REAKSI KIMIA
HENDRINI PUJIASTUTI, ST., MT.
PERSAMAAN KIMIA
• Suatu persamaan kimia menunjukkan sejumlah besar informasi
mengenai zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
• Salah satu aspek penting dari persamaan kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik
sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi.
• Suatu persamaan kimia menunjukkan rumus pereaksi (reaktan),
kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil-reaksi (produk),
dengan banyaknya atom tiap unsur di kiri dan di kanan anak panah
sama.
• Contoh :
• C7H16 + 11 O2 7CO2 + 8H2O
• CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
• 2Al + 3Br2 2AlBr3
• 4AgNO3 + 2CaCl2 4AgCl + 2Ca(NO3)2
Pengetahuan tentang faktor yang
Agar produk optimum mempengaruhi reaksi kimia sangat
diperlukan
2H2 + O2 2H2O
4. Massa gas NO (Mr = 30) dan O2 (Mr = 32) yang diperlukan untuk
menghasilkan 69 g NO2 (Mr = 46) masing-masing adalah ….
NA0 NA
XA x100% NA0 = jumlah zat mula-mula (mol)
NA0 NA = jumlah zat setelah reaksi (mol)
Yield
Perbandingan antara jumlah produk dengan jumlah zat pada awal reaksi
Perbandingan antara jumlah mol produk yang diinginkan dengan jumlah mol produk
yang tidak diinginkan dalam suatu reaksi
Jika lebih dari satu reaktan ataupun produk yang terlibat, maka reaktan atau
produk yang menjadi dasar perhitungan konversi, yield atau selectivity harus
ditentukan dengan jelas terlebih dahulu
1. Acrylonitril diproduksi dengan cara mereaksikan propilen, Amonia dan Oksigen.
C3H6 + NH3 + 3/2 O2 C3H3N + 3H2O
2. Reaksi di bawah ini terjadi di dalam reaktor kontinyu pada kondisi steady state :
C2H6 C2 H4 + H2
C2H6 + H2 2CH4
Umpan terdiri dari 85% mol ethane dan balance inert (I). Konversi dari ethane adalah
sebesar 0,501 dan yield dari ethylene adalah 0,471. Tentukan komposisi molar dari gas
keluaran reaktor dan selectivity dari ethylene terhadap produksi methane.
3. Seratus mol per jam butan dan 5000 mol/jam udara diumpankan ke dalam
combustion reactor. Tentukan percent excess udara.
4. Ethane (C2 H6 ) is burned with 50% excess air. The percentage conversion of
the ethane is 90%; of the ethane burned, 25 % reacts to form CO and the
balance to form CO2 . Calculate the composition of the flue gas and the ratio of
water to dry flue gas.
Kinetika Kimia
Perubahan material terjadi tidak hanya melalui proses fisik, namun
juga melalui reaksi kimia.
Kinetika kimia secara khusus mempelajari laju dari reaksi kimia yang
terjadi dalam dunia industri maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Laju reaksi adalah mol produk yang dihasilkan atau reaktan yang
dikonsumsi oleh reaksi per satuan waktu.
Jika zat pereaksi dan hasil reaksi lebih dari satu macam, maka
sebagai komponen kunci (key componen) dipilih zat pereaksi atau
zat hasil reaksi yang jumlahnya paling sedikit ditinjau dari
perbandingan stoikhiometri.
