Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP GINGIVITIS

Gingiva ialah bagian dari mukosa mulut yang menutupi mahkota gigi yang tidak
tumbuh dan mengelilingi leher gigi yang sudah tumbuh, berfungsi sebagai struktur penunjang
untuk jaringan di dekatnya. Gingiva dibentuk oleh jaringan berwarna merah muda pucat yang
melekat dengan kokoh pada tulang dan gigi, yang mukosa alveolar menyambung dengan
mukogingival. Dalam istilah awam disebut gusi. Jika jaringan gingiva mengalami inflamasi
maka disebut gingivitis. Gingivitis terjadi karena kesehatan mulut yang tidak memadai yang
biasanya ditandai dengan adanya kemerahan, bengkak dan kecenderungan pendarahan pada
gingival (Manson et.al, 2003)
Penyebab-penyebab lokal terjadinya gingivitis diantaranya deposit plak dan kalkulus
di atas permukaan gigi, makanan yang terselip, gigi yang berlubang, restorasi tepi gigi yang
menggantung, dan tambalan gigi yang tidak pas. Salah satu penelitian eksperimental tentang
gingivitis menunjukkan bahwa akumulasi plak pada gingiva memiliki dampak yang sangat
kuat dalam proses terjadinya gingivitis. Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa
gingivitis dari berbagai tingkat keparahan pada umumnya ditemukanpada anak-anak dan
remaja. Prevalensi gingivitis pada anak-anak meningkat seiring dengan pertambahan usia
hingga mencapai puncak pubertas (Herijulianti, 2009). Di Indonesia, gingivitis menduduki
urutan kedua yaitu mencapai 96,58%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
pada tahun 2007.
Prevalensi penyakit gingivitis di Indonesia cenderung meningkat. Masalah tingginya
angka penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh faktor perilaku masyarakat. Perilaku
masyarakat erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan
gigi dan mulut. Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan ketidaktahuan akan
bahaya penyakit gigi yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan akan menyebabkan
masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi yang ada. Rendahnya tingkat
pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan gigi ini akan memberikan konstribusi terhadap
buruknya status kesehatan gigi masyarakat (Situmorang,2006).
Masalah kesehatan gigi anak menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di
pedesaan maupun perkotaan. Diwilayah perkotaan, prevalensi penyakit periodontal pada anak

meningkat dari 62% menjadi 72% dan. Didaerah pedesaan, prevalensi penyakit periodontal
pada anak meningkat dari 68% menjadi 89% (Priyono dan Hendratini, 2011).
Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat prevalensi penyakit periodontal dan karies
adalah pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil penelitian
Ariefani (2010) tentang perbedaan pengetahuan anak tentang kesehatan gigi antara SMP
perkotaan dan SMP pedesaan di kabupaten Blitar menunjukkan bahwa pengetahuan anak
tentang kesehatan gigi mempunyai perbedaan nilai rata-rata antara SMP perkotaan (90,60)
dengan SMP pedesaan (56,60). Hal ini dikarenakan lokasi kedua SMP tersebut, pelayanan
kesehatan, sikap orang tua, adanya media cetak, elektronik, dan papan sehingga perbedaan itu
terjadi antara SMP perkotaan dan SMP pedesaan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, oleh karena itu berdasarkan pengalaman dan penelitian,
terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih awet daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Isrofah, 2008).
Pengetahuan siswa sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidaknya kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu salah satunya melalui proses
pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi (Nurhidayat, 2012).
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan
mengapa pengetahuan siswa desa tidak berbeda jauh dengan pengetahuan siswa kota,
walaupun tingkat pendidikan di desa masih kurang dibandingkan siswa kota tetapi para siswa
desa dapat mendapatkan pengetahuan dari pendidikan non formal yang ada di lingkungan
mereka (Rahayu, 2005).

