Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Kesehatan


2.1.1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang


melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat
untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang


berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, dan tahu
bagaimana caranya melakukannya baik secara perorangan atau perkelompok (effendi
2003).

2.1.2. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas,
posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga
diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit
menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga
dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan
sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu
hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan
terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai
institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lainlain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat
binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena
wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

2.1.3. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi
yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan
sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk
dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode
dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
(Effendy, 2003).

2.1.4. Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang
dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau
seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar
digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk dari pendekatan ini antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.

Universitas Sumatera Utara

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok


sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan
tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup :
Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang
baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan
diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi
dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema
dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai


sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan
penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara
hendaknya cukup keras dan jelas.

Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya


tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.
2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke
atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang
cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,
memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya
massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan
sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan
masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari
metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara
pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang
dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

2.1.5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan

2.1.5.1. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,
2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan
untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga
mempermudah persepsi.
Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mencapai
sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran
untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan
tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain,
mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang untuk
mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang
lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu ternyadinya
penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan misalnya slide, film dan
alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga dimensi, gambar peta, bagan,
bola dunia, boneka dan lain-lain.
Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses
penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan lain-lain.
Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada waktu
proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.
Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga
yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu diperhatikan halhal sebagai berikut :

Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan


konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan
yang baru.
Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/ penataran/
penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadaq sesuatu

Universitas Sumatera Utara

masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta, prosedur


dan tindakin.
2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat0berguna sebagai alat rantu belajar dan tetap harus diingat
bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengemfangkan
keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai
hasil yang maksimal.

2.1.5.2. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif
terhadap kesehatan.

Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang
disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari
pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang
positif.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan
kesehatan antara lain adalah :
Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

Media dapat memperjelas informasi.

Universitas Sumatera Utara

Media dapat mempermudah pengertian.

Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3
yakni :
a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah
kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet,
leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar
atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa
kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah,
dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan
penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah
televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media
elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan

Universitas Sumatera Utara

seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta


jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi
umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian
dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah
biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan
penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan
informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,
sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor

penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan
dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang
dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta
penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.
Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan
yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang
lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk
mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi
perubahan perilaku.

Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu
yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian sehingga
menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu
banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat sehingga
membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Pengertian

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang
dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf,
2001).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2005).

Tingkatan pengetahuan

Notoatmodjo (2005), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap

obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain
kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali

(Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan


sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang
yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan,
dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam


komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada
kaitannya antara satu dengan lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang
dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dengan


menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap
sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan


pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi
empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan
timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Minat

Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
Pengalaman.

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha
untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif
dalam kehidupannya.
Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena lingkungan
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon
sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek
rangsangan (Sarwono, 2003).
Allen, et.al. dalam Azwar (2005), menyatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang
telah terkondisikan.

2.3.1. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam dari Notoatmodjo (2005), sikap terdiri dari tiga
komponen yang saling menunjang satu sama lain yaitu :

a. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Komponen kognitif
berisi kepercayaan (keyakinan), ide yang dimilki oleh individu terhadap suatu objek.
Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah kontroversial. Misalnya sikap seseorang terhadap DBD berarti
bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit DBD.

Universitas Sumatera Utara

b. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif


seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan individu
terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Misalnya bagaimana orang
menilai terhadap penyakit DBD, apakah penyakit tersebut biasa saja atau penyakit yang
membahayakan.

c. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai dengan


sikap yang dimiliki seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang mendahului
tindakan atau perilaku terbuka. Misalnya sikap terhadap penyakit DBD, apa yang
dilakukan seseorang agar mencegah atau tidak terkena DBD.
Interaksi antara komponen tersebut adalah selaras dan konsisten. Hal ini dikarenakan
apabila dihadapkan dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu
harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja diantara ketiga
komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi ketidakselarasan
yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap (Azwar, 2005).

Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Menerima ( receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang


diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar
atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu setuju dan
tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif dan
sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki intensitas
artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin
tidak berbeda.

Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan sikap

Menurut Azwar (2005), sikap manusia dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah
penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung
pada berbagai faktor lain.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih
mendalam dan lebih lama berbekas.

2. Pengaruh orang lain

Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, yang diharapkan, yang
tidak ingin dikecewakan atau orang yang berarti khususnya akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting
bagi individu adalah orang tua, orang yang status

Universitas Sumatera Utara

sosialnya lebh tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami
dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap. Apabila hidup dalam masyarakat yang mempunyai norma sangat
mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung. Apabila kita hidup
dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kelompok, maka sangat mungkin kita
akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan
kepentingan perorangan.
4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuai hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

Universitas Sumatera Utara

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,
garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajaranannya. Dikarenakan konsep
moral dan ajaran agama menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan
kalau pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu
terhadap sesuatu hal.
6. Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan
segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh factor
emosional adalah prasangka (prejudice). Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap
negatif yang didasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi.

Anda mungkin juga menyukai