Persamaan Laju Reaksi
Jika laju reaksi menyatakan banyaknya reaktan yang bereaksi,
maka laju reaksi tersebut harus diberi tanda negatif dan ditulis
sebagai : - ri
a A + bB rR + sS
Reaksi : a A + bB rR + s S
1 dN A mole A yang hilang mol
rA ,
V dt (volume) (waktu) liter. detik
dC A
rA k C Aa C Bb
dt
2H2O2 2 H2O + O2
a + b + ...+ d = n
Teori Arhenius
Hubungan antara konstanta laju reaksi dengan
temperatur dinyatakan dengan persamaan Arhenius,
sebagai berikut :
k = A e-Ea/RT ,
dimana :
(2) Jika suhu dinaikkan, maka kecepatan reaksi bertambah. Hal ini
disebabkan karena semakin banyaknya tumbukan yang mempunyai
energi lebih besar dari Ea.
a. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi, maka frekuensi tumbukan partikel
akan semakin besar
b. Luas permukaan
Semakin luas permukaan, maka kesempatan partikel yang
berbeda fase untuk bertumbukan akan semakin besar
c. Temperatur
Temperatur tinggi, Gerak partikel
energi kinetik molekul >> semakin cepat
Sehingga frekuensi terjadinya tumbukan akan semakin besar
Kesetimbangan reaksi kimia
r1
aA + bB cC + dD
r2
Dalam proses reaksi, tercapai suatu keadaan di mana jumlah
molekul bahan A dan B yang berubah menjadi C dan D sama
banyak dengan jumlah molekul C dan D yang bereaksi menjadi
A dan B kembali
H = -52,5 kJ/mol
r r N2 + 3H2 2NH3
k C .D
c d
k A a .Bb
k
Kc
k
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia
1. Perubahan konsentrasi
2. Perubahan temperatur
Le Chatelier
a. Untuk reaksi endoterm (H positif ), produk reaksi
bertambah pada keadaan kesetimbangan jika temperatur
dinaikkan.
b. Untuk reaksi eksotermis (H negatif ), produk reaksi
bertambah pada keadaan kesetimbangan jika temperatur
diturunkan.
3. Perubahan tekanan / volume
Jika volume ruang diperkecil ( atau tekanan dibesarkan )
maka, reaksi akan bergeser ke arah jumlah koefisien terkecil.
Jenis Reaksi
Terdapat banyak faktor yang menjadi dasar pengklasifikasian suatu
reaksi, misalnya didasarkan pada jumlah fasa yang terlibat dalam
reaksi atau didasarkan pada penggunaan katalis atau tidak
Reaksi dikatakan homogen jika fasa reaktan dan produknya adalah satu
fasa, dan jika lebih dari satu fasa disebut reaksi heterogen.
Contoh :
Contoh :
Reaksi elementer
Dalam reaksi ini terdapat suatu zat antara, yaitu spesi yang muncul
dalam mekanisme, tetapi tidak muncul pada reaksi keseluruhan.
Jenis Reaksi
Reaksi Non elementer
Contoh :
Reaksi Nonelementer 1
k1CH 2 CBr 2 2
rHBr
H2 + Br2 2HBr CHBr
k2
CBr2
Reaksi :
A2 + B2 2 AB
A k1 k1 R
R A
atau k2
k2 S
A S
Contoh reaksi paralel skala industri adalah reaksi oksidasi etilena yang akan
menghasilkan produk etilen oksida (desired) dan produk yang tidak
diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida.
C2H4 + ½ O2 C2H4O
k1 k2
A R S
Contoh reaksi seri skala industri adalah reaksi antara etilen oksida dan
ammonia dimana secara berurutan akan terbentuk mono-etanol-amin,
kemudian reaksi berlanjut dan akan terbentuk di-etanol-amin dan produk
akhir adalah tri-etanol-amin.
k EO EO
C2H4O + NH3 1 HOCH2CH2NH2 (HOCH2CH2NH)2NH
(HOCH2CH2)3N
JENIS REAKSI
Reaksi Kombinasi Seri-Pararel
Reaksi yang melibatkan baik reaksi seri maupun reaksi pararel dalam suatu
rangkaian reaksi.
k1
A + B C+D
k2
A + C E
Reaksi yang melibatkan reaksi paralel dan reaksi seri yang terjadi pada skala
industri adalah pembentukan butadiena dari etanol :
C2H5OH CH3CHO + H2
1. Jenis monomer
2. Asal polimer
3. Sifat Thermal
4. Reaksi Pembentukannya
KLASIFIKASI POLIMER
1. Jenis monomer
Molekul SBR H2 H2 H2
CH2 H2C C C C
C C CH C C
H H H
H
Unit Unit
Unit Stirena
Butadiena Butadiena
KLASIFIKASI POLIMER
Polimer Termosetting
Tidak meleleh jika dipanaskan,
Lebih tahan terhadap asam dan basa
Struktur molekulnya mempunyai ikatan silang antar
rantai.