Pengetahuan dapat diperoleh dari dari berbagai macam sumber, misalnya media
massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, bahkan kerabat
dekat. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang (Isrofah,
2008).
Pada jaman modernisasi seperti ini masyarakat desa sudah banyak yang mempunyai
radio atau televisi sehingga mereka dapat menerima pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
dari media tersebut. Selain media massa dengan media elektronik, pemberian informasi
melalui penyuluhan juga dapat mempengaruhi pengetahuan siswa. Dari sinilah siswa desa
dapat menambah pengetahuan mereka tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga membuat
tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa desa tidak berbeda jauh dengan tingkat
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa kota (Ariefani, 2010).

KUESIONER PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP GINGIVITIS


No

Pengetahuan
Apakah yang dimaksud dengan penyakit jaringan penyangga
gigi ?

a. Penyakit pada gusi

b. Penyakit jaringan yang menyangga gigi


c. Penyakit pada tulang gigi
d. Tidak Tahu
Apakah tanda-tanda seseorang terkena penyakit jaringan
penyangga gigi ?
a. Bau nafas

b. Gusi kemerahan
c. Gusi bengkak
d. Gusi berdarah
e. Gusi terasa nyeri
f. Tidak Tahu
Apakah yang menyebabkan penyakit jaringan penyangga gigi
?

a. Kuman/ bakteri
b. Sisa makanan yang tersangkut di sela gigi
c. Plak/ kotoran lunak menempel pada gigi
d. Tidak Tahu
Apakah penyakit jaringan penyangga gigi bisa sembuh sendiri
?

1. Tidak tahu
2. Ya
3. Tidak
Apakah yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit
gusi?
a. Sikat gigi secara rutin

b. Kontrol kesehatan gigi secara rutin


c. Menjaga konsumsi makanan
d. Pembersihan karang gigi
e. Berhenti merokok

f.Tidak Tahu
Berapa kali sebaiknya sikat gigi dilakukan dalam sehari ?
a. Tidak tahu
b. < 2 kali

Jawaban

c. 2 kali
Berapa lamakah waktu yang paling baik untuk menggosok
gigi ?

a. Tidak tahu
b. minimal 1 menit
c. minimal 2 menit
Kapan waktu yang tepat untuk menggosok gigi ?

a. Tidak tahu
b. Bersamaan pada waktu mandi
c. Pagi sesudah makan & malam sebelum tidur
Apakah yang dimaksud dengan karang gigi ?
a. Tidak tahu

b. Lubang pada gigi


c. Sisa makanan yang menempel pada gigi
d. Sisa makanan yang menempel dan mengeras pada gigi
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan
berkala setiap .sekali

10

a. Tidak tahu
b. 1 tahun
c. 4- 6 bulan
d. 1-2 bulan

Mengetahui kesehatan gigi dan mulut melalui ?


a. Buku
b. Guru
c.Petugas Puskesmas
11

d. Orang tua
e. Teman
f.Televisi
g.Internet
h.Lainnya.... (Sebutkan)

DAFTAR PUSTAKA
Ariefani RS, 2006. Perbedaan Pengetahuan Anak Tentang Kesehatan Gigi Antara SMP
Perkotaan dan SMP Pedesaan di Kabupaten Blitar. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya.
Herijulianti, 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi,
Jakarta, Buku Kedokteran EGC, h. 24 dan 31-2.
Isrofah, 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak
usia Sekolah di SD Boto 53 9 Kembang Kulonprogo Yogyakarta.
http://journal.unikal.ac.id/index. php/kesehatan/article/view/40. Diakses tanggal 9 November
2015.

Manson, J.D., & Eley, B.M., 2003, Buku Ajar Periodonti Edisi 2, Jakarta, Hipokrates, h. 1240.
Nurhidayat, 2012. Perbandingan Media Power Point Dengan Flip Chart Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. http://journal.umnes.ac.id/sju/in dex.php/ujph.
Diakses tanggal 9 November 2015.
Rahayu, 2005. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Anak Kelas V di SDN Muhammadiyah Wirobrajan Yogyakarta.
http://journal.unikal.ac.id/index. php/kesehatan/article/view/102 . Diakses tanggal 9
November 2015.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Situmorang. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. PT.
Bumi Aksara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai