Anda di halaman 1dari 11

dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 1 dari 11

Pada banyak reaksi:


Ada suatu substansi atau bahan atau zat yang bukan reaktan dan juga bukan produk, tetapi
dapat dan bahkan sangat mempengaruhi kecepatan reaksinya.
Substansi inilah yang dinamakan katalis (atau katalisator).
Berzellius pada tahun 1835 merupakan orang (ilmuwan) yang pertama kali menggunakan
istilah katalis.
Pendefinisian katalis:
Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi (dan
mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun
bukannya tanpa bereaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa
mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi. Peristiwa / fenomena / proses yang
dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis.
Istilah negative catalyst (atau inhibitor) merujuk kepada zat yang berperan menghambat
atau memperlambat berlangsungnya reaksi.
BEBERAPA GAMBARAN TENTANG KATALIS
(1) Katalis berperan mempercepat reaksi (meningkatkan kecepatan/laju reaksi)
(2) Katalis tidak muncul di dalam persamaan stoikiometri reaksi, karena katalis bukanlah reaktan
dan juga bukan produk. Hal berlaku secara umum, kecuali pada kasus reaksi autokatalitik.
Katalis muncul di dalam mekanisme reaksi, serta muncul (secara langsung maupun tidak
langsung) dalam persamaan kecepatan reaksi.
(3) Kuantitas atau banyaknya katalis tidak mengalami perubahan selama reaksi berlangsung.
Kendatipun demikian, seiring dengan berlangsungnya proses, pada kenyataannya katalis dapat
mengalami perubahan sifat-sifat kimia dan fisika secara irreversibel yang mengarah kepada
terjadinya deaktivasi.
(4) Komposisi kimiawi suatu katalis tidak berubah pada akhir reaksi.
(5) Katalis dibutuhkan oleh suatu reaksi dalam kuantitas yang sangat sedikit.
Contoh: 1 gram katalis logam Pt dibutuhkan untuk reaksi penguraian 10
8
liter H
2
O
2
.
(6) Jika lebih dari 1 (satu) reaksi berlangsung secara simultan pada saat yang bersamaan, maka
pada umumnya katalis mempengaruhi arah atau selektivitas atau spesifisitas reaksi.
Artinya, katalis bersifat unik (spesifik); katalis tertentu hanya mempercepat jenis reaksi
tertentu.
(7) Katalis tidak mengubah atau menggeser kesetimbangan reaksi, termasuk semua sifat
termodinamikanya, seperti kecenderungan keberlangsungan reaksi (berdasarkan perubahan
energi bebas Gibbs reaksi, G), besarnya panas reaksi (H), harga tetapan kesetimbangan
reaksi (K), dan konversi maksimum reaksi (Xe) yang dapat dicapai pada kondisi tertentu.
Dengan atau tanpa katalis, sifat-sifat termodinamika reaksi tidak mengalami perubahan.
Katalis hanya berpengaruh terhadap sifat kinetika reaksi.
(8) Katalis tidak memulai berlangsungnya suatu reaksi, tetapi mempengaruhi kecepatan
reaksinya. Katalis hanya mempromosikan reaksi-reaksi yang perubahan energi bebas Gibbs
(G)-nya berharga negatif. Dengan kata lain, katalis tidak mampu mempercepat suatu reaksi,
pada kondisi tertentu, yang secara termodinamika tidak dapat berlangsung.
(9) Katalis hanya mempercepat reaksi untuk mencapai kesetimbangan (Bandingkan 2 grafik
profil konversi reaksi versus waktu reaksi yang diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Reaksi yang menggunakan katalis jauh lebih cepat mencapai kesetimbangan dibandingkan
dengan reaksi tanpa katalis).
DASAR-DASAR
KATALIS & KATALISIS
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 2 dari 11
0 250 500 750 1000 1250 1500
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
tanpa katalis
dengan katalis
konversi kesetimbangan
waktu reaksi (t)
k
o
n
v
e
r
s
i

r
e
a
k
t
a
n

(
X
A
)

