Anda di halaman 1dari 84

BAB I

REAKSI KIMIA
HENDRINI PUJIASTUTI, ST., MT.
PERSAMAAN KIMIA
• Suatu persamaan kimia menunjukkan sejumlah besar informasi
mengenai zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
• Salah satu aspek penting dari persamaan kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik
sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi.
• Suatu persamaan kimia menunjukkan rumus pereaksi (reaktan),
kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil-reaksi (produk),
dengan banyaknya atom tiap unsur di kiri dan di kanan anak panah
sama.
• Contoh :
• C7H16 + 11 O2 7CO2 + 8H2O
• CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
• 2Al + 3Br2 2AlBr3
• 4AgNO3 + 2CaCl2 4AgCl + 2Ca(NO3)2
Pengetahuan tentang faktor yang
Agar produk optimum mempengaruhi reaksi kimia sangat
diperlukan

• Hal-hal yang harus diketahui untuk melakukan perhitungan


reaksi kimia adalah :
Mengetahui arti simbol-simbol unsur dan senyawa
kimia
Menyelesaikan/penyetaraan reaksi kimia
• Contoh persamaan kimia untuk reaksi antara hidrogen dan
oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai berikut :

2H2 + O2 2H2O

• Persamaan tersebut menyatakan bahwa dua molekul hidrogen


bereaksi dengan satu molekul oksigen, menghasilkan dua
molekul air.
STOIKIOMETRI
EXERCISE
1. Tuliskan persamaan reaksi untuk reaksi berikut:
a. Natrium bereaksi dengan klor
b. Nitrogen bereaksi dengan hidrogen
c. Hidrogen bereaksi dengan brom
d. Amonium klorida bereaksi dengan timbal nitrat
e. Hidrogen klorida bereaksi dengan aluminium hidroksida

2. Tentukan banyaknya mol dalam :


a. 45,1 gram amonium sulfat
b. 11,8 gram klor Cl2
EXERCISE
3. Setarakan persamaan reaksi untuk reaksi berikut:
a. Sc + HBr ScBr3 + H2
b. Hitunglah berapa mol H2 yang dihasilkan , jika 0,5 mol Sc
bereaksi.

4. Perhatikan reaksi antara hidrogen (H2) dengan nitrogen (N2)


untuk membentuk amonia (NH3)
a. Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi nya
b. Jika hidrogen berlebih dan 42 g nitrogen bereaksi, berapa mol
amonia terbentuk?
c. Berapa gram amonia terbentuk?
d. Berapa gram hidrogen bereaksi dengan 42 gram nitrogen
EXERCISE
1.Perhatikan persamaan reaksi berikut
Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
Dari reaksi tersebut, ternyata dihasilkan 224 gr besi. Massa besi
(III) oksida yang bereaksi adalah …. (Ar Fe = 56, C = 12, dan O = 16)

2. Seorang peneliti mereaksikan 8,1 gr aluminium dengan asam


klorida. Reaksi tersebut menghasilkan aluminium klorida dan gas
hidrogen. Pada suhu dan tekanan tertentu, 1 mol gas hidrogen
memiliki volume 6 liter. Adapun persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut.
2Al + 6HCl → 2AlCl3 + 3H2
Volume gas hidrogen yang dihasilkan pada reaksi tersebut adalah
…. (Ar Al = 27)
EXERCISE
3. Reaksi pembakaran 32 gram gas metana berlangsung seperti
reaksi berikut
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Jika massa oksigen yang digunakan pada pembakaran tersebut 160
gr, banyaknya mol H2O yang terbentuk adalah …. (Ar C = 12, O = 16)

4. Massa gas NO (Mr = 30) dan O2 (Mr = 32) yang diperlukan untuk
menghasilkan 69 g NO2 (Mr = 46) masing-masing adalah ….

5. Sebanyak 4,0 gram cuplikan yang mengandung senyawa


hidrokarbon dibakar sempurna dengan gas oksigen. Jika presentase
(%) massa karbon dalam cuplikan tersebut adalah 30%, maka massa
karbon dioksida yang dihasilkan dalam proses pembakaran tersebut
adalah…. (Ar C = 12, O = 16)
EXERCISE
6. Suatu cuplikan yang mengandung pirit (FeS) seberat 88 gram
bereaksi dengan HCl sehingga menghasilkan FeCl2 dan gas H2S. Jika
dihasilkan produk berupa 15 L H2S yang diukur pada saat 2,5 L gas
Nitrogen bermassa 3,5 gram, maka persentase massa FeS pada
cuplikan tersebut adalah….
(Ar Fe = 56, Cl = 35,5, H = 1, S = 32, N = 14)

