misalnya :
2 KClO3 (g) → 2KCl (s) + 3 O2 (g)
arang
H2 (g) + Cl2 (g) → 2 HCl(g)
Ada beberapa pendapat tentang mekanisme reaksi
katalisis heterogen adalah sebagai berikut:
a. Difusi molekul reaktan ke permukaan katalis
b. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis.
c. Reaksi difusi reaktan pada permukaan katalis.
d. Reaksi dalam lapisan adsorpsi.
e. Desorpsi produk reaksi dari permukaan
katalis.
f. produk keluar dari permukaan katalis
MACAM KATALIS
Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif
(katalisator) yang berfungsi mempercepat reaksi,
dan katalis negatif (inhibitor) yang berfungsi
memperlambat laju reaksi. Katalis positif berperan
menurunkan energi pengaktifan, dan membuat
orientasi molekul sesuai untuk terjadinya
tumbukan. Akibatnya molekul gas yang teradsorpsi
pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif
daripada molekul gas yang tidak terabsorbsi.
Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen,
yang banyak dimanfaatkan untuk mengkatalisis
reaksi-reaksi gas.
Katalis mempunyai tiga fungsi katalitik:
1.Aktivitas
Merupakan kemampuan katalis untuk
memberikan produk reaksi yang diinginkan
(dalam jumlah tinggi) dari sekian banyak produk
yang mungkin dihasilkan. Produk yang diinginkan
tadi sering disebut sebagai yield sedangkan
banyaknya bahan baku yang berhasil diubah
menjadi aneka produk dikatakan sebagai
konversi.
Yield = %selektifitas x konversi
Kelemahan katalis
Di industri kimia, masalah terutama berkaitan
dengan :
1.Pemisahan (separation),
Problem pemisahan katalis dari zat pereaksi
maupun produk lebih sering ditemui pada sistem
katalis homogen. Karena katalis homogen larut
dalam campuran, pemisahan tidak cukup
dilakukan dengan penyaringan atau dekantasi.
Teknik yang umum digunakan adalah destilasi
atau ekstraksi produk dari campuran, misalnya
katalis asam-basa pada reaksi esterifikasi
biodiesel dipisahkan dengan ekstraksi untuk
kemudian campuran sisa reaktan-katalis yang
tertinggal dialirkan lagi menuju bejana reaksi.
Namun demikian, ada beberapa katalis istimewa
dari senyawa komplek logam yang didesain
sedemikian rupa sehingga bisa terpisah atau
mengendap setelah reaksi tuntas. Kasus
pemisahan untuk katalis heterogen lebih mudah
ditanggulangi karena sudah terpisah dengan
sendirinya tanpa membutuhkan usaha lain.
4.Deaktifasi katalis
Katalis homogen mungkin tidak dapat lagi
digunakan jika mengalami deaktifasi akibat
teracuni atau perubahan struktur akibat proses
ektrim. Katalis heterogen memiliki takdir berbeda.
Sering kali katalis heterogen harus diaktifasi dulu
sebelum siap digunakan, misalnya dengan jalan
direduksi atau dioksidasi. Setelah mengalami
proses reaksi berkali-kali, “kereaktifan katalis
tersebut pelan-pelan menurun akibat
perubahan mikrostruktur maupun kimianya,
misal terjadi penggumpalan (clustering),
migrasi partikel aktif membentuk kristal baru
(sintering), oksidasi, karbonisasi, maupun
teracuni (poisoned) . Untuk mengembalikan
”
DEAKTIVASI KATALIS
Seiring dengan berlangsungnya proses, katalis
dapat mengalami perubahan sifat kimia dan fisika
secara reversibel maupun ireversibel yang
mengarah kepada terjadinya penurunan (atau
kehilangan) aktivitasnya. Semua katalis akan
mengalami penurunan (atau kehilangan)
aktivitasnya sepanjang waktu penggunaan (time on
stream, TOS). Peristiwa inilah yang dinamakan
deaktivasi. Deaktivasi reversibel bersifat
sementara, sehingga katalis dapat diaktifkan
kembali dan diregenerasi; sedangkan deaktivasi
ireversibel bersifat permanen, sehingga harus
dilakukan penggantian katalis baru.
Beberapa contoh:
1.Chromia, alumina, dan magnesia (yang
mempunyai titik leleh tinggi) sering kali
ditambahkan sebagai stabilizer pada katalis
logam.
2.Sintering platinum dapat dicegah dengan
menambahkan sejumlah kecil senyawa
senyawa terklorinasi ke dalam aliran gas.
Dalam hal ini, klorin berperan meningkatkan
energi aktivasi proses sintering, sehingga
kecepatan sintering menjadi turun.
REGENERASI KATALIS
Aktivitas katalis yang telah terdeaktivasi dapat
dipulihkan kembali, secara parsial maupun
sempurna, melalui treatment kimia. Proses
regenerasi yang berlangsung lambat dapat
disebabkan oleh meningkatnya batasan
termodinamika atau tahanan difusi akibat
menutupnya pori-pori katalis. Peningkatan tahanan
difusi ini akan menurunkan effectiveness Factor
katalis.
Meskipun kecepatan desorpsi pada umumnya
meningkat pada suhu tinggi, namun pengontakan
katalis dengan aliran gas bersuhu tinggi untuk
jangka waktu lama dapat memicu terjadinya
sintering dan hilangnya aktivitas katalis secara
ireversibel. Deaktivasi katalis karena peracunan
dan pengerakan akan berlangsung ireversibel, jika
zat-zat penyebab deaktivasi tersebut tidak dapat
digasifikasi pada suhu di bawah suhu sintering-nya.
C + O2 → CO2 … (iii)
C + H2O → CO + H2 … (iv)
C + 2 H2 → CH4 … (v)
C + CO2 → 2 CO … (vi)
Reaksi (iii) berlangsung sangat eksotermik
sehingga dapat menghasilkan suhu lokal yang
tinggi di dalam katalis. Oleh karena itu, suhu harus
benar-benar dikontrol untuk mencegah terjadinya
sintering.