (Deform/Ulir)
3. Dimensi Pelat dan Komposit
Dimensi Pelat
Tinggi pelat
hsl = htop + h
Panjang Total
Lsl = 6.0 m
Tinggi topping
htop = 50 mm
hsl = 250 mm
Penampang Komposit
beton Topping
nc =
Ectop
Ec
Lebar pelat
nc = 0.75
bw = 1200 mm
be = 900 mm
5
Ack = 1.48 10 mm
Ack = Ac + be htop
htop
be ( htop) h +
Cbk =
Momen inersia
Cbk = 138.007 mm
Ctk = 111.993 mm
Stk =
+ Ac Cb
Ack
Ick = 1.075 10 mm
be htop
12
2
htop
+ be htop Ctk
Ick
Stk = 9597114.63 mm
Ctk
Ick
Pelat
Topping
SDL :
LL :
tambahan
c = 24 kN m
= 0.9
Qslb = 2.472 kN m
Qslb = ( Ac) c
Mslb =
1
8
Sbk = 7788111.383 mm
Cbk
Qslb Lsl
Mslb = 11.124 kN m
Qtop = 1.44 kN m
Qtop = htop bw c
1
Qtam = 1 kN m
Qll = 3 kN m
75
Momen
Pada saat pengecoran topping (HCS diberi tumpuan sementara ditengah bentang)
Qd2 = 2.44 kN m
3
16
Qd2 Lsl x
Qd2 x
( negatif )
P=
( Qtop) Lsl
Mprop =
Mll =
P Lsl
Mprop = 8.1 kN m
14
Msdl =
P = 5.4 kN
Qll Lsl
1
14
Mll = 7.714 kN m
2
Qsdl Lsl
Msdl = 2.571 kN m
Mts = 26.765 kN m
Mu = 35.203 kN m
n=5
Aps = n A1
Aps = 141.372 mm
Hasilnya :
Pi = Aps fpi
Pi = 137.837 kN
5. Check Tegangan
Peff = fpeff Aps
Peff = 110.27 kN
Pi = fpi Aps
Pi = 137.837 kN
Pi
Ac
Pi e
St
Pi
Ac
Pi e
Sb
Peff
Ac
Peff e
St
Mslb
St
Fc = 14.94 Mpa
Peff
Ac
Peff e
Sb
Mslb
Ft = 2.881 Mpa
Sb
76
Mcorpek
Ft = 2.881 Mpa
St
Mcorpek
Fc = 14.94 Mpa
Sb
Mprop ( h Cbk)
Ick
Fc = 14.94 Mpa
Mprop
Sbk
Ft = 2.881 Mpa
h Cbk
Ick
Mll
Sbk
Fc = 14.94 Mpa
Ft = 2.881 Mpa
Msdl
Sbk
Dw = Dia
Diameter tulangan
Ds = 6 mm
As1 =
nc = 0
Asc = nc As1
np = 0
Ast = np As1
Selimut Beton
dc = 20 mm
dp = Ct + e
dp = 180 mm
d = hsl dc Dw 0.5 Ds
d = 221 mm
fpe =
maka :
Nilai untuk p :
fpy
fpu
= 0.9
1
4
Dw = 6 mm
Ds
As1 = 28.274 mm
Asc = 0 mm
Ast = 0 mm
Peff
Aps
p = 0.28
77
1 =
0.85 if fc 30 Mpa
1 = 0.824
0.65 if fc 55 Mpa
Mpa
0.85 0.008
p =
Aps
bw dp
Asc = 0 cm
Ast = 0 cm
Asc
c =
c = 0
bw d
Ast
t =
t = 0
bw d
c = c
t = t
fy
c = 0
fc
fy
t = 0
fc
fps = fpu 1
p =
1
p
fpu
fc
Aps
d
dp
( t c )
p = 0.001
bw dp
fps
p = p
p = 0.032
fc
Tps = 227.229 kN
Tps
a = 11.929 mm
0.85 fc'top bw
Mn = Tps ( dp + htop)
Mn = 45.817 kN m
+ Ast fy d + Asc fy dc
2
2
Mu = 35.203 kN m
>
Momen_Kapasitas_Penampang = "MEMENUHI"
7. Kapasitas Retak
fr = 0.7 fc Mpa
fr = 4.033 Mpa
Kondisi tegangan pada tepi bawah HCS akibat beban layan total :
fakt =
Peff
Ac
Peff e
Sb
Mslb
Sb
Mcorpek
Sb
Mprop
Sbk
Msdl
Sbk
Mll
Sbk
= 1.301
Rasio_Penampang_Retak = "MEMENUHI"
78
8. Pemeriksaan Geser
Lebar badan
bw = 1200 mm
Faktor reduksi
= 0.85
fc = 33.2 Mpa
1
Vudl = 1.2 ( Qslb + Qtop) Lsl
2
Vudl = 14.083 kN
Vll =
Qll Lsl
Vll = 9 kN
Vd = 0.5 Qd Lsl
Vd = 14.736 kN
Mu ( x) = 1.2 Vd x 0.5 Qd x
x1 = 0.1m
x2 = 0.5hsl
x2 = 0.125 m
x3 = 50 Dw
x3 = 0.3 m
Vu1 = Vu ( x1)
Vu1 = 31.014 kN
Mu1 = Mu ( x1)
Mu1 = 3.155 kN m
Vu2 = Vu ( x2)
Vu2 = 30.746 kN
Mu2 = Mu ( x2)
Mu2 = 3.927 kN m
Vu3 = Vu ( x3)
Vu3 = 28.875 kN
Mu3 = Mu ( x3)
Mu3 = 9.144 kN m
<
vc1 =
