Anda di halaman 1dari 56

Hendrini Pujiastuti,ST.MT.

KATALIS
• Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempengaruhi laju
reaksi dan mengarahkan reaksi , tanpa terkonsumsi dalam
reaksi.

• Contoh beberapa jenis reaksi yang menggunakan katalis :


 Reaksi oksidasi
Katalis yang umum digunakan : Cu, Ag, Ni, dan V2O5

 Reaksi hidrogenasi dan dehidrogenasi


Katalis yang umum digunakan : Co, Pt, Ni, dan Cr2O3
KATALIS
• Kuantitas atau banyaknya katalis tidak mengalami perubahan
selama reaksi berlangsung . Namun seiring dengan
berlangsungnya proses , katalis dapat mengalami perubahan
sifat –sifat kimia dan fisika yang mengarah kepada terjadinya
deaktivasi.

• Katalis tidak dapat mengubah kesetimbangan kimia, hanya


mengubah laju reaksinya.
KATALIS
• Katalis tidak muncul di dalam persamaan stoikiometri reaksi,
karena katalis bukanlah reaktan dan juga bukan produk ,
kecuali pada reaksi autokatalitik.

• Komposisi kimiawi suatu katalis tidak berubah pada akhir


reaksi.

• Jika lebih dari satu reaksi berlangsung secara simultan pada


saat yang bersamaan, maka pada umumnya katalis
mempengaruhi arah atau selektivitas reaksi. Katalis tertentu,
hanya mempercepat jenis reaksi tertentu. (katalis bersifat unik
/ spesifik)
KATALIS

• Katalis tidak memulai berlangsungnya suatu reaksi, tetapi


mempengaruhi laju reaksinya.

• Katalis tidak mengubah atau menggeser kesetimbangan


reaksi, termasuk semua sifat termodinamikanya.

• Katalis hanya mempercepat reaksi untuk mencapai


kesetimbangan. Katalis bersifat mempercepat reaksi dalam ke
dua arah. Artinya, katalis yang mempercepat reaksi ke kanan,
juga akan mempercepat reaksi ke kiri.
Beberapa tipe katalis berdasarkan bentuk pori dan
morfologinya :
• Porous ; permukaan katalis sangat luas karena bentuknya yang
berpori.

• Molecular Sieve ; ukuran pori tertentu (kecil), sehingga selektif


terhadap molekul reaktan tertentu.

• Monolithic ; katalis nonporous dan umumnya digunakan pada


proses yang mempertimbangkan hal perpindahan panas.

• Supported ; active material terdispersi pada support.

• Unsupported ; katalis tanpa supprt, keaktifan active material


dapat ditingkatkan dengan menambah sedikit zat yang disebut
promotor.
 Katalis yang dapat menghambat atau memperlambat laju
reaksi disebut katalis negatif (atau inhibitor).
Contoh:

 Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh suatu zat yang


disebut pemercepat katalis (promotor).

Contoh: Efisiensi katalis CuO-ZnO yang digunakan untuk


mengkatalisis reaksi shift conversion (CO (g) + H2O (g) ↔
CO2 (g) + H2 (g)) pada proses pembuatan pupuk urea
ditingkatkan melalui penambahan promotor Al2O3.
 Pada reaksi-reaksi tertentu, terdapat salah satu
produk reaksi yang dapat berfungsi sebagai katalis
untuk reaksi yang bersangkutan. Zat atau produk
reaksi ini disebut autokatalis, sedangkan
reaksinya biasa disebut reaksi autokatalitik.
Contoh:
 Katalis dapat teracuni oleh suatu zat dalam
jumlah yang sangat sedikit yang disebut racun
katalis.
Contoh:
Komponen‐Komponen Katalis
Komponen Aktif (Active
Agents)
• Komponen aktif merupakan komponen katalis yang
bertanggungjawab terhadap reaksi kimia yang utama.

• Pemilihan komponen aktif adalah tahap pertama dalam


mendesign katalis.
Penyangga (Support)
• Fungsi yang paling penting adalah menjaga agar luas
permukaan komponen aktif tetap besar.
• Peran penyangga menjadi sangat penting dimana logam aktif
(Pt) didispersikan di permukaan penyangga.
• Penyangga sendiri harus tahan terhadap perubahan termal,
sehingga seharusnya mempunyai titik leleh di atas komponen
aktif
• Penyangga dengan luas permukaan yang besar antara lain:
γ‐alumina, SiO2, karbon aktif, diatomaceous clay, dan
SiO2‐Al2O3
Oksida dengan titik leleh tinggi
sebagai penyangga katalis
Promotor
• Tujuan pemberian promotor ini adalah untuk menghasilkan
aktifitas, selektifitas, dan efek stabilitas yang diinginkan.