Karena tetapan kesetimbangan reaksi (K) yang merupakan perbandingan antara tetapan
kecepatan reaksi ke kanan terhadap tetapan kecepatan reaksi ke kiri tidak mengalami
perubahan, maka katalis bersifat mempercepat reaksi dalam kedua arah. Artinya, katalis
yang mempercepat reaksi ke kanan juga akan mempercepat reaksi ke kiri (reaksi balik).
Contoh: logam baik digunakan sebagai katalis reaksi hidrogenasi dan sekaligus dehidrogenasi.
(10) Katalis mempunyai suhu operasi optimum
(11) Katalis dapat teracuni oleh suatu zat dalam jumlah yang sangat sedikit yang disebut racun
katalis. Contoh:
Reaksi Katalis Racun Katalis
H
2
(g) + O
2
(g) H
2
O (g) Pt CO, H
2
S, CS
2

SO
2
(g) + O
2
(g) SO
3
(g) Pt Senyawa-senyawa Arsen
C
2
H
4
(g) + H
2
(g) C
2
H
6
(g) Cu-Zn CO, Hg
H
2
O
2
(g) H
2
O (g) + O
2
(g) Pt HCN, HgCl
2

(12) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh suatu zat yang disebut pemercepat katalis (promotor).
Contoh: Efisiensi katalis CuO-ZnO yang digunakan untuk mengkatalisis reaksi shift
conversion (CO (g) + H
2
O (g) CO
2
(g) + H
2
(g)) pada proses pembuatan pupuk
urea ditingkatkan melalui penambahan promotor Al
2
O
3
.
(13) Pada reaksi-reaksi tertentu, terdapat salah satu produk reaksi yang dapat berfungsi sebagai
katalis untuk reaksi yang bersangkutan. Zat atau produk reaksi ini disebut autokatalis,
sedangkan reaksinya biasa disebut reaksi autokatalitik. Contoh:
Reaksi Autokatalis
CH
3
COOCH
3
+ H
2
O CH
3
COOH + CH
3
OH CH
3
COOH
2 KMnO
4
+ 5 H
2
C
2
O
4
+ 3 H
2
SO
4

2 MnSO
4
+ K
2
SO
4
+ 8 H
2
O + 10 CO
2

MnSO
4

2 AsH
3
2 As + 3 H
2
As
(14) Katalis yang dapat menghambat atau memperlambat kecepatan reaksi disebut katalis negatif
(atau inhibitor). Contoh:
Reaksi Inhibitor
H
2
+ O
2
H
2
O Yod, CO
H
2
O
2
H
2
O + O
2
Asam encer, gliserol
H
2
SO
3
+ udara H
2
SO
4
Benzenol, SnCl
2

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, katalis mempunyai tiga fungsi katalitik, yakni:
1. Aktivitas
(berkaitan dengan kemampuannya mempercepat reaksi),
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 3 dari 11
2. Selektivitas atau spesifisitas
(berkaitan dengan kemampuannya mengarahkan suatu reaksi), dan
3. Stabilitas atau lifetime
(berkaitan dengan kemampuannya menahan hal-hal yang dapat mengarahkan
terjadinya deaktivasi katalis).
Untuk setiap reaksi yang dikatalisisnya, katalis harus mempunyai aktivitas kimia, selektivitas, dan
stabilitas yang cukup tinggi.
Peningkatan aktivitas tersebut memberikan beberapa keuntungan sbb:
Kecepatan reaksi yang lebih tinggi untuk kondisi operasi yang sama.
Kecepatan reaksi yang sama, tetapi dengan throughput yang lebih tinggi atau ukuran reaktor
yang lebih kecil.
Kecepatan reaksi yang sama pada kondisi yang lebih lunak (berupa suhu atau tekanan operasi
yang lebih rendah), dengan yield meningkat, operasi menjadi lebih mudah, deaktivasi
berkurang, dan selektivitas yang lebih baik.

SEBERAPA BESAR KATALIS DAPAT MEMPERCEPAT REAKSI?
Bisa sampai jutaan kali lipat, bahkan lebih!!!
Ilustrasi:
Reaksi hidrogenasi etilena menjadi etana: C
2
H
4
(g) + H
2
(g) C
2
H
6
(g)
yang dikatalisis oleh katalis oksida Cu-Mg (CuO-MgO)
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa kecepatan reaksi tersebut di atas yang dinyatakan
dalam persamaan kinetika reaksi berorde-satu terhadap tekanan parsial gas H
2
untuk:
Reaksi tanpa katalis (r
tk
) :
2 H
27
tk
p
T R
43000
exp 10 r

