Tatalaksana Kunlap
Tatalaksana Kunlap
efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma Renin Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan
hipertensi maligna, hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6-1/5 hipertensi essensial.
Captopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada
hipertensi dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif untuk
pengobatan gagal jantung dengan terapi kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid memberikan
efek aditif sedangkan kombinasi dengan b-blocker memberikan efek yang kurang aditif.
-
Sindrom ini disertai dengan rasa sesak nafas dan rasa takut yang timbul apabila
penderita mengeluarkan tenaga berlebihan seperti mendaki, mendorong mobil mogok,
mengangkat peti berat atau pada waktu musim dingin. Rasa nyeri ini berlangsung
hanya beberapa menit dan akan hilang apabila penderita beristirahat, atau hilang
emosinya.
c. Gagal jantung kongestif
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh suatu kelainan
jantung dan dapat dikenali dari respons hemodinamik, renal, neutral, dan hormonal
yang karakteristik. Gagal jantung kongestif merupakan gagal jantung yang disertai
retensi cair dan edema.
Ciri-ciri penyakit gagal jantung antara lain: napas pendek saat beraktivitas dan
juga saat istirahat, batuk berdahak, naik berat badan, pembengkakan kaki dan perut,
pusing-pusing, kelelahan dan lesu, denyut jantung yang cepat, mual, palpitasi, dan
sakit dada.
d. Diabetic nephropathy.
Nefropati diabetes (Diabetic nephropathy), juga dikenal sebagai KimmelstielWilson syndrome dan glomerulonefritis intercapillary, adalah penyakit ginjal
progresif yang disebabkan oleh angiopati kapiler-kapiler glomeruli ginjal dalam. Hal
ini ditandai dengan sindrom nefrotik dan glomerulosklerosis menyebar. Hal ini akibat
diabetes mellitus berlangsung lama, dan merupakan penyebab utama dialisis di banyak
negara Barat.
Sindrom ini dapat dilihat pada pasien dengan diabetes kronis (15 tahun atau lebih
setelah onset), sehingga pasien biasanya usia lebih tua (antara 50 dan 70 tahun).
Penyakit ini bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian dua atau tiga tahun
setelah lesi awal, dan lebih sering pada pria.
-
dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan
ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif.
"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il
yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan
sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan
ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, captopril akan
menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi,
penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi
kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban
jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Jadi dapat disimpulkan Captopril bekerja dengan menghambat enzim dalam tubuh yang
menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah mengencang, sehingga dapat menurunkan
tekanan darah, meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke jantung, serta mengurangi preload
dan afterload pada pasien gagal jantung kongestif
-
Pada anak
2. Gagal jantung
Dewasa
Gagal jantung awal 6,25-25 mg 2-3 kali sehari
Max: 50 mg 3 kali sehari
Penggunaan obat ini diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus
dilakukan pengawasan medik secara ketat.
3. Infark miokardium (Serangan Jantung)
Dewasa
Mulai 3 hari setelah Infark miokardium
Awal: 6,25 mg/hari, dapat meningkat setelah beberapa minggu 150 mg/hari dalam
dosis terbagi jika diperlukan.
4. Diabetic nephropathy
Dewasa
25 mg 3 kali sehari
Dosis
Tablet
Edema dan hipertensi pada orang dewasa dan anak anak :
Dewasa :
Sehari 1 2 kali, 1 2 tablet. Dosis maksimum adalah 5 tablet sehari. Dosis
pemeliharaan adalah 1 tablet selang 1 hari.
Anak anak:
Sehari 1 3 mg per kg bb/hari, maksimum 40 mg/hari.
Injeksi
Dewasa atau > dari 15 tahun : dosis awal : 20 40 mg i.v. atau i.m. Bila hasilnya
belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg tiap interval waktu 2 jam sampai
diperoleh hasil yang memuaskan. Dosis individual : 20 mg, 1 - 2 kali sehari.
Edema paru paru akut :
Dosis awal : 40 mg i.v. Bila diperlukan dapat diberikan dosis lanjutan 20 40 mg
setelah 20 menit. Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan) 20 40 mg furosemida
diberikan sebagai tambahan dalam infus elektrolit. Selanjutnya tergantung pada eliminasi
urin, termasuk penggantian cairan dan elektrolit yang hilang.
Pada keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan keasaman atau kebasaan urin.
Bayi dan Anak anak < 15 tahun, pemakaian parenteral hanya diberikan pada
kondisi yang mengancam jiwa. I.V. atau I.M. : sehari 1 mg/kg bb, maksimum 20 mg
sehari. Selanjutnya terapi parenteral harus secepatnya diganti secara oral.
Mekanisme Kerja :
Menghambat influks kalisum pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard terutama
menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi (kurang
memengaruhi beban preload)
Penurunan resistensi perifer sering diikuti oleh reflek takikardia dan vasokonstriksi,
terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Bila
refleks takikardia kurang baik, seperti pada orang tua, maka pemberian antagonis
kalsium dapat menimbulkan hipotensi yang berlebihan.
Antagonis kalsium yang memiliki struktur kimia berbeda satu sama lain, dikenal sebagai
derivat:
-
Fenilalkilamin (verapamil)
Benzotiazepin (diltiazem)
Difenilpiperazin
Diarilaminopropilamin
Pemberian O2 3Lpm
Tujuan terapi oksigen :
1.
Untuk melakukan koreksi terhadap gangguan hipoksemia atau hipoksia dan
mencegah terjadinya hipoksia dan hipoksemia.
2.
Mengobati keracunan
3.
Sebagai fasilitas eleminasi pada jaringan tubuh.
4.
Tujuan terapi oksigen adalah untuk meningkatkan tekanan partial oksigen dalam
alveoli, mengurangi beban kerja sistem pernafasan dan mengurangi beban kerja jantung.
5.
Memperbaiki tingkat oksigenasi pada penderita yang oxygen carrying capacitynya
rendah, seperti pada penderita anemia.
6.
Mendorong reabsorbsi udara dalam rongga-rongga tubuh ( pada penderita dengan
pneumocephalus atau pneumotoraks)
Untuk pasien yang mengalami anemia dengan dapat dibuktikan konjungtiva anemis, wajah
pasien pucat. Dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb dan Hematokrit pasien rendah sehingga
perlu di lakukan transfusi PRC. Tujuan transfusi PRC yaitu untuk meningkatkan Hb dan tidak
ditemukan perdarahan masif.