7.Reaksi pembentukan Titanium (IV) florida berlangsung sebagai


berikut:
3 TiO2 (s) + BrF3 (l) → 3 TiF4 (s) + Br2 (l) + O2 (g)
Bila 3.2 gram cuplikan yang mengandung TiO2 menghasilkan 0.64
gram O2, maka persentase massa TiO2 dalam cuplikan tersebut
adalah…. (Ar. Ti : 48, O : 16, F : 19, Br : 80)
Skala industri Kondisi jauh dari keadaan yang ideal

Reaktan di umpankan dalam keadaan berlebih dari kebutuhan stoikiometri


(Excess Reactant)
Reaktan pembatasnya ??
Reaktan Pembatas (Limiting Reactant)
 Reaktan yang terdapat dalam jumlah stoikiometri terkecil

 Penentuan reaktan pembatas dihitung dari angka banding mol-mol


reaktan yang tersedia untuk reaksi dan membandingkannya dengan
angka banding stoikiometrik (koefisien stoikiometrik) dari reaksi
yang sudah setara.

Reaktan Berlebih (Excess Reactant)

 Reaktan yang terdapat lebih dari kebutuhan Stoikiometri


 Reaktan yang terdapat lebih daripada reaktan pembatas
kelebihan mol
% kelebihan  x 100%
mol yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan reaktan pembatas

Kelebihan mol = mol reaktan yang tersedia – mol yang bereaksi

C7H16 + 11 O2 7 CO2 + 8 H2O


Jika 1 mol C7H16 dan 12 mol O2 dicampurkan

mol yang tersedia – mol yang bereaksi


(12 – 11) mol
% kelebihan O2 = x 100% = x 100% = 9,1 %
mol yang bereaksi 11 mol

Dalam proses pembakaran dikenal istilah “Udara Berlebih” ( Excess Air ) :


Jumlah udara yang tersedia untuk bereaksi lebih dari udara yang
dibutuhkan secara teoritis untuk membakar secara sempurna materi yang
akan dibakar.
Meski jika hanya sebahagian dari reaktan pembatas yang sebenarnya bereaksi,
kuantitas yang dibutuhkan dan kuantitas yang berlebih didasarkan pada jumlah
seluruh reaktan seolah-olah reaktan tersebut telah bereaksi secara sempurna.
(Himmelblau, 1999)
Konversi Reaksi
Perbandingan antara jumlah zat yang bereaksi dengan jumlah zat pada awal reaksi

NA0  NA
XA  x100% NA0 = jumlah zat mula-mula (mol)
NA0 NA = jumlah zat setelah reaksi (mol)

Yield
Perbandingan antara jumlah produk dengan jumlah zat pada awal reaksi

Moles of desired product formed


Moles that would have been
Yield = formed if there were no side reaction
and the limited reactant had reacted
completely
Selectivity

Perbandingan antara jumlah mol produk yang diinginkan dengan jumlah mol produk
yang tidak diinginkan dalam suatu reaksi

Jika lebih dari satu reaktan ataupun produk yang terlibat, maka reaktan atau
produk yang menjadi dasar perhitungan konversi, yield atau selectivity harus
ditentukan dengan jelas terlebih dahulu
1. Acrylonitril diproduksi dengan cara mereaksikan propilen, Amonia dan Oksigen.
C3H6 + NH3 + 3/2 O2 C3H3N + 3H2O

Umpan terdiri dari : 10 % mol propylene


12 % mol ammonia
78 % mol udara
Konversi yang dicapai oleh reaktan pembatas adalah 30%
Tentukan : Reaktan pembatas
% kelebihan mol reaktan
Output dari reaktor

2. Reaksi di bawah ini terjadi di dalam reaktor kontinyu pada kondisi steady state :

C2H6 C2 H4 + H2
C2H6 + H2 2CH4

Umpan terdiri dari 85% mol ethane dan balance inert (I). Konversi dari ethane adalah
sebesar 0,501 dan yield dari ethylene adalah 0,471. Tentukan komposisi molar dari gas
keluaran reaktor dan selectivity dari ethylene terhadap produksi methane.
3. Seratus mol per jam butan dan 5000 mol/jam udara diumpankan ke dalam
combustion reactor. Tentukan percent excess udara.