=
Reaksi dengan katalis (r
k
) :
2 H
27
k
p
T R
13000
exp 10 x 2 r

=
Dengan membandingkan kecepatan reaksi tanpa dan dengan katalis CuO-MgO pada suhu 600
K, diperoleh:
11
k
tk
10 x 44 , 1 : 1
r
r
=


BAGAIMANA KATALIS DAPAT MEMPERCEPAT REAKSI?
Katalis dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi reaksi.
Energi aktivasi reaksi merupakan banyaknya energi minimum yang dibutuhkan oleh reaksi agar
reaksi dapat berlangsung.
Perhatikan gambar berikut ini (hubungan antara energy of reacting particles versus reaction path
untuk kasus reaksi eksotermik):
Reaction path
E
n
e
r
g
y

o
f

r
e
a
c
t
i
n
g

p
a
r
t
i
c
l
e
s
Reactant
Complex /
intermediates
Product
1
2
Initial
state
Final state
Ea
2
Ea
1
H
r
Different
reaction
path

(Katalis mampu meningkatkan kecepatan reaksi
hingga 10
11
kali lipat!!!)
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 4 dari 11
Keterangan gambar:
Ea
1
energi aktivasi reaksi tanpa katalis
(complex atau intermediates yang mempunyai energi potensial yang tinggi
mengakibatkan kecepatan reaksi yang rendah)
Ea
2
energi aktivasi reaksi dengan katalis
(barrier energy yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis
mengakibatkan kecepatan reaksi yang makin tinggi)
Hr panas reaksi = H reaktan H produk reaksi
Penurunan energi aktivasi reaksi disebabkan oleh terjadinya pembentukan alur atau mekanisme
reaksi yang berbeda (yakni antara reaksi tanpa katalis dan reaksi dengan katalis). Bahkan, untuk
suatu jenis reaksi yang sama, alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk akibat penggunaan suatu
katalis tertentu akan berbeda dengan alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk akibat penggunaan
katalis yang lain. Dengan demikian, katalis hanya bersifat memberikan alternatif.
Berdasarkan teori keadaan-transisi (atau teori kompleks aktif), katalis mampu menurunkan
hambatan energi potensial (potential energy barrier) yang harus dilalui oleh reaktan-reaktan untuk
membentuk produk-produk reaksi.

PENGGOLONGAN KATALIS
# Penggolongan katalis berdasarkan fasenya di dalam sistem reaksi:
(1) Katalis homogen
Yakni jika fase katalis sama dengan fase reaktan dan fase produk reaksi (atau: fase katalis
= fase reaksi). Yang paling umum berupa fase cair, dengan katalis dan reaktan berada
dalam larutan.
Sifat-sifat katalis homogen:
Keunggulan: aktivitas dan selektivitasnya tinggi, tidak mudah teracuni oleh keberadaan
pengotor, mudah dioperasikan, mudah dimodifikasi, mudah untuk
dipelajari.
Kekurangan: sulit dipisahkan dari campuran reaksi, kurang stabil pada suhu tinggi.
Karena alasan-alasan tersebut, katalisis homogen terbatas penggunaannya
di industri, biasanya dalam pembuatan zat kimia khusus, obat-obatan, dan
makanan; kecuali pada produksi asam asetat, proses alkilasi olefin, dan
hidroformilasi.
Contoh katalis homogen:
Reaksi berkatalis homogen, fase gas
CO (g) + O
2
(g) CO
2
(g) katalis: NO (g)
CH
3
CHO (g) CH
4
(g) + CO (g) katalis: uap I
2

Reaksi berkatalis homogen, fase cair
C
12
H
22
O
11
+ H
2
O C
6
H
12
O
6
+ C
6
H
12
O
6
katalis: asam
CH
3
COOC
2
H
5
+ H
2
O CH
3
COOH + C
2
H
5
OH katalis: asam
Proses katalitik pada reaksi berkatalis homogen berlangsung melalui pembentukan
senyawa kompleks dan penyusunan ulang antara molekul-molekul reaktan dengan ligan
katalis.
(2) Katalis heterogen
Yakni jika fase katalis tidak sama dengan fase reaktan dan/atau fase produk reaksi (atau:
fase katalis fase reaksi).
Pada umumnya: fase katalis padatan
fase reaksi gas
Sifat-sifat katalis heterogen: Mudah dipisahkan dari campuran reaksi
Tahan dan stabil terhadap suhu relatif tinggi
Mudah disiapkan dalam bentuk pellet katalis padat
Konstruksinya sederhana
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 5 dari 11
Hingga tahun 1980-an: sekitar 90% katalis yang digunakan di dalam proses industri kimia
berupa katalis heterogen.
Contoh:
Katalis padat Fe untuk Proses Haber pada pembuatan amonia:
N
2
(g) + 3 H
2
(g) 2 NH
3
(g)
Katalis padat Fe
2
O
3
-BiO
2
untuk oksidasi amonia pada pembuatan asam nitrat:
4 NH
3
(g) + 5 O
2
(g) 4 NO (g) + 6 H
2
O (g)