1
Vu1 dp
fc
+ 4.8
Mpa
Mu1
20 Mpa
vc2 =
1
Vu2 dp
fc
+ 4.8
Mpa
Mu2
20 Mpa
vc3 =
1
Vu3 dp
fc
+ 4.8
Mpa
Mu3
20 Mpa
=1
Mu1
Vu2 dp
Mu2
Vu3 dp
Mu3
= 1.769
= 1.409
= 0.568
Vu1 dp
vc = 2.305 Mpa
79
Vc = 497.832 kN
<
Vudl = 14.083 kN
dp = 180 mm
Vc = 423.157 kN
Vc = 739.834 kN
Vu1 = 31.014 kN
<
Vc = 628.859 kN
Pi e Lsl
pi =
pi = 3.945 mm
8 Eci Ic
(ke atas)
5
384
Qslb Lsl
bs = 3.316 mm
Eci Ic
Dengan menerapkan faktor jangka panjang untuk defleksi bersih pada waktu ereksi, diperoleh :
1 = 1.85 bs + 1.8 pi
1 = 0.966 mm
1 P Lsl
48 Ec Ick
top =
top = 0.835 mm
5
384
( Qsdl) Lsl
sdl = 0.58 mm
Ec Ick
5
384
( Qll) Lsl
L = 1.739 mm
Ec Ick
Lsl
360
= 16.667 mm
( ke bawah )
2 = 4.505 mm
tot = 2 1 + ( 70% L )
Lsl
240
= 25 mm
tot = 6.688 mm
>
tot = 6.688 mm
80
bv = bw
Av1 = 0 mm
Tinggi efektif
d = dp + htop
s = 0mm
v =
Av1
v = 0 %
bv s
Vu Vnh
Akibat gempa
Vg = 10.54 kN
Vu1 = 41.554 kN
Vu1 = Vu1 + Vg
Vnh <
Mtop =
Mlle =
11
1
Qtop Lsl
2
11
Qll Lsl
Msdle =
Mtop = 4.713 kN m
11
Mlle = 9.818 kN m
2
Qsdl Lsl
Msdle = 3.273 kN m
fc = 33.2 Mpa
Mue = 25.292 kN m
Akibat gempa
Mg = 17.716 kN m
Mue = 37.117 kN m
Mu = Mue
Mu = 37.117 kN m
Dtump = 9 mm
fy = 400 Mpa
dtop = 225.5 mm
As1 =
1
4
Dtump
As1 = 0.636 cm
bw
As = 508.938 mm
As
bw dtop
fy As
0.85 fc'top bw
Sptump = 150 mm
As1
Sptump
= 0.9
fy
87000 +
psi
87000
max = 0.027
min = 0.18%
= 0.188 %
a = 10.687 mm
81
Mn = As fy dtop
Mu
>
Mn = 44.818 kN m
= 41.241 kN m
1
14
1
Qtop Lsl
Mtop = 3.703 kN m
Msdl = 2.571 kN m
Qsdl Lsl
14
1
2
Qll Lsl
Mll =
14
Mll = 7.714 kN m
Mu = 15.429 kN m
Akibat gempa
Mg = 17.52 kN m
Mu = 28.32 kN m
= 0.9
min = 0.2 %
Dstr = 8 mm
fy = 400 Mpa
Spasi Tulangan
Sptr = 150 mm
As = 0.25 Dstr
a=
Asmin = 600 mm
2 bw
As = 402.124 mm
Sptr
As fy
a = 8.444 mm
0.85 fc'top bw
Lengan Momen
jd = 224.278 mm
Mn = As fy jd
Mn = 32.467 kN m
>
Mu = 28.32 kN m
Dstek = 12 mm
fystek = 400 Mpa
Spstek = 120 mm
2
As = 0.25 Dstek
a=
As fystek
0.85 fc'top bw
jd = htop 0.5 Ds
bw
Spstek
1.6
As = 1.81 10 mm
a = 37.999 mm
jd = 47 mm
82
Mn = As fystek jd
>
Mn = 30.618 kN m
Mu = 28.32 kN m
Dari hasil Perhitungan untuk Plat hollow Core maka dapat disimpulkan seperti di bawah
Lsl = 6 m
h = 200 mm
htop = 50 mm
Tulangan Pratekan
Dw = 6 mm
np = 0
(PC Wire)
n=5
Tulangan Lateral/Transfer
nc = 0
Dstr = 8 mm
Spasi Tulangan
Sptr = 150 mm
Dstek = 12 mm
Spasi Tulangan
Spstek = 120 mm
Ds = 6 mm
np = 0
8
6
9
7
8
6
h
Lsl
Qsdl = 100 m
kgf
m
Qll = 300 m
kgf
m
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
84
5.2 Saran
1. Perlu dibuat suatu perhitungan Pelat Hollow Core yang dibandingkan dengan Pelat
beton biasa dari segi pelaksanaan pekerjaan serta harga untuk mendapat struktur yang
lebih ekonomis.
2. Perlu dibuat suatu perbandingan antara Pelat Hollow Core dengan plat beton pracetak
jenis lain seperti Solid Slab dimana untuk di Indonesia kebanyakan jenis yang
digunakan adalah Solid Slab.