• Promotor didesain untuk membantu penyangga atau


komponen aktif.

• Salah satu peran penting dari promotor adalah dalam


pengendalian stabilitas katalis.

• Beberapa kasus lain, promotor ditambahkan ke dalam


struktur katalis atau penyangga untuk menghambat
mekanisme reaksi tertentu yang tidak diinginkan, seperti
pembentukan karbon (coke).
PENGGOLONGAN KATALIS BERDASARKAN FASENYA

1. Katalis Homogen

Jika fase katalis sama dengan fase reaktan dan


fase produk reaksi.

Sifat-sifat katalis homogen :


 aktivitas dan selektivitasnya tinggi
 tidak mudah teracuni oleh
keberadaan pengotor
 sulit dipisahkan dari campuran
reaksi
 kurang stabil pada suhu tinggi.
PENGGOLONGAN KATALIS BERDASARKAN FASENYA

Contoh :

Reaksi berkatalis homogen, fase gas


CO (g) + ½ O2 (g) → CO2 (g) katalis: NO (g)
CH3CHO (g) → CH4 (g) + CO (g) katalis: uap I2

Reaksi berkatalis homogen, fase cair


C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6 katalis: asam
CH3COOC2H5 + H2O → CH3COOH + C2H5OH katalis: asam
PENGGOLONGAN KATALIS BERDASARKAN FASENYA

2. Katalis Heterogen

Jika fase katalis tidak sama dengan fase reaktan dan fase
produk reaksi.

Sifat-sifat katalis heterogen :


 Mudah dipisahkan dari campuran reaksi
 Tahan dan stabil terhadap suhu relatif tinggi
 Mudah disiapkan dalam bentuk pellet katalis padat
 Konstruksinya sederhana

Contoh :
Katalis padat Fe untuk Proses Haber pada pembuatan
amonia:
N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g)
Katalis padat Fe2O3-BiO2 untuk oksidasi amonia pada
pembuatan asam nitrat:
4 NH3 (g) + 5 O2 (g) ↔ 4 NO (g) + 6 H2O (g)
DEAKTIVASI KATALIS

 Katalis akan mengalami penurunan (atau kehilangan)


aktivitasnya sepanjang waktu penggunaan. Peristiwa inilah
yang dinamakan deaktivasi.

Deaktivasi reversibel bersifat sementara, sehingga


katalis dapat diaktifkan kembali dan diregenerasi; sedangkan
deaktivasi ireversibel bersifat permanen, sehingga harus
dilakukan penggantian katalis baru.

Proses deaktivasi dapat berlangsung:


• sangat cepat, seperti pada katalis-katalis
perengkahan (cracking) hidrokarbon
• sangat lambat, seperti pada katalis besi promoted
untuk reaksi sintesis amonia, yang dapat digunakan
selama beberapa tahun tanpa kehilangan aktivitas secara
berarti .
PENYEBAB DEAKTIVASI

1.FOULING (PENGERAKAN)

 Deaktivasi katalis akibat pengerakan pada umumnya berlangsung cepat.

 Pengerakan terjadi jika ada zat-zat dalam reaktor (bisa reaktan, produk,
atau intermediet) terdeposit di atas permukaan katalis dan menutup pori-pori
(atau active sites) katalis secara fisik.

 Karbon (coke/kokas) merupakan bentuk kerak yang paling umum, dan


proses pembentukannya dinamakan coking. Misalnya, pembentukan coke (C)
pada reaksi perengkahan hidrokarbon dengan katalis silika-alumina:
C10H22 → C5H12 + C4H10 + C(s)

 Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimasi coking:


# mengoperasikan reaktor dengan waktu tinggal yang singkat
# menambahkan hidrogen ke dalam aliran proses, untuk
mengkonversi karbon (fase gas) menjadi metana
# meminimasi suhu upstream dari unggun (bed) katalis, karena
karbon (fase gas) kurang mudah terbentuk pada suhu rendah.
2. POISONING (PERACUNAN)

 Deaktivasi katalis akibat peracunan pada umumnya berlangsung lambat.

 Peracunan disebabkan oleh adsorpsi kimia (chemisorption) zat-zat dalam


aliran proses. Zat-zat ini kemudian menutup atau memodifikasi active sites
pada katalis.

Ikatan antara racun dengan katalis (atau support katalis) dapat


berlangsung lemah atau kuat.Jika ikatannya kuat, peracunan akan
mengakibatkan terjadinya deaktivasi yang ireversibel.Namun jika ikatannya
sangat lemah, deaktivasi katalis yang teramati dapat dibalikkan dengan cara
mengeliminasi (menghilangkan) pengotor (racun) dari aliran umpan.