Katalis padat Ni pada hidrogenasi hidrokarbon:
R
1
CH=CHR
2
(l) + H
2
(g) R
1
CH
2
CH
2
R
2
(l)
(minyak tak jenuh) (lemak jenuh)
Katalis arang (C) pada pembuatan asam khlorida:
H
2
(g) + Cl
2
(g) 2 HCl (g)
# Penggolongan katalis berdasarkan keberadaannya di alam:
(1) Katalis biokimia
Disebut juga enzim. Merupakan senyawa protein berukuran koloid.
Dijumpai dalam sistem biokimia dan makhluk hidup.
Contoh: enzim-enzim dalam sistem pencernaan tubuh manusia
enzim-enzim dalam tumbuhan
Bekerja pada suhu ambient.
Setiap enzim mempunyai suhu optimum (suhu operasi ketika aktivitasnya mencapai
maksimum). Peningkatan suhu di atas suhu optimumnya akan mengakibatkan kerusakan
enzim (denaturasi protein).
(2) Katalis yang dibuat oleh manusia (man-made catalyst)
Bekerja pada suhu relatif tinggi. Sebagian besar berupa katalis padat.
Contoh: Katalis V
2
O
5
untuk reaksi oksidasi SO
2
: SO
2
(g) + O
2
(g) SO
3
(g)
Katalis Fe-base untuk reaksi sintesis amonia: N
2
(g) + 3 H
2
(g) 2 NH
3
(g)
Katalis oksida Cu-Zn untuk reaksi sintesis metanol: CO (g) + 2 H
2
(g) CH
3
OH (g)

KINETIKA REAKSI BERKATALIS HOMOGEN
Proses katalitik pada reaksi berkatalis homogen berlangsung melalui tahap-tahap:
1. Tahap pembentukan senyawa kompleks / intermediates (tahap koordinasi)
2. Tahap penyusunan ulang antara molekul-molekul reaktan dengan ligan katalis (tahap
interaksi ligan), dan
3. Tahap eliminasi produk reaksi
Penentuan persamaan kinetika reaksi berkatalis homogen, berdasarkan mekanismenya, dilakukan
dengan cara yang sama (analog) dengan kinetika reaksi homogen (yang sudah dipelajari dalam
materi perkuliahan sebelumnya), dengan berbantuankan hubungan pendekatan neraca massa
katalis.
Contoh:
Reaksi enzimatik (berkatalis enzim) fase cair: A P .... (*)
yang berlangsung dalam reaktor batch isotermal bervolume-tetap.
Mekanisme reaksi yang diperkirakan terjadi untuk reaksi ini: (i) A + E AE
(ii) AE P + E (lambat)
dengan: A reaktan (substrat), P produk reaksi, E enzim
AE zat antara (intermediet) yang merupakan molekul enzim yang terikat pada reaktan
Berdasarkan persamaan (*): r = -r
A
= r
P
.... (**)
E
k
1

k
-1

k
2

dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 6 dari 11
Berdasarkan mekanisme reaksi, tahap (ii) lambat, sehingga tahap (ii) menjadi tahap penentu
kecepatan reaksi: r = r tahap (ii) = r
P
.... (***)
Kecepatan reaksi tahap (ii): r = k
2
[AE] .... (1)
Pendekatan kesetimbangan untuk reaksi tahap (i):
[ ]
[ ] [ ] E A
AE
k
k
K
1
1
= =

.... (2)
Neraca massa katalis: [E
0
] = [E] + [AE] atau: [E] = [E
0
] [AE] .... (3)
dengan: [E
0
] konsentrasi enzim mula-mula
[AE] konsentrasi enzim yang berikatan dengan reaktan A pada saat t
[E] konsentrasi enzim bebas pada saat t
Substitusikan (3) ke (2):
[ ]
[ ] [ ] [ ] ( ) AE E A
AE
K
0