DAFTAR PUSTAKA
85
86
LAMPIRAN
87
Column
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C2
C2
C2
C2
C2
C2
C2
C2
C2
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C4
C4
C4
C4
C4
C4
C4
C4
C4
C5
C5
C5
C5
C5
C5
Load
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
Loc
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
P
2
2
2
6.38
6.38
6.38
11.85
11.85
11.85
2.14
2.14
2.14
6.84
6.84
6.84
12.7
12.7
12.7
2
2
2
6.38
6.38
6.38
11.85
11.85
11.85
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
V2
2.84
2.84
2.84
5.42
5.42
5.42
7.39
7.39
7.39
3.14
3.14
3.14
5.88
5.88
5.88
8.01
8.01
8.01
2.84
2.84
2.84
5.42
5.42
5.42
7.39
7.39
7.39
5.42
5.42
5.42
9.24
9.24
9.24
9.76
9.76
9.76
5.9
5.9
5.9
9.96
9.96
9.96
V3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
T
-0.065
-0.065
-0.065
-0.1
-0.1
-0.1
-0.094
-0.094
-0.094
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.065
0.065
0.065
0.1
0.1
0.1
0.094
0.094
0.094
-0.03
-0.03
-0.03
-0.044
-0.044
-0.044
-0.038
-0.038
-0.038
0
0
0
0
0
0
M2
0.007
0
-0.007
0.005
0
-0.004
0.003
0
-0.003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.007
0
0.007
-0.005
0
0.004
-0.003
0
0.003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
M3
3.442
-0.823
-5.088
8.591
0.457
-7.678
16.935
5.849
-5.237
3.849
-0.86
-5.569
9.341
0.517
-8.307
18.307
6.29
-5.726
3.442
-0.823
-5.088
8.591
0.457
-7.678
16.935
5.849
-5.237
8.172
0.046
-8.08
15.797
1.941
-11.914
19.656
5.016
-9.623
8.916
0.071
-8.773
17.033
2.097
-12.838
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
C5
C5
C5
C6
C6
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
0
1.5
3
0
1.5
0
0
0
0
0
10.54
10.54
10.54
5.42
5.42
0
0
0
0
0
0
0
0
0.03
0.03
0
0
0
0
0
21.207
5.402
-10.403
8.172
0.046
88
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
C6
C6
C6
C6
C6
C6
C6
C7
C7
C7
C7
C7
C7
C7
C7
C7
C8
C8
C8
C8
C8
C8
C8
C8
C8
C9
C9
C9
C9
C9
C9
C9
C9
C9
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
1.5
3
0
0
0
0
0
0
0
-2
-2
-2
-6.38
-6.38
-6.38
-11.85
-11.85
-11.85
-2.14
-2.14
-2.14
-6.84
-6.84
-6.84
-12.7
-12.7
-12.7
-2
-2
-2
-6.38
-6.38
-6.38
-11.85
-11.85
-11.85
5.42
9.24
9.24
9.24
9.76
9.76
9.76
2.84
2.84
2.84
5.42
5.42
5.42
7.39
7.39
7.39
3.14
3.14
3.14
5.88
5.88
5.88
8.01
8.01
8.01
2.84
2.84
2.84
5.42
5.42
5.42
7.39
7.39
7.39
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.03
0.044
0.044
0.044
0.038
0.038
0.038
-0.065
-0.065
-0.065
-0.1
-0.1
-0.1
-0.094
-0.094
-0.094
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.065
0.065
0.065
0.1
0.1
0.1
0.094
0.094
0.094
0
0
0
0
0
0
0
-0.007
0
0.007
-0.005
0
0.004
-0.003
0
0.003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.007
0
-0.007
0.005
0
-0.004
0.003
0
-0.003
89
-8.08
15.797
1.941
-11.914
19.656
5.016
-9.623
3.442
-0.823
-5.088
8.591
0.457
-7.678
16.935
5.849
-5.237
3.849
-0.86
-5.569
9.341