4. Ethane (C2 H6 ) is burned with 50% excess air. The percentage conversion of
the ethane is 90%; of the ethane burned, 25 % reacts to form CO and the
balance to form CO2 . Calculate the composition of the flue gas and the ratio of
water to dry flue gas.
Kinetika Kimia
 Perubahan material terjadi tidak hanya melalui proses fisik, namun
juga melalui reaksi kimia.

 Reaksi kimia dapat berlangsung secara cepat maupun lambat.

 Pembentukan minyak bumi dan batu bara merupakan contoh reaksi


kimia yang berlangsung lambat. Sedangkan pembakaran termasuk
reaksi yang berlangsung secara cepat.

 Kinetika kimia secara khusus mempelajari laju dari reaksi kimia yang
terjadi dalam dunia industri maupun dalam kehidupan sehari-hari.

 Dengan kinetika kimia, dapat diperkirakan waktu berlangsungnya


sebuah reaksi kimia hingga terbentuk produk yang diinginkan.
Kinetika Kimia

 Variabel yang dapat mempengaruhi laju reaksi kimia, di antaranya


adalah suhu, tekanan, konsentrasi dan katalis.

 Untuk sistem reaksi homogen, suhu, tekanan, dan konsentrasi


merupakan variabel yang sangat berperan.

 Dalam sistem yang heterogen (lebih dari satu fasa)


permasalahannya menjadi lebih kompleks. Zat dapat bergerak
dari satu fasa ke fasa yang lain selama reaksi, misalnya:
pembakaran batu bara, transfer panas dan massa akan sangat
berpengaruh pada laju reaksi.
Target penyelenggaraan suatu reaksi kimia
dalam skala industri :
Tercapainya konversi reaktan yang setinggi mungkin.
Tercapainya selektivity terhadap pembentukan produk yang diinginkan
(desired product) yang setinggi mungkin.
Berlangsungnya reaksi dengan kondisi yang seaman mungkin.
Berlangsungnya reaksi dengan laju yang setinggi mungkin.
• Hal ini dapat dicapai, salah satunya, dengan menambahkan katalis atau
katalisator.
• Contoh kemampuan katalis dalam mempercepat reaksi:
LAJU REAKSI

 Laju reaksi adalah mol produk yang dihasilkan atau reaktan yang
dikonsumsi oleh reaksi per satuan waktu.

Satuan laju reaksi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dalam


satuan mol zat pereaksi yang telah bereaksi atau mol zat hasil reaksi
yang terbentuk per satuan waktu per satuan volume.

 Jika zat pereaksi dan hasil reaksi lebih dari satu macam, maka
sebagai komponen kunci (key componen) dipilih zat pereaksi atau
zat hasil reaksi yang jumlahnya paling sedikit ditinjau dari
perbandingan stoikhiometri.
Persamaan Laju Reaksi
 Jika laju reaksi menyatakan banyaknya reaktan yang bereaksi,
maka laju reaksi tersebut harus diberi tanda negatif dan ditulis
sebagai : - ri

 Tanda negatif (-) yang dituliskan di depan ri biasanya


digunakan untuk menyatakan kecepatan terkonsumsinya (atau
terurainya, atau berkurangnya) komponen i.

Tanda positif (+) digunakan untuk menyatakan laju


terbentuknya komponen i.
Persamaan Laju Reaksi
 Misal untuk reaksi homogen :

a A + bB rR + sS

Laju zat A yang bereaksi ditulis : - rA


Laju zat B yang bereaksi ditulis : - rB
Laju zat R yang terbentuk ditulis : rR
 r  k T  f C , C ,...
Laju zat S yang terbentuk A
ditulis : rS
A B

 Secara umum, persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai


berikut :

 rA  k T  f CA , CB ,...


Bentuk persamaan kinetika reaksi homogen sederhana yang
menyatakan hubungan antara laju reaksi dan besaran-
besaran fisik T (temperatur) dan C (konsentrasi) adalah,

Reaksi : a A + bB rR + s S
1 dN A mole A yang hilang  mol 
 rA   , 
V dt (volume) (waktu)  liter. detik 

dC A
 rA    k C Aa C Bb
dt

dimana : k(T) = Konstanta laju reaksi


(fungsi dari temperatur)
CA , CB = Konsentrasi zat A dan B di dalam
larutan
a = orde reaksi terhadap A
b = orde reaksi terhadap B
Waktu Reaksi
Percobaan I :

 Ke dalam sebuah gelas reaksi, dimasukkan larutan natrium


klorida dan direaksikan dengan larutan perak nitrat.