= [AE] = K [A] { [E
0
] [AE] }
[AE] { 1 + K [A] } = K [A] [E
0
]
[ ]
[ ][ ]
[ ] A K 1
A E K
AE
0
+
= .... (4)
Substitusikan (4) ke (1):
[ ] [ ]
[ ] A K 1
A E K k
r
0 2
+
= sehingga:
[ ] [ ]
[ ] A K 1
A E K k
r r r
0 2
P A
+
= = =

KOMPONEN-KOMPONEN KATALIS
Katalis dibentuk dari komponen-komponen yang dapat menunjang sifat katalis yang diharapkan,
seperti aktif, selektif, panjang usia (stabil terhadap gangguan fisika, kimia, termal, dan
mekanik), dan murah.
Khusus untuk katalis heterogen, pada kondisi tertentu dibutuhkan sifat-sifat lain seperti:
konduktivitas termal yang tinggi serta kemampuan menghasilkan distribusi aliran yang merata
dan pressure drop yang rendah di sepanjang unggun (bed).
Untuk memenuhi sifat-sifat tersebut di atas, pada umumnya katalis padat dibentuk dari tiga
komponen utama sebagai berikut :
1. Komponen (atau fasa) aktif
Fungsi: aktivitas kimia, mengemban fungsi utama katalis untuk mempercepat dan
mengarahkan reaksi.
Pengelompokan fasa aktif katalis disajikan dalam tabel berikut:
Kelompok
Fasa Aktif
Konduktor
logam
Semikonduktor
oksida atau sulfida
logam
Insulator garam
dan padatan
berpusat asam
Tipe Reaksi Redoks Redoks Asam-basa
Kelompok
Reaksi yang
Sesuai
Hidrogenasi,
dehidrogenasi,
hidrogenolisis,
oksidasi, reduksi
Oksidasi, reduksi
dehidrogenasi,
siklisasi, hidrogenasi
Polimerisasi, isomerisasi,
perengkahan (cracking),
dehidrasi, alkilasi,
perpindahan hidrogen,
halogenisasi, dehalogenisasi
Contoh
Fe, Co, Ni,
Rh, Pt, Pd,
Ru, Cu, Ag, Os
CuO, AgO, NiO,
Fe
3
O
4
, Cr
2
O
3
, MoO
3
,
WO
3
, CoO3, V
2
O
5
,
TiO
2
, ZnO, CdO
Lempung alam, SiO
2
, Al
2
O
3
,
SiO
2
-Al
2
O
3
, zeolit
Faktor yang
Berpengaruh
Geometri Elektronik Keasaman katalis
2. Penyangga (support atau carrier)
Fungsi: luas permukaan yang tinggi, porositas, sifat-sifat mekanik, kestabilan, aktivitas
fungsional ganda, modifikasi komponen aktif.
Jenis: oksida dengan melting point tinggi, tanah liat, karbon.
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 7 dari 11
3. Promotor
Fungsi pada komponen aktif: elektronik, morfologi, poisoning.
Fungsi pada penyangga: struktural, inhibisi aktivitas, promosi aktivitas.
DEAKTIVASI KATALIS
Seiring dengan berlangsungnya proses, katalis dapat mengalami perubahan sifat kimia dan fisika
secara reversibel maupun ireversibel yang mengarah kepada terjadinya penurunan (atau
kehilangan) aktivitasnya. Semua katalis akan mengalami penurunan (atau kehilangan) aktivitasnya
sepanjang waktu penggunaan (time on stream, TOS). Peristiwa inilah yang dinamakan deaktivasi.
Deaktivasi reversibel bersifat sementara, sehingga katalis dapat diaktifkan kembali dan
diregenerasi; sedangkan deaktivasi ireversibel bersifat permanen, sehingga harus dilakukan
penggantian katalis baru.
Proses deaktivasi dapat berlangsung:
sangat cepat, seperti pada katalis-katalis perengkahan (cracking) hidrokarbon, atau
sangat lambat, seperti pada katalis besi promoted untuk reaksi sintesis amonia, yang dapat
digunakan selama beberapa tahun tanpa kehilangan aktivitas secara berarti (signifikan).
Deaktivasi katalis dapat mempengaruhi kinerja reaktor. Penurunan jumlah active sites katalis dapat
menurunkan aktivitas katalitiknya. Katalis yang telah terdeaktivasi harus diregenerasi atau bahkan
diganti secara periodik. Dengan mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan deaktivasi,
bagaimana deaktivasi dapat mempengaruhi performa katalis, bagaimana mencegah terjadinya
deaktivasi, serta bagaimana meregenerasi katalis yang telah terdeaktivasi, maka persoalan deaktivasi
ini dapat diminimasi.
Ada 3 macam penyebab deaktivasi secara garis besar, yakni:
fouling (pengerakan),
poisoning (peracunan), dan
sintering.