0.517
-8.307
18.307
6.29
-5.726
3.442
-0.823
-5.088
8.591
0.457
-7.678
16.935
5.849
-5.237
Beam
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B2
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B3
B4
B4
B4
B4
B4
B4
B4
B4
B4
Load
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
Loc
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
P
-0.45
-0.45
-0.45
-0.45
-0.14
-0.14
-0.14
-0.14
0.62
0.62
0.62
0.62
0.45
0.45
0.45
0.45
0.14
0.14
0.14
0.14
-0.62
-0.62
-0.62
-0.62
-0.58
-0.58
-0.58
-0.58
-0.22
-0.22
-0.22
-0.22
0.63
0.63
0.63
0.63
0.58
0.58
0.58
0.58
0.22
0.22
0.22
0.22
-0.63
V2
1.99
1.99
1.99
1.99
4.38
4.38
4.38
4.38
5.47
5.47
5.47
5.47
1.99
1.99
1.99
1.99
4.38
4.38
4.38
4.38
5.47
5.47
5.47
5.47
2.15
2.15
2.15
2.15
4.71
4.71
4.71
4.71
5.86
5.86
5.86
5.86
2.15
2.15
2.15
2.15
4.71
4.71
4.71
4.71
5.86
V3
-0.16
-0.16
-0.16
-0.16
-0.12
-0.12
-0.12
-0.12
-0.06
-0.06
-0.06
-0.06
-0.16
-0.16
-0.16
-0.16
-0.12
-0.12
-0.12
-0.12
-0.06
-0.06
-0.06
-0.06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
T
-0.001
-0.001
-0.001
-0.001
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.001
-0.001
-0.001
-0.001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
M2
-0.515
-0.214
0.086
0.386
-0.384
-0.16
0.063
0.286
-0.185
-0.078
0.029
0.136
-0.386
-0.086
0.214
0.515
-0.286
-0.063
0.16
0.384
-0.136
-0.029
0.078
0.185
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
M3
6.15
2.431
-1.288
-5.008
13.03
4.853
-3.325
-11.503
16.523
6.319
-3.884
-14.087
5.008
1.288
-2.431
-6.15
11.503
3.325
-4.853
-13.03
14.087
3.884
-6.319
-16.523
6.631
2.618
-1.395
-5.407
14.007
5.215
-3.578
-12.37
17.716
6.771
-4.174
-15.118
5.407
1.395
-2.618
-6.631
12.37
3.578
-5.215
-14.007
15.118
STORY1
STORY1
B4
B4
EQ1
EQ1
2.067
3.933
-0.63
-0.63
5.86
5.86
0
0
0
0
0
0
4.174
-6.771
90
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
B4
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B5
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B6
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B7
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B12
B17
B17
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
-0.63
-0.45
-0.45
-0.45
-0.45
-0.14
-0.14
-0.14
-0.14
0.62
0.62
0.62
0.62
0.45
0.45
0.45
0.45
0.14
0.14
0.14
0.14
-0.62
-0.62
-0.62
-0.62
-0.16
-0.16
-0.16
-0.16
-0.12
-0.12
-0.12
-0.12
-0.06
-0.06
-0.06
-0.06
-0.16
-0.16
-0.16
-0.16
-0.12
-0.12
-0.12
-0.12
-0.06
-0.06
-0.06
-0.06
0
0
5.86
1.99
1.99
1.99
1.99
4.38
4.38
4.38
4.38
5.47
5.47
5.47
5.47
1.99
1.99
1.99
1.99
4.38
4.38
4.38
4.38
5.47
5.47
5.47
5.47
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.16
0.16
0.16
0.16
0.12
0.12
0.12
0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
0.16
0.16
0.16
0.16
0.12
0.12
0.12
0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
0.24
0.24
0.24
0.24
0.18
0.18
0.18
0.18