Racun katalis dapat dihilangkan dengan cara:


 Pemisahan secara fisik, atau
 Treatment kimia, untuk mengkonversi zat racun menjadi
senyawa-senyawa yang nontoksik, yaitu dengan oksidasi dan
hidrogenasi.

Jika produk reaksi dapat berperan sebagai racun, maka reaktor harus
dioperasikan pada tingkat konversi yang rendah, dan/atau memisahkan
produk tersebut secara selektif pada tahap intermediet (untuk jenis reaktor
multitahap).
3. SINTERING

 Deaktivasi katalis akibat sintering disebabkan oleh pertumbuhan kristal


yang akan mengubah struktur kimia katalis atau support-nya.

Structural rearrangement yang teramati selama sintering mengakibatkan


penurunan luas permukaan katalis, dan karenanya, mengakibatkan penurunan
banyaknya active sites katalis secara ireversibel.

 Pada umumnya sintering berlangsung jika suhu lokal katalis melampaui


sepertiga hingga setengah dari suhu leleh (melting-point, Tm)-nya.

Berikut adalah daftar beberapa katalis logam dengan suhu sintering-nya.


REGENERASI KATALIS
 Aktivitas katalis yang telah terdeaktivasi dapat dipulihkan kembali, secara
parsial maupun sempurna, melalui treatment kimia.

Contoh kasus regenerasi katalis:

Regenerasi katalis yang terdeaktivasi oleh coke biasanya dilakukan dengan


proses gasifikasi menggunakan oksigen, steam, hidrogen, atau karbon
dioksida:

C + O2 → CO2 … (i)
C + H2O → CO + H2 … (ii)
C + 2 H2 → CH4 … (iii)
C + CO2 → 2 CO … (iv)

Reaksi (i) berlangsung sangat eksotermik sehingga dapat menghasilkan


suhu lokal yang tinggi di dalam katalis. Oleh karena itu, suhu harus benar-
benar dikontrol untuk mencegah terjadinya sintering.
BAGAIMANA KATALIS DAPAT MEMPERCEPAT REAKSI ?

 Pada umumnya katalis mempercepat suatu reaksi tertentu


dengan memberikan jalur reaksi yang lain yang mempunyai
tingkat energi aktivasi lebih rendah dibandingkan dengan
apabila reaksi tersebut dijalankan tanpa katalis.

Energi aktivasi reaksi merupakan banyaknya energi


minimum yang dibutuhkan oleh reaksi agar reaksi dapat
berlangsung.
ADSORPSI dan DESORPSI

 Adsorpsi adalah proses menempelnya reaktan pada


permukaan katalis agar terjadi reaksi katalitik.

 Terdapat dua jenis adsorpsi, yaitu :


 Adsorpsi fisik : umumnya eksotermis, panas
adsorpsi = 1 – 15 kcal/gmol; ikatan molekul/atom
reaktan pada permukaan katalis lemah, banyaknya
gas yang teradsorpsi menurun cepat dengan
kenaikan suhu.
 Adsorpsi kimia : umumnya eksotermis, panas
adsorpsi 10 – 100 kcal/gmol, ikatan molekul/atom
reaktan pada permukaan katalis kuat,
mempengaruhi laju reaksi kimia.

 Desorpsi adalah proses kebalikan dari adsorpsi yaitu


proses terlepasnya suatu spesi (biasanya produk) dari
permukaan katalis.
ACTIVE SITE

 Active site adalah suatu titik/daerah pada permukaan


katalis yang dapat membentuk ikatan kimia yang sangat
kuat dengan atom/molekul yang teradsorp.

 Pada umumnya, reaksi cenderung lebih banyak terjadi


pada active site dibandingkan dengan daerah lain pada
katalis.

 Jumlah molekul yang bereaksi pada active site tiap


detiknya disebut dengan turnover frequency, yang
biasanya digunakan sebagai salah satu parameter dalam
kuantifikasi aktivitas katalis.
DIFUSI

 Difusi adalah suatu proses perpindahan suatu zat dari


zona dengan konsentrasi zat yang lebih tinggi ke zona
berkonsentrasi rendah.