# FOULING (PENGERAKAN)
Deaktivasi katalis akibat pengerakan pada umumnya berlangsung cepat.
Pengerakan terjadi jika ada zat-zat dalam reaktor (bisa reaktan, produk, atau intermediet)
terdeposit di atas permukaan katalis dan menutup pori-pori (atau active sites) katalis
secara fisik.
Karbon (coke/kokas) merupakan bentuk kerak yang paling umum, dan proses pembentukannya
dinamakan coking. Misalnya, pembentukan coke (C) pada reaksi perengkahan hidrokarbon
dengan katalis silika-alumina: C
10
H
22
C
5
H
12
+ C
4
H
10
+ C(s)
Bentuk coke yang terbentuk bergantung kepada jenis katalis, suhu, dan tekanan parsial senyawa-
senyawa karbonnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimasi coking:
# mengoperasikan reaktor dengan waktu tinggal yang singkat
# menambahkan hidrogen ke dalam aliran proses, untuk mengkonversi karbon (fase gas)
menjadi metana
# meminimasi suhu upstream dari unggun (bed) katalis, karena karbon (fase gas) kurang
mudah terbentuk pada suhu rendah.

# POISONING (PERACUNAN)
Deaktivasi katalis akibat peracunan pada umumnya berlangsung lambat.
Peracunan disebabkan oleh adsorpsi kimia (chemisorption) zat-zat dalam aliran proses. Zat-
zat ini kemudian menutup atau memodifikasi active sites pada katalis. Racun dapat
menyebabkan perubahan morfologi permukaan katalis, baik melalui rekonstruksi permukaan
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 8 dari 11
maupun relaksasi permukaan, atau memodifikasi ikatan antara katalis logam dengan support-
nya.
Zat yang bisa menjadi racun pada umumnya adalah pengotor (impurity) dalam aliran umpan,
namun produk dari reaksi yang diinginkan pun bisa berperan sebagai racun.
Ada 3 jenis utama racun, yaitu:
1) Molekul-molekul dengan heteroatom yang reaktif (misal: sulfur)
2) Molekul-molekul dengan ikatan kompleks antar atom (misal: hidrokarbon tak jenuh)
3) Senyawa-senyawa logam atau ion-ion logam (misal: Hg, Pd, Bi, Sn, Cu, Fe)
Toksisitas sebuah racun P ditentukan oleh besarnya perubahan entalpi adsorpsi racun P dan
perubahan energi bebas proses adsorpsi, yang menentukan besarnya konstanta kesetimbangan
adsorpsi kimia oleh racun P (K
P
). Fraksi permukaan katalis yang tertutupi oleh racun P yang
teradsorp secara reversibel (
P
) dapat dihitung menggunakan isoterm adsorpsi Langmuir:

P P A A
P P
P
p K p K 1
p K
+ +
=
dengan: K
A
konstanta kesetimbangan adsorpsi reaktan A
K
P
konstanta kesetimbangan adsorpsi racun P
p
A
tekanan parsial reaktan A
p
P
tekanan parsial racun P
Aktivitas katalis yang tersisa sebanding dengan fraksi permukaan katalis yang tidak tertutupi
oleh racun (yaitu sebesar 1-
P
).
Ikatan antara racun dengan katalis (atau support katalis) dapat berlangsung lemah atau kuat.
Jika ikatannya kuat, peracunan akan mengakibatkan terjadinya deaktivasi yang ireversibel.
Namun jika ikatannya sangat lemah, deaktivasi katalis yang teramati dapat dibalikkan dengan
cara mengeliminasi (menghilangkan) pengotor (racun) dari aliran umpan.
Racun katalis dapat dihilangkan dengan cara:
Pemisahan secara fisik, atau
Treatment kimia, untuk mengkonversi zat racun menjadi senyawa-senyawa yang
nontoksik, yaitu dengan oksidasi (untuk jenis racun 1)) dan hidrogenasi (untuk jenis
racun 2)).
Jika produk reaksi dapat berperan sebagai racun, maka reaktor harus dioperasikan pada tingkat
konversi yang rendah, dan/atau memisahkan produk tersebut secara selektif pada tahap
intermediet (untuk jenis reaktor multitahap).