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

 Segera terbentuk endapan putih dari perakklorida, endapan di


filtrasi. Hasil filtrasi tetap jernih, berarti tidak terbentuk lagi
perak-klorida
Waktu Reaksi
Percobaan II :

 Ke dalam sebuah gelas reaksi dimasukkan larutan hidrogen


MnO2
peroksida encer, lalu diberi beberapa miligram
mangandioksida

2H2O2 2 H2O + O2

 Jumlah oksigen yang terbentuk cepat bertambah pada awal


reaksi, kemudian lama-kelamaan menjadi lambat, sampai
akhirnya pembentukan oksigen terhenti, yang menandakan
bahwa reaksi telah berakhir
TINGKAT REAKSI (ORDE REAKSI)

 Tingkat reaksi yaitu jumlah pangkat faktor konsentrasi di


dalam persamaan laju reaksi.
Misalnya reaksi :
aA + bB + ... + dD P

a + b + ...+ d = n

 Dimana nilai : a, b, ......, d tidak harus selalu sama dengan


koefisien stoikhiometri.
 Pangkat dari konsentrasi disebut dengan tingkat reaksi.
 Jadi reaksi tingkat a terhadap A, tingkat b terhadap B dan
tingkat n terhadap keseluruhan reaksi.
PERHITUNGAN KONSTANTA LAJU REAKSI

Teori Arhenius
Hubungan antara konstanta laju reaksi dengan
temperatur dinyatakan dengan persamaan Arhenius,
sebagai berikut :

k = A e-Ea/RT ,
dimana :

k = konstanta kecepatan reaksi


A = faktor frekwensi
Ea = activation energy (kcal/mol)
R = gas constant (kcal/molK)
T = temperature (K)
ENERGI AKTIVASI REAKSI
Energi aktivasi reaksi merupakan energi minimum yang harus dimiliki
oleh molekul-molekul reaktan agar menghasilkan reaksi jika saling
bertumbukan.

 Hanya molekul-molekul yang memiliki energi yang sama dengan atau


lebih besar dari energi aktivasi Ea yang dapat menghasilkan reaksi
 Beberapa hal penting yang berkaitan dengan energi aktivasi
reaksi:

(1) Energi aktivasi merupakan energi minimum yang dibutuhkan agar


reaksi kimia tertentu dapat terjadi..

(2) Jika suhu dinaikkan, maka kecepatan reaksi bertambah. Hal ini
disebabkan karena semakin banyaknya tumbukan yang mempunyai
energi lebih besar dari Ea.

 Dengan kata lain:

Kecepatan reaksi yang tinggi dapat dicapai pada suhu tinggi,


harga Ea kecil,harga A besar, dan/atau konsentrasi reaktan
yang besar .
Faktor-faktor yang menentukan laju reaksi

a. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi, maka frekuensi tumbukan partikel
akan semakin besar

b. Luas permukaan
Semakin luas permukaan, maka kesempatan partikel yang
berbeda fase untuk bertumbukan akan semakin besar

c. Temperatur
Temperatur tinggi, Gerak partikel
energi kinetik molekul >> semakin cepat
Sehingga frekuensi terjadinya tumbukan akan semakin besar
Kesetimbangan reaksi kimia
r1
aA + bB cC + dD
r2
Dalam proses reaksi, tercapai suatu keadaan di mana jumlah
molekul bahan A dan B yang berubah menjadi C dan D sama
banyak dengan jumlah molekul C dan D yang bereaksi menjadi
A dan B kembali
H = -52,5 kJ/mol
r  r N2 + 3H2 2NH3

k .A .B  k .C .D


a b c d

k  C .D
c d

k  A a .Bb

k
Kc 
k
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia

1. Perubahan konsentrasi
2. Perubahan temperatur
Le Chatelier
a. Untuk reaksi endoterm (H positif ), produk reaksi
bertambah pada keadaan kesetimbangan jika temperatur
dinaikkan.
b. Untuk reaksi eksotermis (H negatif ), produk reaksi
bertambah pada keadaan kesetimbangan jika temperatur
diturunkan.
3. Perubahan tekanan / volume
Jika volume ruang diperkecil ( atau tekanan dibesarkan )
maka, reaksi akan bergeser ke arah jumlah koefisien terkecil.
Jenis Reaksi
 Terdapat banyak faktor yang menjadi dasar pengklasifikasian suatu
reaksi, misalnya didasarkan pada jumlah fasa yang terlibat dalam
reaksi atau didasarkan pada penggunaan katalis atau tidak

Reaksi Homogen dan Heterogen

Reaksi dikatakan homogen jika fasa reaktan dan produknya adalah satu
fasa, dan jika lebih dari satu fasa disebut reaksi heterogen.