 Pada reaksi heterogen dengan katalis berbentuk pelet,


perpindahan massa terjadi akibat adanya :
 Difusi Eksternal, yaitu perpindahan massa dari fasa
bulk menuju ke permukaan eksternal katalis.
 Difusi Internal, yaitu perpindahan massa dari mulut
pori pada permukaan eksternal menuju ke
permukaan internal melalui pori-pori katalis
TAHAP-TAHAP TERKONVERSINYA REAKTAN MENJADI PRODUK
REAKSI

(Untuk Kasus Sistem Reaksi Heterogen Fluida-Padatan, atau Sistem


Reaksi Fase
Fluida: A → P yang Berkatalis Padat)

Tahap-tahap nomor:

1, 2, 6, 7 merupakan proses difusi

(peristiwa fisika)

3, 4, 5 merupakan proses reaksi


kimia

(peristiwa kimia)
1.Perpindahan massa reaktan dari fluida bulk ke antarmuka fluida-padatan
(permukaan luar partikel padatan). Tahap ini biasa disebut sebagai difusi
eksternal reaktan.
2.Perpindahan massa reaktan secara intrapartikel ke dalam partikel
padatan (jika berpori).Tahap ini biasa disebut sebagai difusi internal
reaktan.
3.Adsorpsi reaktan pada sisi-sisi aktif (interior sites) permukaan partikel
padatan (atau katalis padat).
4.Reaksi reaktan-teradsorp menjadi produk-teradsorp di permukaan aktif
padatan (atau katalis padat).
5.Desorpsi produk-teradsorp dari permukaan partikel padatan (atau
katalis padat)
6.Perpindahan massa produk secara intrapartikel dari sisi-sisi dalam ke
permukaan luar partikel padatan (jika berpori). Tahap ini biasa disebut
sebagai difusi internal produk.
7.Perpindahan massa produk dari antarmuka fluida-padatan (permukaan
luar partikelpadatan) ke fluida bulk. Tahap ini biasa disebut sebagai difusi
eksternal produk.
Luas permukaan katalis :
Alumina : 200-300 m2/gr
Silica gel : 250-900 m2/gr
Zeolite : 800-1600 m2/gr
Carbon active : 300-3000 m2/gr

Pemilihan Katalisator

1. Katalisator yang umurnya panjang


2. Harganya lebih murah
3. Mudah/tidaknya diregenerasi
4. Dapat diproduksi dalam jumlah besar
5. Tahan terhadap racun
6. Mempunyai kekuatan fisik yang besar
REACTOR FIXED BED
 Reaktor Fixed bed terdiri dari sebuah selongsong silinder berisi
sejumlah pelet katalis.

 Nama lain dari reaktor ini adalah Reaktor Packed Bed.

 Reaktan gas dialirkan melewati kolom katalis dan kemudian bereaksi


menjadi spesi produk tertentu.
FIXED BED REACTOR
 Advantages :
 High conversion per unit mass of catalyst
 Low operating (labor) cost
 Continuous operation

 Disadvantages :
 Undesired thermal gradients
 Poor temperature control (Hot Spot)
 Channeling
 Shutdown and cleaning may be expensive

Fixed Bed Catalytic Reactor


1. Reaktor dengan satu lapis tumpukan katalisator
2. Reaktor dengan isi katalisator yang lebih dari satu lapis
3. Reaktor yang terdiri atas banyak pipa kecil yang berisi katalisator
padat
4. Tumpukan katalis ( bed ) dalam shell yang terpisah
built-in interbed
adiabatic interbed coldshot injection shell and tube heat exchanger
Catalyst support

Liquid distributor
Proses isothermal
1. Gunakan katalisator dengan aktivitas rendah
2. Katalisator dicampur dengan butir padatan inert
3. Umpan gas masuk diencerkan dengan penambahan gas inert

Fixed Bed Multitubes


Untuk menghindari adanya perbedaan suhu sepanjang
penampang reaktor, maka sebaiknya menggunakan reaktor
fixed bed multi tubes.
Medium pemanas/pendingin lebih cendrung dialirkan melewati
shell

Beberapa parameter yang mempengaruhi


• Diameter butir katalisator
Dp <  efektivitas katalis meningkat
• Diameter pipa
D <  gradien suhu arah radial < , tetapi reaktor lebih
panjang
• Koefisien perpindahan panas dalam shell
Sebaiknya menggunakan medium dengan koefisien
perpindahan panas besar
•Generally speaking, temperature control in fixed beds is difficult
because heat loads vary through the bed.

•Also, in exothermic reactors, the temperature in the catalyst


can become locally excessive. Such "hot spots” can cause the
onset of undesired reactions or catalyst degradation.

•In tubular devices, the smaller the diameter of tube, the better
is the temperature control.

•Temperature-control problems also can be overcome by using


a mixture of catalyst and inert solid .