# SINTERING
Deaktivasi katalis akibat sintering disebabkan oleh pertumbuhan atau aglomerasi kristal yang
akan mengubah struktur kimia katalis atau support-nya. Structural rearrangement yang teramati
selama sintering mengakibatkan penurunan luas permukaan katalis, dan karenanya,
mengakibatkan penurunan banyaknya active sites katalis secara ireversibel.
Pada umumnya sintering berlangsung jika suhu lokal katalis melampaui sepertiga hingga
setengah dari suhu leleh (melting-point, T
m
)-nya. Batas atas suhu (yaitu T
m
) diterapkan pada
kondisi kering, sedangkan batas bawah suhu (yaitu 1/3 T
m
) diterapkan jika ada
steam/kukus/uap dalam aliran proses. Hal ini dikarenakan steam memudahkan terjadinya
reorganisasi beberapa logam, alumina, dan silika.
Berikut adalah daftar beberapa katalis logam dengan suhu sintering-nya.
Logam Suhu sintering (=1/3 T
m
) [=]
o
C
Cu 360
Fe 500
Ni 500
Pt 570
Pd 500
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 9 dari 11
Untuk mencegah terjadinya sintering (dan/atau proses aglomerasi kristal), katalis biasanya
dimodifikasi melalui penambahan komponen stabilizer yang mempunyai titik leleh tinggi.
Beberapa contoh:
Chromia, alumina, dan magnesia (yang mempunyai titik leleh tinggi) sering kali
ditambahkan sebagai stabilizer pada katalis logam.
Sintering platinum dapat dicegah dengan menambahkan sejumlah kecil senyawa-
senyawa terklorinasi ke dalam aliran gas. Dalam hal ini, klorin berperan meningkatkan
energi aktivasi proses sintering, sehingga kecepatan sintering menjadi turun.

KECEPATAN DEAKTIVASI KATALIS
Aktivitas katalis setiap saat (a) dapat didefinisikan sebagai:

baru katalis dengan katalitik reaksi tan kecepa
saat setiap katalitik reaksi tan kecepa
a =
atau:
' r
' r
a
0 A
A

=
Karena:
n
A 0 A
C ' k ' r = maka: a . C '. k ' r
n
A A
=
Kecepatan deaktivasi dapat dinyatakan sebagai:
d m
i d
a . C . k
dt
da
=
Keterangan:
k konstanta kecepatan reaksi
C
A
konsentrasi reaktan A
n orde reaksi (terhadap konsentrasi reaktan A)
k
d
konstanta kecepatan deaktivasi
C
i
konsentrasi racun (penyebab deaktivasi)
m orde reaksi (terhadap konsentrasi racun)
d orde deaktivasi

Kecepatan deaktivasi untuk beberapa jenis deaktivasi
berdasarkan mekanismenya:
(1) Deaktivasi paralel, yaitu jika salah satu produk yang terbentuk dari sistem reaksi paralel
(competitive) berperan sebagai racun katalis (P)
A B + P atau: A B dan A P
Kecepatan deaktivasinya:
d m
A d
a . C . k
dt
da
=
(2) Deaktivasi seri, yaitu jika salah satu produk yang terbentuk dari sistem reaksi seri berperan
sebagai racun katalis (P)
A B P
Kecepatan deaktivasinya:
d m
B d
a . C . k
dt
da
=
(3) Deaktivasi samping (side by side), yaitu jika salah satu produk yang terbentuk dari sistem
reaksi paralel (non-competitive atau side by side) berperan sebagai racun katalis (P)
A B dan C P
Kecepatan deaktivasinya:
d m
C d
a . C . k
dt
da
=
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 10 dari 11
(4) Deaktivasi independent, yaitu jika deaktivasi bukan disebabkan oleh racun, melainkan oleh
suhu atau tekanan tinggi. Deaktivasi ini mengakibatkan katalis mengalami perubahan struktur
atau perubahan komposisi kimiawinya.
Kecepatan deaktivasinya:
d
d
a . k
dt
da
=

