Batasan
Diare persisten adalah diare akut karena infeksi usus yang karena
sesuatu sebab melanjut 14 hari atau lebih. Sebagian besar (90%)
anak dengan diare akut yang ditata laksana secara memadai, yaitu
dengan rehidrasi oral/parenteral, dukungan nutrisi, obat seminimal
mungkin dan atas indikasi yang jelas, dan edukasi pada orangtua,
akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, walaupun demikian
sekitar 5% kasus akan berkembang menjadi diare persiten.
Faktor risiko terjadinya diare persisten adalah umur kurang dari 6
bulan, dilahirkan prematur, ditemukan malnutrisi, tidak mendapat
ASI, adanya penyakit penyerta, penggunaan antibiotik, dan anemia.
Faktor penyebab tersering berturut-turut adalah intoleransi laktosa
sekunder, enteropati karena alergi terhadap protein susu sapi
(CMPSE = cow's milk protein sensitive enteropathy), sindrom
malabsorpsi, bakteri tumbuh lampau (bacterial overgrowth), diare
karena antibiotik (antibiotic-induced diarrhea), dan infeksi
persisten.
Secara patogenesis, diare persisten dapat terjadi melalui diare
sekretorik dan diare osmotik. Pada diare sekretorik, toksin
merangsang c-AMP atau c-GMP untuk mensekresikan secara aktif
air dan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare.
Sedangkan pada diare osmotik, kenaikan tekanan osmotik dalam
lumen usus akibat fermentasi makanan yang tidak diserap akan
menarik air sel ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare.
Etiologi
Berbagai penyebab diare kronik dapat dilihat pada Tabel 1.
Manifestasi klinis
Diare berlangsung 14 hari atau lebih. Bila terjadi diare hebat dapat
terlihat gejala-gejala dehidrasi ringan sampai berat, asidosis dan
gangguan keseimbangan elektrolit seperti lemah, kembung dan
muntah. Status gizi anak biasanya kurang atau buruk.
Kriteria diagnosis
Diare persisten bukanlah penyakit, tetapi merupakan entitas klinik
yang disebabkan berbagai macam etiologi. Oleh karena itu, upaya
penting perlu dilakukan untuk mencari etiologinya, karena
pengobatan didasarkan pada faktor penyebabnya. Berikut adalah
hal-hal yang penting dilakukan:
Tentukan apakah diarenya tergolong osmotik atau
sekretorik. Cara membedakan keduanya adalah dengan cara
memuasakan pasien selama 24 jam (tentu saja pasien
mendapat
terapi
cairan
parenteral):
bila
diare
berkurang/berhenti maka diarenya jenis osmotik, bila diare
berlangsung terus menunjukkan jenis diare adalah sekretorik.
Bila diare osmotik, cari kemungkinan intoleransi laktosa,
CMPSE, atau sindrom malabsorpsi
Bila diare sekretorik, cari kemungkinan bakteri tumbuh
lampau, diare karena antibiotik, atau infeksi persisten.
Algoritme diare persisten dapat dilihat pada Gambar 1.
FAKTOR MUKOSA
Perubahan integritas
Infeksi: bakteri, viral, fungal
Infestasi parasit
Intoleransi protein sapi dan kedelai
Inflammatory bowel disease (kolitis ulseratif,
Crohn)
Perubahan fungsi imunologis
Enteropati autoimun
Gastroenteropati osinofilik
AIDS
Imunodefisiensi
Defisiensi imunoglobulin A dan G
Perubahan fungsi
Defek Cl-/HCO3, Na+/H+, asam empedu,
enteropati akrodermatitis, defisiensi folat selektif,
abetalipoproteinemia
Puasa
Diare osmotik
Diare sekretorik
BHT, Kultur
Intoleransi laktosa?
Bakteri
tumbuh
lampau
Hindari laktosa
Sembuh
Tidak sembuh
Intoleransi
laktosa
Infeksi
persisten
Terapi sesuai
penyebab dan
terapi nutrisi
Sembuh
Alergi susu
sapi
Tidak sembuh
Sindrom
malabsorpsi
Nutrrisi
enteral
(elemental)
Gagal
Nutrisi
parenteral
total
Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mencari
etiologi diare persisten, yaitu:
pH tinja dan bahan pereduksi (clinitest) untuk mendeteksi
intoleransi laktosa.
Eliminasi dan provokasi protein susu sapi untuk mendeteksi
CMPSE.
Uji malabsorpsi (steatokrit dan tripsin activity test) untuk
mendeteksi sindrom malabsorpsi
Uji
hidrogen
napas
untuk
mendeteksi
bakteri
tumbuhlampau.
Caranya: pasien dipuasakan 4 jam,
kemudian diukur kadar gas H2 pada keadaan basal. Pasien
diberi larutan glukosa/laktosa dan kemudian kadar gas H 2
diukur setiap 30 menit. Bila terjadi kenaikan dini (30 menit
dan >20 ppm) dinyatakan positif bakteri tumbuhlampau.
Uji toksin Clostridium difficile dalam tinja untuk menfeteksi
diare karena antibiotik
Kultur tinja untuk mendeteksi infeksi persiten baik kuman
aerob maupun anaerob.
Tata laksana
Atasi dehidrasi, kelainan
elektrolit yang terjadi.
asam
basa
dan
gangguan
Daftar pustaka
1.
Ghishan FK. Chronic Diarrhea. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders;
2004. p.1276-1281
2.
3.
4.