Karena terjadi pengikat silangan, rantai-rantai
polimer tersebut kehilangan kemampuan untuk
mengalirkan atau melewatkan satu rantai ke lainnya.
Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam
bentuk pertama kali dicetak.
Sekalipun polimer-polimer termoseting lebih sulit untuk
didaur ulang daripada termoplastik, namun polimer tersebut
lebih tahan lama. Polimer ini banyak digunakan untuk membuat
alat-alat rumah tangga yang tahan panas .
Crosslinked
4.Klasifikasi Polimer berdasarkan
Reaksi Pembentukannya
Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia.
Free Radical
(Radical Bebas)
Polimerisasi Adisi
Cationic
Catalytic
Polimerisasi Adisi-Radikal Bebas
Radikal bebas biasanya dibentuk melalui penguraian zat
kurang stabil dengan energi tertentu. Radikal bebas menjadi
pemicu pada polimerisasi.
Pasangan elektron ekstra dari ikatan rangkap dua pada tiap monomer
etilena digunakan untuk membentuk suatu ikatan baru.
Mekanisme polimerisasi adisi - radikal bebas dapat dibagi menjadi tiga
tahap yaitu:
TAHAP INISIASI
• Reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang terbentuk dalam
tahap inisiasi.
• Ikatan rangkap C=C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan
tunggal C-C pada polimer polietilena.
TERMINASI
• Reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer
lainnya.
Polimerisasi Adisi-Radikal Bebas
– Initiation
– Propagation
– Termination
BEBERAPA POLIMER ADISI
BEBERAPA POLIMER ADISI
POLIMERISASI KONDENSASI
Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang
sama atau monomer yang berbeda.
Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan terbentuknya
molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.
Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah
monomer-monomer yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus –OH;
- COOH; dan NH3.
Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6 – diaminoheksana dan asam
adipat yang umum digunakan untuk membuat jenis nylon. Nylon diberi nama menurut
jumlah atom karbon pada setiap unit monomer. Dalam gambar ini, ada enam atom
karbon
di setiap monomer, maka jenis nylon ini disebut nylon 66.
Pembuatan Nylon 66 di laboratorium
Metode Teknik Polimerisasi
1. Polimerisasi larutan
•Polimerisasi berlangsung dalam bahan larutan yang sesuai
(monomer dan polimer harus dapat larut).
•The use of an inert solvent not only lowers the yield per
reactor volume but also reduces the reaction rate and average
chain length since these quantities are proportional to
monomer concentration.
solvent catalyst
monomer initiator
• Monomer, initiator,
catalyst, and resulting
polymer are soluble in
the solvent
• Exothermic
E-1
Solution
COMMERCIAL USE
• Solution polymerization finds ready
applications when the end use of the polymer
requires a solution, as in certain adhesives and
coating processes [i.e., poly(vinyl acetate) to be
converted to poly(vinyl alcohol) and some
acrylic ester finishes].
• High-density polyethylene, polybutadiene, and
butyl rubber are produced this way.
Metode Teknik Polimerisasi
• Eksotermis
solven katalis
monomer inisiator
• Monomer, initiator, dan
katalis larut dalam solven,
• Polimer tidak larut dalam
larutan
• Eksotermis
E-1
Larutan polimer
Metode Teknik Polimerisasi
3. Polimerisasi Emulsi
• Monomer yang tidak dapat larut dicampurkan dengan air dengan
penambahan emulgator dan diaduk menjadi suatu emulsi.
• Monomer akan mendifusi ke emulsi sehingga terjadi polimerisasi yang
berbentuk polimer dispersi seperti susu.
4. Polimerisasi Suspensi
• Monomer dicampur dengan air tanpa bahan emulsi atau koloid pengaman
jadi hanya dengan pengadukan maka akan terbentuk suatu suspensi.
• Katalisator yang digunakan juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
monomer.
• Hasil polimer berupa butiran-butiran kecil.
inisiator Dispersing agent
monomer air
• Monomer dan initiator
tidak larut dalam solven,
• Polimer tidak larut dalam
larutan
• Eksotermis
E-1
Polimer tersuspensi
Inisiator
Aglomerasi
• Polystyrene,
• Polymethyl methacrylate,
• Polyvinyl chloride,
• Polyvinyl acetate,
• Polyethylene,
• Polypropylene
• Emulsi adalah salah satu jenis koloid.
• Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi
berupa zat cair.
• Fase terdispersi yaitu zat yang tersebar merata,
sedangkan fase pendispersi yaitu zat medium tempat
partikel-partikel koloid itu tersebar.
• Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi
cair.
• Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur,
tetapi tidak dapat saling melarutkan.
• Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair
polar) dan zat lainnya ( zat cair non-polar).
• Air dan zat cair non-polar dapat bercampur
membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
(emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut.
• Contoh pengemulsi adalah senyawa organik yang
memiliki gugus polar dan non-polar.
• Contoh emulsifier adalah sabun.
• Molekul sabun terdiri atas bagian polar (kepala) dan
bagian non-polar (ekor).
• Kepala sabun merupakan gugus yang tertarik air
(hidrofil), sedangkan ekor sabun merupakan gugus
yang menolak air (hidrofob)
• Jika sabun dicampurkan, bagian kepala akan menarik
air dan bagian ekor akan menarik monomer, sehingga
akan terbentuk emulsi.
Pada umumnya, sistem polimerisasi emulsi
terdiri atas :
• monomer,
• dispersing medium,
• emulsifying agent,
• Inisiator yang larut dalam air,
Polimerisasi terhadap ethylene dengan berbagai macam
proses akan menghasilkan jenis polyethylene yang
berbeda.
In the process
Dowtherm is added as
heating media.
• PVC banyak diproduksi
• PVC bersifat inert terhadap bahan kimia.
• PVC diproduksi dalam 2 jenis — rigid dan flexible.
Proses PVC
• Pada proses polimerisasi suspensi, sejumlah air
bebas mineral (demineralized water) dialirkan ke
dalam suatu reactor, kemudian ditambahkan
juga bahan-bahan lain berupa inisiator, buffer
dan zat pensuspensi (protective colloid atau
biasa juga disebut suspending agent).
• Reaktor kemudian ditutup dan udara yang ada di
dalam reactor di-evakuasi.
• Selanjutnya vinil klorida (VCM) dialirkan ke
dalam reactor.
Proses PVC
• Reaktor kemudian dipanaskan hingga mencapai
suhu reaksi polimerisasi sehingga mengaktivasi
inisiator untuk memulai reaksi polimerisasi.
• Panas yang dihasilkan harus diserap oleh air
pendingin yang dialirkan di dalam jaket reactor.
• Di akhir reaksi polimerisasi, slurry PVC (partikel
resin PVC di dalam air) dialirkan keluar dari
reactor dan kandungan VCM yang tersisa dalam
partikel PVC dipisahkan (stripping) dalam suatu
kolom stripper.
Proses PVC
• Slurry PVC selanjutnya di-sentrifugasi guna
memisahkan sebagian besar kandungan air dari
resin PVC.
• Resin PVC ini selanjutnya dialirkan ke dalam unit
pengering (dryer) hingga dihasilkan resin PVC
yang kering, siap untuk dikirim kepada para
pelanggan.