REGENERASI KATALIS
Aktivitas katalis yang telah terdeaktivasi dapat dipulihkan kembali, secara parsial maupun
sempurna, melalui treatment kimia. Proses regenerasi yang berlangsung lambat dapat
disebabkan oleh meningkatnya batasan termodinamika atau tahanan difusi akibat
menutupnya pori-pori katalis. Peningkatan tahanan difusi ini akan menurunkan effectiveness
factor katalis.
Meskipun kecepatan desorpsi pada umumnya meningkat pada suhu tinggi, namun
pengontakan katalis dengan aliran gas bersuhu tinggi untuk jangka waktu lama dapat
memicu terjadinya sintering dan hilangnya aktivitas katalis secara ireversibel. Deaktivasi
katalis karena peracunan dan pengerakan akan berlangsung ireversibel, jika zat-zat penyebab
deaktivasi tersebut tidak dapat digasifikasi pada suhu di bawah suhu sintering-nya.

Contoh-contoh kasus regenerasi katalis:
(1) Untuk katalis yang teracuni oleh sulfur, ikatan logam-sulfur biasanya diputuskan dengan
menambahkan steam. Contohnya, pada katalis logam nikel:
Ni-S + H
2
O NiO + H
2
S (i)
H
2
S + 2 H
2
O SO
2
+ 3 H
2
(ii)
Kesetimbangan reaksi (ii) yang menggeser H
2
S dicapai pada suhu yang sangat tinggi
(>700
o
C). Artinya, sintering katalis menjadi persoalan (karena suhu sintering Ni 500
o
C).
Selain itu, SO
2
biasanya merupakan racun untuk beberapa katalis. Jika sintering atau
peracunan oleh SO
2
menghalangi treatment regenerasi dengan steam, maka sulfur yang
terdeposit pada katalis Ni biasanya dipisahkan dengan cara melewatkan aliran gas yang bebas-
sulfur pada katalis, pada suhu-sedang, selama periode waktu tertentu.
(2) Regenerasi katalis yang terdeaktivasi oleh coke biasanya dilakukan dengan proses gasifikasi
menggunakan oksigen, steam, hidrogen, atau karbon dioksida:
C + O
2
CO
2
(iii)
C + H
2
O CO + H
2
(iv)
C + 2 H
2
CH
4
(v)
C + CO
2
2 CO (vi)
Reaksi (iii) berlangsung sangat eksotermik sehingga dapat menghasilkan suhu lokal yang
tinggi di dalam katalis. Oleh karena itu, suhu harus benar-benar dikontrol untuk mencegah
terjadinya sintering.


LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KATALIS
Katalis yang digunakan di dalam sebuah proses (reaksi kimia) di industri selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Penemuan katalis baru (melalui proses research and
development) yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik (atau unggul) biasanya akan menggantikan
katalis yang digunakan sebelumnya. Secara umum, langkah-langkah pengembangan katalis tersebut
dapat diringkas dalam diagram alir berikut ini.
dy/igsb/swm/dasar-dasar katalis dan katalisis/2007/halaman 11 dari 11
PROCESS NEED
New Process
Modification of Old Process
DEFINE PROBLEM /OBJECTIVES
Activity
Selectivity
Deactivation
Regeneration
Cost
Availability
Chemical
Diffusional
Mechanical
CATALYST RESEARCH
Catalyst Properties
Catalyst
Support
Promoters
Preparation
Pretreatment
Pellet form
Catalytic Mechanism
Rate equation
Reactions Steps
Energetics
Adsorption
Mass and heat transfer
CATALYST DESIGN
New
Experimental
Commercial
CATALYST TESTING
Exploratory
Bench reactors
Model reactions
CATALYST PREPARATION
Laboratory methods
Small scale
Preparation parameters
COMMERCIAL MANUFACTURE
Scale-up of procedures
Plant formulations
Large batches
PILOT UNIT TESTING
Real feeds
Process conditions
Process variables
Life-time studies
Scale-up data
PROCESS DESIGN
Process and economic optimization
Plant design

Sumber: Richardson, 1989 (Principles of Catalyst Development)

Anda mungkin juga menyukai