Anda di halaman 1dari 22

ABSTRAK

Photovoltaic (PV) adalah suatu sistem atau cara langsung (direct) untuk
mentransfer radiasi matahari atau energi cahaya menjadi energi listrik. Sistem
photovoltaic bekerja dengan prinsip efek photovoltaic. Efek photovoltaic pertama kali
ditemukan oleh Henri Becquerel pada tahun 1839. Efek photovoltaic adalah fenomena
dimana suatu sel photovoltaic dapat menyerap energi cahaya dan merubahnya menjadi
energi listrik. Efek photovoltaic didefinisikan sebagai suatu fenomena
voltase

listrik

akibat

kontak

dua

elektroda

munculnya

yang dihubungkan dengan sistem

padatan atau cairan saat diexpose di bawah energi cahaya.


Sel surya terdiri dari beberapa jenis bahan semikonduktor. Bahan semikonduktor
sendiri merupakan bahan yang dapat mengantarkan arus listrik saat disuplai dengan
cahaya atau panas, tetapi pada suhu rendah akan beroperasi sebagai insulator. Pada saat
ini 95 persen dari sel surya di dunia dibuat dengan menggunakan Sillikon (Si). Selain
sebagai bahan terbanyak kedua di bumi, dalam proses pengolahannya silikon tidak akan
merugikan lingkungan.

Dengan "hanya" mendopingnya dengan bahan material lain

(bahan bermuatan positif atau negatif), silikon dapat digunakan untuk memproduksi sel
surya. Dua layer silikon yang telah di doping berbeda akan digabungkan dan
menghasilkan p-n junction

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan industri yang pesat akan mendorong

peningkatan kebutuhan energi. Sumber energi seperti minyak bumi, batu bara, dan
gas adalah sumber energi yang bersifat terbatas dan memerlukan waktu yang
sangat lama untuk memperbaharuinya, sehingga dianggap bersifat unrenewable
energy resources. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi di
masa mendatang diperlukan sumber energi alternatif yang terbarukan, murah dan
ramah lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengoptimalkan
pemanfaatan sumber-sumber energi non-konvensional seperti energi radiasi
matahari. Energi radiasi matahari dapat dikonversi langsung menjadi energi listrik
melalui suatu alat konversi yang disebut sel surya (Solar Cells).
Pada mulanya, sel surya diproduksi dengan menggunakan material silikon
kristal (c-Si). Kendala pengembangannya adalah biaya produksinya yang mahal
sehingga sulit memenuhi kebutuhan pasar untuk penggunaan sel surya secara
massal. Oleh karena itu, diupayakan pemanfaatan material lain yang lebih murah.
Pada tahun 1976, Spear dan Lecomber serta Carlson dan Wronski berhasil
menumbuhkan lapisan tipis silikon amorf terhidrogenasi (a-Si:H) dengan doping
ketidakmurnian yang kemudian diaplikasikan pada sel surya.
Silikon amorf telah menjadi bahan penelitian yang paling diminati dalam
perkembangan teknologi sel surya selain karena biaya produksinya yang relatif
murah dibandingkan silikon kristal, silikon amorf mempunyai efisiensi yang
cukup memuaskan. Efisiensi yang dicapai berkisar 10% untuk single-junction cell
struktur p-i-n (Kroll, 2003). Dalam pengembangannya menjadi sel surya struktur
p-i-n, silikon amorf didoping menjadi tipe p ataupun tipe n. Namun rapat keadaan
terlokalisasi yang tinggi dalam silikon amorf membuat proses pendopingan
kurang efektif. Proses hidrogenasi pada silikon amorf mampu menurunkan rapat
15

keadaan terlokalisasi hingga 10

-3

cm eV

-1

(Takahashi dan Konagai 1986).

Melalui proses tersebut, hasil yang diperoleh adalah silikon amorf terhidrogenasi
(a-Si:H).
2

Material

a-Si

dapat

ditumbuhkan

dengan

metode

Plasma

Enhanced Chemical Vapour Deposition (PECVD) dengan memanfaatkan


plasma sebagai media penumbuhannya. Pada metode ini menggunakan gas
Silan (SiH4) sebagai gas sumber yang terkandung 10% dalam gas
Hidrogen (H2) dan didapatkan material amorf silikon dengan kandungan
hidrogen sekitar 10-20% (Street, 1991). Sedangkan Fridman (2008)
dengan tipikal laju deposisi 5-50 nm/menit pada daya
2