0.08
0.08
0.08
0.08
-0.24
-0.24
-0.24
-0.24
-0.18
-0.18
-0.18
-0.18
-0.08
-0.08
-0.08
-0.08
0.31
0.31
0
0.001
0.001
0.001
0.001
0
0
0
0
0
0
0
0
0.001
0.001
0.001
0.001
0
0
0
0
0
0
0
0
0.039
0.039
0.039
0.039
0.074
0.074
0.074
0.074
0.092
0.092
0.092
0.092
-0.039
-0.039
-0.039
-0.039
-0.074
-0.074
-0.074
-0.074
-0.092
-0.092
-0.092
-0.092
0.024
0.024
0
0.515
0.214
-0.086
-0.386
0.384
0.16
-0.063
-0.286
0.185
0.078
-0.029
-0.136
0.386
0.086
-0.214
-0.515
0.286
0.063
-0.16
-0.384
0.136
0.029
-0.078
-0.185
0.564
0.112
-0.339
-0.791
0.407
0.079
-0.249
-0.576
0.175
0.031
-0.113
-0.257
-0.791
-0.339
0.112
0.564
-0.576
-0.249
0.079
0.407
-0.257
-0.113
0.031
0.175
0.806
0.236
-17.716
6.15
2.431
-1.288
-5.008
13.03
4.853
-3.325
-11.503
16.523
6.319
-3.884
-14.087
5.008
1.288
-2.431
-6.15
11.503
3.325
-4.853
-13.03
14.087
3.884
-6.319
-16.523
0.009
0.002
-0.005
-0.012
0.012
0.004
-0.005
-0.013
0.008
0.002
-0.003
-0.008
-0.012
-0.005
0.002
0.009
-0.013
-0.005
0.004
0.012
-0.008
-0.003
0.002
0.008
0
0
91
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
STORY3
STORY3
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
STORY1
STORY1
B17
B17
B17
B17
B17
B17
B17
B17
B17
B17
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B22
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B23
B28
B28
B28
B28
B28
B28
B28
B28
B28
B28
B28
B28
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
EQ1
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0.2
2.067
3.933
5.8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.16
0.16
0.16
0.16
0.12
0.12
0.12
0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.16
0.16
0.16
0.16
0.12
0.12
0.12
0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.31
0.31
0.22
0.22
0.22
0.22
0.1
0.1
0.1
0.1
0.24
0.24
0.24
0.24
0.18
0.18
0.18
0.18
0.08
0.08
0.08
0.08
-0.31
-0.31
-0.31
-0.31
-0.22
-0.22
-0.22
-0.22
-0.1
-0.1
-0.1
-0.1
-0.24
-0.24
-0.24
-0.24
-0.18
-0.18
-0.18
-0.18
-0.08
-0.08
-0.08
-0.08
0.024
0.024
0.054
0.054
0.054
0.054
0.061
0.061
0.061
0.061
0.039
0.039
0.039
0.039
0.074
0.074
0.074
0.074
0.092
0.092
0.092
0.092
-0.024
-0.024
-0.024
-0.024
-0.054
-0.054
-0.054
-0.054
-0.061
-0.061
-0.061
-0.061
-0.039
-0.039
-0.039
-0.039
-0.074
-0.074
-0.074
-0.074
-0.092
-0.092
-0.092
-0.092
-0.334
-0.904
0.59
0.173
-0.245
-0.662
0.267
0.078
-0.111
-0.301
0.564
0.112
-0.339
-0.791
0.407
0.079
-0.249
-0.576
0.175
0.031
-0.113
-0.257
-0.904
-0.334
0.236
0.806
-0.662
-0.245
0.173
0.59
-0.301
-0.111
0.078
0.267
-0.791
-0.339
0.112
0.564
-0.576
-0.249
0.079
0.407
-0.257
-0.113
0.031
0.175
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.009
-0.002
0.005
0.012
-0.012
-0.004
0.005
0.013
-0.008
-0.002
0.003
0.008
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.012
0.005
-0.002
-0.009
0.013
0.005
-0.004
-0.012
0.008
0.003
-0.002
-0.008
92
93
94
95
96
97
98