•However, if high rates of heat transfer are required or the


catalyst requires frequent regeneration, then fixed beds are not
suitable, and under these circumstances, a fluidized bed is
preferred, as we shall.
 As an example of the application of a fixed-bed tubular reactor,
consider the production of methanol. Synthesis gas (a mixture of
hydrogen, carbon monoxide, and carbon dioxide) is reacted over a
copper-based catalyst.

The main reactions are :


The picture below shows a shell and tube type
of device which generates steam on the shell side. The temperature
profile through the reactor is seen to be relatively smooth.
The picture below shows an alternative reactor design that uses
cold-shot cooling. By contrast with the tubular reactor, the cold-shot
reactor experiences significant temperature fluctuations.
Such fluctuations can cause accidental catalyst overheating
and shorten catalyst life.
Fluidized Bed Reactor

 Fluidized Bed Reactor memiliki


kemampuan untuk operasi fluida
dengan volume yang besar.

 Reaktor jenis ini menggunakan


fluida yang dialirkan dari bagian
bawah reaktor melalui katalis
padatan dengan kecepatan yang
cukup, sehingga katalis akan
terfluidisasi

 Fluidisasi terjadi ketika partikel


padatan kecil tersuspensi dalam
aliran fluida.
Fluidized Bed Reactor

 Sebagian padatan kecil dari


katalis dapat lepas dari bagian
atas reaktor.

 Untuk mengembalikan partikel


padatan yang terbawa aliran
fluida, dibutuhkan Cyclone.

 Ukuran partikel katalis rata-rata


berkisar antara 20 – 100 mikron
dan partikel katalis tidak boleh
mudah terkikis (attrition
resistant).

 Panas reaksi yang berlebih dapat


dengan mudah dikontrol dan
temperatur di dalam reaktor
dapat merata dengan baik.
Fluidized Bed Reactor

Jika kecepatan aliran gas sangat


kecil, butir-butir katalisator tidak
bergerak sama sekali seperti pada
reaktor Fixed Bed (gambar a)
Reaktor Katalitik Terfluidisasi (Fluidized Bed Reactor)

Pada gambar b, kecepatan fluida


meningkat, dimana gaya gesekan
fluida pada padatan dapat
mengimbangi gaya berat dari
padatan (fluidisasi minimum).
•Pada umumnya reaktor Fluidized bed beroperasi di daerah
gelembung (gambar c). Pada keadaan ini gas mengalir di dalam
reaktor menurut dua jalur, yaitu :
a.Sebagai gelembung yang mengandung sedikit butir-butir
katalisator dan bergerak melebihi kecepatan rata-rata.
b.Sebagai dense yang mengandung butir-butir katalisator
yang lebih tinggi.
Reaktor Katalitik Terfluidisasi (Fluidized Bed Reactor)

•Jika bed makin tinggi, gelembung-


gelembung gas akan mempunyai
kesempatan lebih lama untuk saling
bergabung, sehingga akhirnya diameter
gelembung dapat mencapai ukuran sama
dengan diameter bed. Kejadian ini disebut
slugging (gambar d).

•Terjadinya slugging menyebabkan :


a.Aliran gas kadang-kadang terhenti.
b.Lebih banyak butiran halus ke luar reaktor bersama gas
hasil.
c.Butiran halus yang terbawa gelembung yang bergabung
menjadi slug akan jatuh ke bawah.
•Jika kecepatan aliran besar sekali, maka butir-butir
katalisator akan terangkat ke puncak reaktor bersama-sama
dengan aliran zat pereaksi dan zat hasil (gambar e).
Proses Produksi Alkyl Chloride, pada fluidized bed reactor

Katalis yang digunakan


copper chloride

Fluidisasi katalis diperlukan


untuk meningkatkan kontak
antara reaktan dengan katalis,
dan untuk meningkatkan
perpindahan panas yang
dihasilkan dari reaksi yang
eksotermis
APLIKASI FLUIDIZED BED REACTOR
APLIKASI FLUIDIZED BED REACTOR
Sistem Regenerator Reaktor Fluidized bed
The steam stripper is for the
removal of occluded oil Exxon Model IV
before the catalyst is to be burned. Fluid catalytic cracking (FCC)
Keuntungan menggunakan reaktor Fluidized Bed
• Perpindahan panas pada reaktor Fluidized Bed lebih baik
• Gas dan butir-butir katalisator keduanya bergerak sehingga aliran
gas lebih turbulen.
• Komposisi gas dan temperatur di dalam reaktor merata
• Kontak antara fluida dan padatan lebih baik

Kerugian menggunakan reaktor Fluidized Bed


• Butir-butir katalisator ada yang rapuh
• Waktu tinggal dalam reaktor tidak sama

Anda mungkin juga menyukai