0,01 0,1 W/m , kandungan hidrogen yang diperoleh berkisar antara 5


20%.
Doping pertama pada material silikon amorf terhidrogenasi (a-Si:H)
dilaporkan oleh Spear dan Le Comber. Dia menemukan material tipe p dan
n dengan PECVD yaitu dengan mencampur gas diboran (B2H6) untuk tipe
p dan gas fosfin (PH3) ke dalam reaktor chamber deposisi (Vilamitjana
2004).
Parameter terpenting dalam sel surya p-i-n meliputi konduktivitas
listrik, ketebalan dan celah pita terlarang. Ketiga parameter ini saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga bukan tidak mungkin masingmasing lapisan (tipe p, tipe i, dan tipe n) juga saling mempengaruhi
dalam struktur p-i-n tersebut (Yahya, dkk,
2003). Penumbuhan material a-Si:H memiliki beberapa parameter optimasi
yang menentukan sifat-sifat fisis yang dihasilkan. Parameter optimasi
tersebut adalah: Laju aliran gas Silan (SiH4), Tekanan chamber,
Temperatur substrat, Frekuensi rf, Daya rf, Lama deposisi, konsentrasi
dopan (Thamrin, 2004). Optimasi parameter- parameter deposisi tersebut
bertujuan untuk meningkatkan konversi efisiensi sel surya.
Pengembangan

efisiensi

sel

surya

berbasis

silikon

amorf

terhidrogenasi terus menerus dilakukan. Dalam penelitian ini akan


dioptimasi lapisan-i untuk aplikasi divais sel surya p-i-n silikon amorf
terhidrogenasi dengan menggunakan reaktor PECVD ganda dengan rf
13,56 MHz.

BAB II
DASAR TEORI
1. PHOTOVOLTAIC
1.1 Efek Photovoltaic
Photovoltaic (PV) adalah suatu sistem atau cara langsung (direct)
untuk mentransfer radiasi matahari atau energi cahaya menjadi energi listrik.
Sistem photovoltaic bekerja dengan prinsip efek photovoltaic. Efek
photovoltaic pertama kali ditemukan oleh Henri Becquerel pada tahun 1839.
Efek photovoltaic adalah fenomena dimana suatu sel photovoltaic dapat
menyerap energi cahaya dan merubahnya menjadi energi listrik. Efek
photovoltaic didefinisikan sebagai suatu fenomena

munculnya

voltase

listrik akibat kontak dua elektroda yang dihubungkan dengan sistem


padatan atau cairan saat diexpose di bawah energi cahaya.
Energi solar atau radiasi cahaya terdiri dari biasan foton-foton yang
memiliki tingkat energi yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat energi
dari foton cahaya inilah yang akan menentukan panjang gelombang dari
spektrum cahaya. Ketika foton mengenai permukaan suatu sel PV, maka
foton tersebut dapat dibiaskan, diserap, ataupun diteruskan menembus sel
PV. Foton yang terserap oleh sel PV inilah yang akan memicu timbulnya
energi listrik.
1.2

Sel Photovoltaic
Sel PV adalah suatu perangkat yang mengkonversi energi radiasi
matahari menjadi energi listrik. Sistem sel PV pada dasarnya terdiri dari pn
junction atau ikatan antara sisi positif dan negatif di dalam sebuah sistem
semikonduktor. Sel PV juga dikenal dengan nama solar cell atau sel surya.
Namun, perbedaannya terletak pada sumber cahaya yang digunakan. Pada
sel PV sumber cahaya lebih umum dan tidak disebutkan secara jelas.
Sedangkan pada sel surya energi cahaya berasal dari radiasi sinar matahari.

Ilustrasi mekanisme sel PV secara sederhana ditunjukkan pada Gambar


1.1.

