Anda di halaman 1dari 3

Adapun alur proses produksi Alkil Poliglikosida dengan proses 2 tahap adalah sebagai

berikut :
1. Reaksi Butanolisis
Reaksi butanolisis (glikosidasi) merupakan reaksi antara monosakarida (sumber pati
sagu) dan butanol dengan mengguanakn katalis asam untuk membentuk produk
intermediate butil glikosida. Selama proses reaksi butanolisis terjadi pemisahan air
(H2O). Pemilihan katalis pada proses sintesis APG bertujuan untuk mempercepat /
memperpendek proses sintesis APG. Selain itu juga sangat menentukan keberhasilan
terbentuknya ikatan asetal.
Katalis yang dipilih dalam proses sintesis APG adalah katalis organik asam p-toluena
sulfonat. Katalis asam p-toluena sulfonat bersifat bisa diurai oleh lingkungan, dan
merupakan jenis asam lemah. Penggunaan asam lemah bertujuan untuk menghindari
adanya kemungkinan bereaksi asam dengan menghidrolisa glukosa. Penggunaan asam
lemah ini juga akan memudahkan dalam proses netralisasi. Selain itu asam p-toluena
sulfonat juga bersifat tidak korosif terhadap pipa besi ataupun stainless steel (Hill dkk.,
1997).
2. Reaksi Transasetalisasi
Reaksi transasetalisasi (transglikosidasi) merupakan reaksi antara produk butil
glikosida hasil dari proses butanolisis dengan fatty alcohol / alkohol rantai panjang (C 8C22) dengan katalis asam. Pada proses reaksi transasetalisasi ini, gugus butil pada produk
butil glikosida akan diganti dengan gugus alkil pada alkohol rantai panjang sehingga
membentuk produk Alkil Poliglikosida (APG). Selama proses reaksi transasetalisasi
butanol dan air akan menguap.
Menurut Gibson dkk (2001), penentuan katalis asam yang digunakan dalam proses
sintesis APG menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Katalis pertama (reaksi butanolisis) kira kira 0,7 1,4 % dari berat pati

Katalis kedua (reaksi transasetalisasi) kira kira 25 50 % dari berat katalis yang
pertama.

3. Netralisasi
Tahapan netralisasi bertujuan untuk menghentikan proses tranasetalisasi dengan
menambahkan basa hingga tercapai suasana basa yaitu pada pH sekitar 8-10. Netralisasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara antarra lain dengan penetralan menggunakan
alkali, natrium karbonat, ammonia ataupun dengan menggunakan uap (deacidifikasi).

Netralisasi dengan alkali terutama dengan NaOH sering dilakukan pada industry karena
lebih efisien dan lebih murah (Kertaren, 1986).
Menurut Wuest dkk (1996), jenis basa yang dapat digunakan untuk proses netralisasi
meliputi alkali metal dan aluminium salt. Selain itu juga dapat dari anion dari basa
organik maupun inorganic seperti sodium hidroksida (NaOH), potassium hidroksida,
kalsium hidroksida, alumunium hidroksida dan sebagainya.
Penggunaan larutan sodium hidroksida (NaOH) sangat dianjurkan karena NaOH tidak
bereaksi terhadap alkohol atau produk. Selain itu, proses penambahannya lebih mudah
karena berbentuk larutan dan tidak memerlukan penyaringan untuk menghilangkan
garam yang tebentuk (Wuest dkk., 1996).
4. Distilasi
Tahapan distilasi bertujuan untuk menghilangkan fatty alcohol yang tidak ikut
bereaksi. Proses distilasi ini memerlukan suhu tinggi dan tekanan rendah untuk
memisahkan / menguapkan fatty alcohol yang tidak ikut bereaksi. Proses distilasi ini
dapat dilakukan pada suhu sekitar 140 - 180 C dengan tekanan sekitar 0,1 - 2 mmHg,
tergantung fatty alcohol yang digunakan. Semakin panjang rantai fatty alcohol maka
semakin tinggi suhu dan semakin rendah tekanan yang dibutuhkan.
Pada tahapan destilasi diharapkan memperoleh kandungan fatty alcohol sekecil
mungkin pada produk APG yaitu kurang dari 5 % dari berat produk. Kelebihan fatty
alcohol yang tidak bereaksi pada produk akan mengurangi efektifitas kerja dari surfaktan
APG.
Hasil akhir dari proses distilasi akan diperoleh produk surfaktan APG kasar berbentuk
pasta yang bewarna kecoklatan dan berbau kurang enak. Oleh karena itu perlu dilakuakn
proses pemurnian untuk memperoleh APG yang memiliki penampakan yang lebih baik
dan bau yang tidak terlalu menyengat
5. Pemucatan (Bleaching).
Proses pemucatan (bleaching) merupakan salah satu tahap pemurnian surfaktan APG
yang dilakukan sebagai tahap akhir proses sintesis surfaktan APG. Proses pemucatan
bertujuan untuk membuat penampakan dan bau surfaktan APG yang lebih baik. Proses
pemucatan dilakukan dengan menambahkan larutan H2O2 ditambah air dan NaOH
hingga diperoleh produk dengan pH 8-10. Proses bleaching dilakukan pada suhu 80 90
C selama 30 120 menit pada tekanan normal (Hill dkk, 1997).
Menurit Schmidt (1993), proses pemucatan (bleaching) merupakan suatu tahapan
proses pemurnian surfaktan APG yang bertujuan untuk menghilangkan zat zat yang

tidak disukai dan menghilangkan bau. Dalam proses pemucatan (bleaching) ini, produk
surfaktan APG akan mengalami peningkatan / pencerahan warna dan penstabilan waran
alkil poliglikosida.
Proses pemucatan (bleaching) dapat dilakukan dengan adsorben, bahan kimia,
maupun dengan cara pemanasan. Pemucatan dapat juga dilakukan dengan cara adsorbs
dan chelasi. Adsorbs dilaukan dengan cara mencampur produk dengan sejumlah kecil
adsorben, seperti tanah lempung (fuller earth), lempung aktif (activated clay), dan arang
aktif atau dapat juga mengguankan bahan kimia lainnya, sedangkan chelasi adalah proses
pengikatan ion dengan zat pengkelat seperti asam sitrat dan EDTA (Kertaren, 1986).

Anda mungkin juga menyukai