Contoh reaksi homogen :


Reaksi pembentukan amonia pada industri pupuk
N2 (g) + H2(g) NH3(g)

Contoh reaksi heterogen:


Reaksi penguraian kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan
karbondioksida
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Jenis Reaksi
Reaksi Katalitik dan Nonkatalitik

Reaksi katalitik adalah reaksi yang menggunakan katalis dalam


reaksinya, jika tidak maka disebut dengan reaksi non katalitik.

Contoh :

Reaksi hidrogenasi minyak bumi merupakan salah contoh reaksi yang


menggunakan katalis.

Reaksi pembakaran dan reaksi klorinasi Ti menjadi TiCl4 pada tahap


produksi TiO2 merupakan contoh reaksi yang tanpa menggunakan
katalis (reaksi non katalitik).
Jenis Reaksi
Reaksi Elementer dan Non elementer

Reaksi elementer adalah reaksi sederhana yang hanya berlangsung


dalam satu tahap. Biasanya laju reaksinya merupakan fungsi
konsentrasi reaktan pangkat koefisien stoikiometrinya.

Contoh :
Reaksi elementer

CO + NO3 CO2 + NO2


 rA  kCCO C NO3
Reaksi :
A + B R
 rA  kCACB
Jenis Reaksi
Reaksi Elementer dan Non elementer

 Reaksi nonelementer adalah reaksi kompleks yang membutuhkan


lebih dari satu tahapan reaksi elementer.

 Reaksi nonelementer memiliki mekanisme reaksi yang terdiri dari


beberapa urutan reaksi elementer yang mengarah pada
pembentukan produk.

 Dalam reaksi ini terdapat suatu zat antara, yaitu spesi yang muncul
dalam mekanisme, tetapi tidak muncul pada reaksi keseluruhan.
Jenis Reaksi
Reaksi Non elementer

Contoh :
Reaksi Nonelementer 1
k1CH 2 CBr 2 2
rHBr 
H2 + Br2 2HBr CHBr
k2 
CBr2
Reaksi :
A2 + B2 2 AB

Tahapan elementer untuk reaksi di atas:


A2 2A*
A* + B2 AB + B*
A* + B* AB

* : zat antara yang tidak terdeteksi


JENIS REAKSI
Reaksi Paralel
Reaksi paralel merupakan reaksi yang mana suatu reaktan mengalami dua jalur
reaksi yang berbeda dan menghasilkan produk yang berbeda pula.

A k1 k1 R
R A
atau k2
k2 S
A S

Contoh reaksi paralel skala industri adalah reaksi oksidasi etilena yang akan
menghasilkan produk etilen oksida (desired) dan produk yang tidak
diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida.

C2H4 + ½ O2 C2H4O

C2H4 + 3 O2 2CO2 + 2 H2O


JENIS REAKSI
Reaksi Seri
Reaksi seri merupakan reaksi yang mana reaktan membentuk produk
intermediate sebelum pada akhirnya membentuk produk akhir.

k1 k2
A R S

Contoh reaksi seri skala industri adalah reaksi antara etilen oksida dan
ammonia dimana secara berurutan akan terbentuk mono-etanol-amin,
kemudian reaksi berlanjut dan akan terbentuk di-etanol-amin dan produk
akhir adalah tri-etanol-amin.

k EO EO
C2H4O + NH3 1 HOCH2CH2NH2 (HOCH2CH2NH)2NH
(HOCH2CH2)3N
JENIS REAKSI
Reaksi Kombinasi Seri-Pararel
Reaksi yang melibatkan baik reaksi seri maupun reaksi pararel dalam suatu
rangkaian reaksi.

k1
A + B C+D
k2
A + C E
Reaksi yang melibatkan reaksi paralel dan reaksi seri yang terjadi pada skala
industri adalah pembentukan butadiena dari etanol :

C2H5OH C2H4 + H2O

C2H5OH CH3CHO + H2

C2H4 + CH3CHO C4H6 + H2O


REAKSI POLIMERISASI
PENGERTIAN POLIMER
 Polimer adalah suatu makromolekul yang terbentuk dari
susunan ulang molekul sederhana yang terikat melalui
ikatan kimia.

 Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit


molekul sederhana yang disebut monomer, saling berikatan
dalam suatu rantai.

 Jenis-jenis monomer yang saling berikatan membentuk


suatu polimer terkadang sama atau berbeda.