Gambar 1.1 Skema sederhana sistem sel PV

2. SEL SURYA (SOLAR CELL)


2.1 Mekanisme Konversi Energi
Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat
adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifitas
elektron atau kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak
pada banyaknya elektron valensi dari suatu material.
Sel surya pada umumnya menggunakan material semikonduktor
sebagai penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah suatu
padatan (solid) dan seperti logam, konduktifitas elektriknya juga

ditentukan oleh elektron valensinya [5]. Namun, berbeda dengan logam


yang konduktifitasnya menurun dengan kenaikan temperatur, material
semikonduktor konduktifitasnya akan meningkat secara significant.
Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu
elektron valensi dari atom semikonduktor, hal ini mengakibatkan suatu
energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron tersebut terlepas
dari struktur atomnya. Elektron yang terlepas tersebut menjadi bebas
bergerak di dalam bidang kristal dan elektron tersebut menjadi
bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material
semikonduktor.
Sementara

itu

akibat

hilangnya

elektron

mengakibatkan

terbentuknya suatu kekosongan pada struktur kristal yang disebut


dengan hole dan bermuatan positif. Skema sederhana terjadinya
elektron bebas pada material semikonduktor diilustrasikan pada
Gambar 2.1.

Gambar 1.2 Mekanisme terbentuknya elektron bebas pada


material semikonduktor.
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif bertindak
sebagai donor elektron. Daerah ini disebut negatif type (n-type). Sedangkan
daerah semikonduktor dengan hole, bersifat positif dan bertindak sebagai
penerima (acceptor) elektron. Daerah ini disebut dengan positive type (p-type).

Ikatan dari kedua sisi positif dan negatif (p-n junction) menghasilkan energi
listrik internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk bergerak ke
arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi negatif, sedangkan
hole bergerak menjauhi sisi positif. Ketika p-n junction ini dihubungkan
dengan sebuah beban (lampu) maka akan tercipta sebuah arus listrik

Material semikonduktor
Band gap dari suatu semikonduktor sangat menentukan banyaknya
spektrum cahaya yang dapat di serap oleh sel PV. Hanya energi yang setara
atau lebih besar dari band gap yang mampu terserap dan mengeksitasi
elektron. Pergerakan elektron bebas dari pita konduktif dan pergerakan hole
dari pita valensi melewati band gap inilah yang menimbulkan energi listrik.
Hal tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Struktur dari material semikonduktor.


Energi yang lebih rendah akan terpantul atau menembus sel PV.
Sedangkan energi yang lebih tinggi akan terserap dan sebagian menjadi
energi panas. Dengan demikian material dengan band gap yang lebih
rendah mampu mengeksploitasi spektrum cahaya yang lebih banyak,
menghasilkan transfer elektron yang lebih banyak, sehingga menghasilkan
arus yang lebih tinggi tetapi dengan tegangan yang rendah. Hal tersebut
sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Perbedaan band gap mempengaruhi besarnya energi


yang diserap oleh sel surya
Namun, band gap juga mempengaruhi kuatnya medan listrik yang
dihasilkan. Material

dengan

band

gap

yang

lebih

tinggi

akan

menghasilkan tegangan (voltase) listrik yang semakin tinggi pula tetapi


memiliki arus yang rendah. Semikonduktor dengan band gap antara 1-1.8
eV terbukti efektif digunakan pada sel PV.
2.2 Struktur Umum Sel Surya
Struktur inti dari sel surya pada umumnya terdiri dari satu atau lebih
jenis material semikonduktor dengan dua daerah berbeda yaitu, daerah
positif dan negatif. Dua sisi
elektroda.

Untuk

yang

menghasilkan

berlainan

ini

berfungsi

sebagai

dua daerah muatan yang berbeda

umumnya digunakan dopant dengan golongan periodik yang berbeda. hal


ini dimaksudkan agar dopant pada daerah negatif akan berfungsi sebagai
pendonor elektron, sedangkan dopant pada daerah positif akan berfungsi
sebagai acceptor elektron.
Sebagai contoh, pada solar sel konvensional digunakan material
silikon (golongan IV pada tabel periodik) sebagai semikonduktor. Untuk
menghasilkan dua muatan yang berbeda, maka pada satu sisi diberi dopant
dari golongan periodik V yang mempunyai elektron valensi lima. Hal ini
mengakibatkan silikon mempunyai kelebihan elektron (n-type). Sedangkan
pada sisi yang berlainan digunakan dopant dari golongan periodik III yang
8

mengakibatkan silikon kekurangan elektron (p- type). Dikarenakan untuk


membentuk suatu struktur yang stabil dibutuhkan empat elektron, maka
kekurangan satu elektron akan didapat dari donor n-type.
Selain itu pada sel surya terdapat lapisan antirefleksi, dan substrat
logam sebagai tempat mengalirnya arus dari lapisan tipe-n (elektron) dan
tipe-p (hole). Skema sederhana struktur sel surya diilustrasikan pada
Gambar 1.5 dan Gambar 1.6.

Gambar1.5 Ilustrasi struktur sel surya.

Gambar 1.6 Susunan lapisan solar cell secara umum

2.3 Klasifikasi Sel Surya


Secara sederhana klasifikasi sel surya yang ada hingga saat ini
diilustrasikan pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7 Skema klasifikasi sel surya

Sel surya konvensional (silicon based)


Silikon adalah suatu material semikonduktor bervalensi empat.
Keunggulan dari silikon adalah memiliki resistifitas yang sangat tinggi
hingga 300,000 cm, memiliki energi band gap yang cukup rendah, dan
ketersediaan yang banyak di alam. Namun, kekurangannya adalah biaya
produksi silicon wafer yang sangat tinggi. Dikarenakan untuk mendapatkan
performa sel surya yang baik dibutuhkan silikon dengan kemurnian sangat
tinggi yaitu di atas 99.9%.
Untuk mengurangi biaya produksi, maka pengembangan dilakukan
dengan meminimalisir material yang digunakan. Antara lain dengan

10

menciptakan crystalline thin film silicon. Selain itu telah dikembangkan


metode-metode baru yang lebih mudah dan murah dalam memproduksi
semiconductor-grade silicon.

Advance solar cell


Diperkirakan dalam 10 tahun ke depan kebutuhan akan sel surya nonsilikon akan naik hingga 13 % [14]. Hal ini diakibatkan oleh kebutuhan akan
sumber energi alternatif, khususnya sel surya, yang mempunyai efisiensi
tinggi, harga yang lebih murah, dan juga proses produksniya yang lebih
sederhana.
Sel surya non-silikon yang sampai saat ini berhasil dikembangkan antara
lain sel surya berbasis lapisan tipis atau thin film solar cell, sel surya organik
& polimer, dan dye-sensitized solar cell.
Advance solar tidak hanya pengembangan sel surya berbahan dasar nonsilikon, namun juga pengembangan sel surya dengan konsep baru yang
berbeda dari sel surya konvensional. Adapun beberapa alasan dan konsep
dasar dikembangkannya advance solar cell adalah :

11

Meningkatkan efisiensi, antara lain dengan cara:


Thermodinamik, besarnya energi yang diterima dan energi yang
diserap
Detailed balance, menyeimbangkan perbedaan flux partikel
Reduce cost, antara lain dengan cara :
Menggunakan bahan dasar yang lebih murah, sedikit, dan efisien
Sistem manufaktur yang lebih murah
2.4 Efisiensi Sel Surya
Daya listrik yang dihasilkan oleh sel surya ketika mendapat cahaya
dihitung dari kemampuan untuk memproduksi tegangan ketika diberi beban
dan arus melalui beban pada waktu yang sama. Hal tersebut sebagaimana
direpresentasikan dalam kurva arus-tegangan (I-V) Gambar 1.8.

Gambar 1.8 Kurva arus tegangan pada Sel Surya


Efisiensi adalah sifat terpenting yang menjadi tolak ukur performa pada
sebuah perangkat sel surya. Nilai efisiensi suatu sel surya dihitung dengan
besarnya daya yang dihasilkan sel suya dibagi dengan daya cahaya yang datang:

Dimana Voc adalah tegangan maksimum saat open-circuit, Im adalah arus


maksimun saat close-circuit, dan Titik pada kurva I-V yang menghasilkan
arus dan tegangan maksimum disebut titik daya maksimum (m).

12

3. CRYSTALLINE SILICON SOLAR CELLS


Sel surya terdiri dari beberapa jenis bahan semikonduktor.

Bahan

semikonduktor sendiri merupakan bahan yang dapat mengantarkan arus


listrik saat disuplai dengan cahaya atau panas, tetapi pada suhu rendah akan
beroperasi sebagai insulator. Pada saat ini 95 persen dari sel surya di dunia
dibuat dengan menggunakan Sillikon (Si).
Selain sebagai bahan terbanyak kedua di bumi, dalam proses
pengolahannya silikon tidak akan merugikan lingkungan. Dengan "hanya"
mendopingnya dengan bahan material lain (bahan bermuatan positif atau
negatif), silikon dapat digunakan untuk memproduksi sel surya.
Dua layer silikon yang telah di doping berbeda akan digabungkan dan
menghasilkan p-n junction, seperti tampak pada gambar 1.

Gambar 1.9 Model Sel Surya tipe crystalline

PemilihanMaterial Bahan

Syarat utama suatu sel surya dikatakan baik adalah mempunyai


efisiensi tinggi, murah dan dapat diandalkan. Banyak konfigurasi material
bahan yang telah diajukan dan didemonstrasikan dengan tingkat
kesuksesan yang tinggi.

Akan tetapi, untuk mendapatkan hasil yang

13

maksimum baik dari segi efisiensi; harga dan kehandalan, masih banyak
tantangan yang harus dipecahkan sampai dengan saat ini.

Meskipun

demikian, ada beberapa kriteria dasar yang harus diperhatikan dalam setiap
penyusunan bahan material untuk pembuatan sel surya, sebagai berikut:
1. Stuktur permukaan didesain untuk mengurangi rugi-rugi refleksi,
sebagai contohnya konstruksi permukaan sel berbentuk piramida
sehingga cahaya yang dating akan mengenai permukaan beberapa kali.
Material yang dapat digunakan dalam desain piramida ini diantaranya
gallium arsenide (GaAs), cadmium telluride (CdTe) atau copper indium
selenide (CuInSe2).
2.

Tandem atau Stacked Cells, dengan tujuan agar dapat digunakan pada spektrum
radiasi lebar.

3.

MIS Inversion Layer Cells, medan listrik di dalam sel tidak diproduksi oleh p-n
junction, tetapi oleh junction thin oxide layer di semikonduktor.

4.

Gratzel cells, merupakan electrochemical liquid sel dengan titanium oxide


sebagai electrolytes dan dye untuk meningkatkan penyerapan cahaya.

Konfigurasi material yang sering digunakan dalam pembuatan sel surya


adalah Solar sel Kristal-Si. Sel surya dibuat dari silikon yang berbentuk bujur
sangkar pipih dengan ukuran 5 x 5 cm atau 10 x 10 cm persegi.
Ketebalan silikon ini sekitar 2 mm. Lempengan bujur sangkar pipih ini
disebut dengan wafer silikon untuk sel surya. Bentuk wafer silikon sel surya
berbeda dengan wafer silikon untuk semikonduktor lain (chip, prosesor komputer,
RAM memori) yang berbentuk bundar pipih meski memiliki ketebalan yang
sama, dapat dilihat pada gambar.

14

Gambar 1.10 Wafer Silikon untuk Keperluan elektronika (bundar pipih) dan
sel surya (persegi)

Wafer silikon ini dibuat melalui proses pembuatan wafer silikon dengan
memanfaatkan silikon berkadar kemurnian tinggi sebelumnya (semiconductor
grade silicon). Secara ringkas, penulis paparkan beberapa cara membuat wafer
silikon untuk keperluan sel surya.
a. Wafer silikon jenis monokristal.

15

Gambar 1.11

Gambar 1.12

Reaktor tempat Pembuatan Wafer Silikon

Keadaan Silikon yang tengah ditarik oleh batang pengumpan

Mono kristal di sini berarti silikon tersebut tersusun atas satu kristal saja.
Sedangkan jenis lain ialah wafer silikon polikristal yang terdiri atas
banyak krstal. Wafer silikon monokristal dibuat melalui proses
Czochralski (Cz) yang merupakan jantung dari proses pembuatan wafer
silikon untuk semikonduktor pula. Prosesnya melibatkan peleburan
silikon semiconductor grade, diikuti dengan pemasukan batang umpan

16

silikon ke dalam leburan silikon. Ketika batang umpan ini ditarik


perlahan dari leburan silikon, maka secara otomatis silikon dari leburan
akan mennempel di batang umpan dan membeku sebagai satu kristal
besar silikon. Suhu proses berkisar antara 1000-1200 derajat Celsius,
yakni suhu di mana silikon dapat melebur/meleleh/mencair. Silikon yang
telah membeku ini akhirnya dipotong-potong menghasilkan wafer
dengan ketebalan sekitar 2 milimeter.

Gambar 1.13

Wafer Silikon yang dihasilkan

Gambar 1.14 Sel Surya yang menggunakan bahan dasar silikon monokristal

17

b. Wafer silikon jenis polikristal.


Wafer silikon monokristal relatif jauh lebih sulit dibuat dan lebih
mahal. Silikon monokristal inilah yang digunakan untuk bahan dasar
semikonduktor pada mikrochip, prosesor, transistor, memori dan
sebagainya. Keadaannya yang monokristal (mengandung hanya satu
kristal tunggal) membuat silikon monokristal nyaris tanpa cacat dan
sangat baik tingkat hantar listrik dan panasnya. Sel surya akan bekerja
dengan sangat baik dengan tingkat efisiensi yang tinggi jika
menggunakan silikon jenis ini.
Namun demikian, perlu diingat bahwa isu besar sel surya ialah bagaimana
menurunkan harga yang masih jauh dari jangkauan masyarakat. Penggunaan
silikon monokristal jelas akan melonjakkan harga sel surya yang akhirnya justru
kontraprduktif. Komunitas industri dan peneliti sel surya akhirnya berpaling ke
jenis silikon yang lain yang lebih murah, lebih mudah dibuat, meski agak sedikit
mengorbankan tingkat efisiensinya. Saat ini, baik silikon monokristal maupun
polikristal sama sama banyak digunakan oleh masyarakat.

18

Gambar 1.15

Gambar 1.16

Contoh aktifitas Peleburan Material

Sel Surya Berbahan Baku Silikon Polikristal

Pembuatan silikon polikristal pada intinya sama dengan mengecor logam


(lihat Gambar di bawah). Semiconductor grade silicon dimasukkan ke dalam
sebuah tungku atau tanur bersuhu tinggi hingga melebur/meleleh. Leburan silikon
ini akhirnya dimasukkan ke dalam cetakan cor dan selanjutnya dibiarkan
membeku. Persis seperti pengecoran besi, aluminium, tembaga maupun logam
lainnya. Silikon yang beku kemudian dipotong-potong menjadi berukuran 5 x 5
atau 10 x 10 cm persegi dengan ketebalan kira-kira 2 mm untuk digunakan

19

sebagai sel surya.

Proses pembuatan silikon polikristal dengan cara ini

merupakan proses yang paling banyak dilakukan karena sangat efektif baik dari
segi ekonomis maupun teknis.
Prinsip Kerja Sel Surya Konvensional Silikon
Prinsip kerja sel surya silikon adalah berdasarkan konsep semikonduktir pn junction. Selterdiri dari lapisan semikonduktor doping-n dan doping-p yang
membentuk p-n junction,lapisan antirefleksi, dan substrat logam sebagai tempat
mengalirnya arus dari lapisan tipe-n (elektron) dan tipe-p (hole).

Semikonduktor tipe-n didapat dengan mendoping silikon dengan unsur


dari golongan Vsehingga terdapat kelebihan elektron valensi dibanding atom
sekitar. Pada sisi lainsemikonduktor tipe-p didapat dengan doping oleh golongan
III sehingga elektronvalensinya defisit satu dibanding atom sekitar.
Ketika dua tipe material tersebutmengalami kontak maka kelebihan
elektron dari tipe-n berdifusi pada tipe-p. Sehinggaarea doping-n akan bermuatan
positif sedangkan area doping-p akan bermuatan negatif.Medan elektrik yan
terjadi antara keduanya mendorong elektron kembali ke daerah-n danhole ke
daerah-p. Pada proses ini terlah terbentuk p-n junction.
Dengan menambahkankontak logam pada area p dan n maka telah
terbentuk dioda.

20

Ketika junction disinari, photon yang mempunyai energi sama atau lebih
besar dari lebarpita energi materia tersebut akan menyebabkan eksitasi elektron
dari pita valensi ke pitakonduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi.
Elektron dan hole ini dapatbergerak dalam material sehingga menghasilkan
pasangan elektron-hole. Apabiladitempatkan hambatan pada terminal sel surya,
maka elektron dari area-n akan kembalike area-p sehingga menyebabkan
perbedaan potensial dan arus akan mengalir.

21

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Balza. 2006. Diktat Mata Kuliah Elektonika Optik. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Fauset, Laurene. 2000. Fundamental of Neural Network. Prentice Hall.
Kusumadewi, Sri. 2003. Solar Cells (Teknik dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Siler, William and J. Buckley, James. 2005. Fuzzy Expert System and Fuzzy
Reasoning. Wiley-Interscience.
http://rehulina.wordpress.com/2009/08/05/pengertian-photovoltaic/
http://id.wikipedia.org/wiki/Photovoltaic-crystal-line-silicon/
http://socs.binus.ac.id/2012/06/06/mengenal-kecerdasan-buatan-kini-dan-akandatang/

22

Anda mungkin juga menyukai