 Polimer memiliki sifat yang berbeda dengan monomer-


monomer yang menyusunnya.
KLASIFIKASI POLIMER

1. Jenis monomer

2. Asal polimer

3. Sifat Thermal

4. Reaksi Pembentukannya
KLASIFIKASI POLIMER
1. Jenis monomer

 Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan


atas homopolimer dan kopolimer.

 Homopolimer terbentuk dari satu jenis monomer


(PVC, polietilena, polipropilena, polistirena,
politetrafluoroetilena),
KLASIFIKASI POLIMER
1. Jenis monomer

 Kopolimer terbentuk lebih dari satu jenis monomer (poli (vinil


asetat), poli (etilena oksida), poli (etilena tereftalat)

 Karet SBR = Koplimerisasi Stirena 25 % dan Butadiena 75 %

 Molekul SBR H2 H2 H2
CH2 H2C C C C
C C CH C C
H H H
H

Unit Unit
Unit Stirena
Butadiena Butadiena
KLASIFIKASI POLIMER

2. Klasifikasi Polimer berdasarkan Asal

 Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas


polimer alam dan polimer buatan.

 Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang


lalu, seperti amilum, selulosa, kapas, karet, wol, dan
sutra.

 Polimer buatan dapat berupa rayon, nylon, bakelit,


poliester, dll.
KLASIFIKASI POLIMER

3.Klasifikasi Polimer berdasarkan Sifat


Thermal
 Polimer Termoplastik
 Polimer yang memiliki sifat melunak pada suhu
tinggi dan kembali mengeras pada temperatur
rendah.

 Struktur molekulnya linier atau bercabang tanpa


ikatan silang antar rantai.

 Contoh: Polietilen (PE) dan Polivinilklorida (PVC)


KLASIFIKASI POLIMER
3.Klasifikasi Polimer berdasarkan Sifat
Thermal

 Polimer Termosetting
 Tidak meleleh jika dipanaskan,
 Lebih tahan terhadap asam dan basa
 Struktur molekulnya mempunyai ikatan silang antar
rantai.
 Karena terjadi pengikat silangan, rantai-rantai
polimer tersebut kehilangan kemampuan untuk
mengalirkan atau melewatkan satu rantai ke lainnya.
 Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam
bentuk pertama kali dicetak.
Sekalipun polimer-polimer termoseting lebih sulit untuk
didaur ulang daripada termoplastik, namun polimer tersebut
lebih tahan lama. Polimer ini banyak digunakan untuk membuat
alat-alat rumah tangga yang tahan panas .

Contoh : Bakelit, poli(melanin-formaldehida) dan poli (urea-


formaldehida), poli(fenol-formaldehid)
Linear Branched

Crosslinked
4.Klasifikasi Polimer berdasarkan
Reaksi Pembentukannya
 Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia.

 Monomer-monomer bereaksi untuk membentuk rantai


yang lebih panjang.

 Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah


polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.

 Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti


monomer dalam unit ulangnya.

 Polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih


sedikit dari monomer penyusun karena terbentuknya
produk sampingan selama berlangsungnya proses
polimerisasi.
Polimerisasi Adisi

• Polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai


dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari
monomer-monomernya yang membentuk ikatan tunggal.

• Produk yang dihasilkan mengandung semua atom dari


monomer awal.

Free Radical
(Radical Bebas)
Polimerisasi Adisi
Cationic

Catalytic
Polimerisasi Adisi-Radikal Bebas
Radikal bebas biasanya dibentuk melalui penguraian zat
kurang stabil dengan energi tertentu. Radikal bebas menjadi
pemicu pada polimerisasi.

 Zat pemicu berupa senyawa peroksida, seperti


a) benzoil peroksida
b) azodiisobutironitril.
Polimerisasi Adisi-Radikal Bebas
 Laju polimerisasi dapat dikendalikan dengan menggunakan zat
penghambat (inhibitor).

 Penghambat bereaksi dengan radikal bebas ketika radikal


bebas terbentuk.

 Kuinon dapat bertindak sebagai zat penghambat bagi banyak


sistem polimerisasi, sebab kuinon bereaksi dengan radikal
bebas menghasilkan radikal yang mantap.

 Radikal bebas yang mantap ini tidak dapat memicu


polimerisasi lebih lanjut.
Polimerisasi Adisi

 Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang


digunakan sebagai tas plastik, pembungkus makanan, dan botol.

 Pasangan elektron ekstra dari ikatan rangkap dua pada tiap monomer
etilena digunakan untuk membentuk suatu ikatan baru.
Mekanisme polimerisasi adisi - radikal bebas dapat dibagi menjadi tiga
tahap yaitu:

TAHAP INISIASI

• Penguraian inisiator , mis : benzoil peroksida, AZDN (azodiisobutiro-nitril)


• Adisi molekul monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk.
TAHAP PROPAGASI

• Reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang terbentuk dalam
tahap inisiasi.
• Ikatan rangkap C=C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan
tunggal C-C pada polimer polietilena.

TERMINASI

• Reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer
lainnya.
Polimerisasi Adisi-Radikal Bebas

– Initiation

– Propagation

– Termination
BEBERAPA POLIMER ADISI
BEBERAPA POLIMER ADISI
POLIMERISASI KONDENSASI
 Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang
sama atau monomer yang berbeda.
 Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan terbentuknya
molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.
 Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah
monomer-monomer yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus –OH;
- COOH; dan NH3.

Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6 – diaminoheksana dan asam
adipat yang umum digunakan untuk membuat jenis nylon. Nylon diberi nama menurut
jumlah atom karbon pada setiap unit monomer. Dalam gambar ini, ada enam atom
karbon
di setiap monomer, maka jenis nylon ini disebut nylon 66.
Pembuatan Nylon 66 di laboratorium
Metode Teknik Polimerisasi

1. Polimerisasi larutan
•Polimerisasi berlangsung dalam bahan larutan yang sesuai
(monomer dan polimer harus dapat larut).

•Perpindahan panas pada reaktor dapat dilakukan dengan


jacket, internal atau external coils, a pumped recirculation
loop through external heat exchanger .

•The use of an inert solvent not only lowers the yield per
reactor volume but also reduces the reaction rate and average
chain length since these quantities are proportional to
monomer concentration.
solvent catalyst
monomer initiator
• Monomer, initiator,
catalyst, and resulting
polymer are soluble in
the solvent
• Exothermic

E-1

Solution
COMMERCIAL USE
• Solution polymerization finds ready
applications when the end use of the polymer
requires a solution, as in certain adhesives and
coating processes [i.e., poly(vinyl acetate) to be
converted to poly(vinyl alcohol) and some
acrylic ester finishes].
• High-density polyethylene, polybutadiene, and
butyl rubber are produced this way.
Metode Teknik Polimerisasi

2. Polimerisasi Larutan Heterogen (Proses Slurry)


• Digunakan bahan pelarut, dimana monomer dapat larut
dan polimer tidak dapat larut dalam pelarut, sehingga
mudah untuk dipisahkan.

• Eksotermis
solven katalis
monomer inisiator
• Monomer, initiator, dan
katalis larut dalam solven,
• Polimer tidak larut dalam
larutan
• Eksotermis

E-1

Larutan polimer
Metode Teknik Polimerisasi

3. Polimerisasi Emulsi
• Monomer yang tidak dapat larut dicampurkan dengan air dengan
penambahan emulgator dan diaduk menjadi suatu emulsi.
• Monomer akan mendifusi ke emulsi sehingga terjadi polimerisasi yang
berbentuk polimer dispersi seperti susu.

4. Polimerisasi Suspensi
• Monomer dicampur dengan air tanpa bahan emulsi atau koloid pengaman
jadi hanya dengan pengadukan maka akan terbentuk suatu suspensi.
• Katalisator yang digunakan juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
monomer.
• Hasil polimer berupa butiran-butiran kecil.
inisiator Dispersing agent
monomer air
• Monomer dan initiator
tidak larut dalam solven,
• Polimer tidak larut dalam
larutan
• Eksotermis

E-1

Polimer tersuspensi
Inisiator

Senyawa Senyawa Senyawa


peroxide azo ionik
Benzoyl peroxide Azo-bis- aluminum alkyl
Diacetyl peroxide isobutyronitrile antimony alkyl
(AIBN) titanium chloride
Lauryl peroxide
chromium oxides
t-butyl-peroxides
Masalah utama

Aglomerasi

(terutama pada tahap dimana tetesan menjadi kental dan lengket)

Pengadukan Stabilizing agent


Stabilizing agent

Surface-active agents Polimer yang


(surfactants) larut dalam air
Garam dari asam lemak, gelatin, methyl cellulose,
MgCO3 , CaCO3 poly(vinyl alcohol), dan
Ca3(PO4)2 poly(acrylic acids) beserta
garamnya
TiO, Al2O3
Polimerisasi suspensi paling banyak digunakan untuk
memproduksi :

• Polystyrene,
• Polymethyl methacrylate,
• Polyvinyl chloride,
• Polyvinyl acetate,
• Polyethylene,
• Polypropylene
• Emulsi adalah salah satu jenis koloid.
• Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi
berupa zat cair.
• Fase terdispersi yaitu zat yang tersebar merata,
sedangkan fase pendispersi yaitu zat medium tempat
partikel-partikel koloid itu tersebar.
• Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi
cair.
• Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur,
tetapi tidak dapat saling melarutkan.
• Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair
polar) dan zat lainnya ( zat cair non-polar).
• Air dan zat cair non-polar dapat bercampur
membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
(emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut.
• Contoh pengemulsi adalah senyawa organik yang
memiliki gugus polar dan non-polar.
• Contoh emulsifier adalah sabun.
• Molekul sabun terdiri atas bagian polar (kepala) dan
bagian non-polar (ekor).
• Kepala sabun merupakan gugus yang tertarik air
(hidrofil), sedangkan ekor sabun merupakan gugus
yang menolak air (hidrofob)
• Jika sabun dicampurkan, bagian kepala akan menarik
air dan bagian ekor akan menarik monomer, sehingga
akan terbentuk emulsi.
Pada umumnya, sistem polimerisasi emulsi
terdiri atas :
• monomer,
• dispersing medium,
• emulsifying agent,
• Inisiator yang larut dalam air,
Polimerisasi terhadap ethylene dengan berbagai macam
proses akan menghasilkan jenis polyethylene yang
berbeda.

Polyethylene yang penting secara komersial adalah:


• Low-density polyethylene (LDPE);
• High-density polyethylene (HDPE);
• Linear low-density polyethylene (LLDPE)
• Ultra-highdensity polyethylene (UHDPE).
Aplikasi LDPE
• Polyethylene dan copolymer-nya banyak
digunakan dalam industri sebagai packaging,
peralatan rumah tangga, transportasi, komunikasi,
alat listrik, pertanian, dan konstruksi.

• LDPE paling banyak digunakan sebagai film/pelapis


tipis untuk packaging.

• Penggunaan lain meliputi insulasi untuk kabel,


pelapis.
DUPONT SCLAIRTECH Process

 The process involves solution polymerization of gaseous


ethylene using cycolhexane solvent and comonomer butene or
octane comonomer (incase of low density polymers).

 Zigler catalyst is used to polymerise ethylene using


cycloheaxane as solvent.

A chain terminator is used to control the molecular weight at


the reactor outlet a catalyst deactivator is added to terminate the
reaction.

The polymer is depressurized to flash off solvent, unreacted


ethylene and comonomer from the molten polyethyelene which
are separated and recovered using distillation.
DUPONT SCLAIRTECH Process

 The polymer after


stripping the residual
solvents fed to main
extruder and resulting
polymer pellets are
dried and send to
blender for
homogenizing and
finally conveyed to
storage silo.

 In the process
Dowtherm is added as
heating media.
• PVC banyak diproduksi
• PVC bersifat inert terhadap bahan kimia.
• PVC diproduksi dalam 2 jenis — rigid dan flexible.
Proses PVC
• Pada proses polimerisasi suspensi, sejumlah air
bebas mineral (demineralized water) dialirkan ke
dalam suatu reactor, kemudian ditambahkan
juga bahan-bahan lain berupa inisiator, buffer
dan zat pensuspensi (protective colloid atau
biasa juga disebut suspending agent).
• Reaktor kemudian ditutup dan udara yang ada di
dalam reactor di-evakuasi.
• Selanjutnya vinil klorida (VCM) dialirkan ke
dalam reactor.
Proses PVC
• Reaktor kemudian dipanaskan hingga mencapai
suhu reaksi polimerisasi sehingga mengaktivasi
inisiator untuk memulai reaksi polimerisasi.
• Panas yang dihasilkan harus diserap oleh air
pendingin yang dialirkan di dalam jaket reactor.
• Di akhir reaksi polimerisasi, slurry PVC (partikel
resin PVC di dalam air) dialirkan keluar dari
reactor dan kandungan VCM yang tersisa dalam
partikel PVC dipisahkan (stripping) dalam suatu
kolom stripper.
Proses PVC
• Slurry PVC selanjutnya di-sentrifugasi guna
memisahkan sebagian besar kandungan air dari
resin PVC.
• Resin PVC ini selanjutnya dialirkan ke dalam unit
pengering (dryer) hingga dihasilkan resin PVC
yang kering, siap untuk dikirim kepada para
pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai