Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI LANGSUNG

I. 1

METODE EKSPLORASI LANGSUNG

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa berdasarkan pada sifat


penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi
secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan
eksplorasi langsung.
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah
permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi
megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis.
Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan
fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat
dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
Pada Handout ini akan dijelaskan beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari
sehubungan dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah :
Pemetaan geologi/alterasi.
b. Tracing float, paritan, dan sumur uji.
a.

A. Pemetaan Geologi/Alterasi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi
geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan
informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda
mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada
informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta
tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang
diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi
yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah

cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi
sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500. Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data
(informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas
geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara talikompas.
Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat
diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti sumur uji, uji parit,
maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan
menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan
theodolit.
1. Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui
pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan
sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di
permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian
permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi,
seperti :

Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.


Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.

Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.

Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur


penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :

Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.
Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major)
yang ada.
Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat
fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta
dimensi endapan.

Gambar contoh dari singkapan batu bara

2. Lintasan (traverse)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan
pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan
tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi
regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut
efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalurjalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat
memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasanlintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui
kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu
lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan
titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan
titik akhir sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari
lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan
pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali
kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di
sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk

mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi


dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada
salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi
keseluruhan wilayah.
3. Interpretasi dan informasi data
Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan
geologi/alterasi antara lain :

Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).


Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.

Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau


formasi).

Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi


geoteknik dan hidrologi.

Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi


perlu diperhatikan, antara lain :

Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.


Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona
pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.

Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zonazona intrusi, dan proses sedimentasi.

Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona


kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat
antara lain :

Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).

Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat


dihindarkan (efisiensi).

Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan


pasti.

Gambar 6.1 menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan penampang geologi dari
data pengamatan singkapan di lapangan.

B. Tracing Float, Paritan, dan Sumur Uji


Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian) singkapan,
penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat juga dilakukan dengan tracing
float, paritan atau sumur uji. Secara teoritis, dengan melakukan kombinasi kegiatan
antara pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur uji dengan mengumpulkan
petunjuk-petunjuk ke arah bijih, maka lokasi endapan dapat diketahui (ditemukan).
1. Tracing float
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari
badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka
float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada
umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat Gambar 6.2).

Gambar 6.2

Sketsa proses terbentuknya float

Tracing (penjejakan perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan


pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d
boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat
pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu
tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka
diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi
(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float
terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir,
atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran
kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk materialmaterial yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan
pendulangan ini mirip dengan tracing float.
Pada Gambar 6.3 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing
with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak)
sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk
metode ini.

Gambar 6.3 Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float dan tracing with
panning
Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :

Peta jaringan sungai.


Titik-titik (lokasi) pengambilan float.

Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.

Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.

Lokasi dimana float mulai hilang.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber
float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada
daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float
tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan
(trenching) dan uji sumuran (test pitting).
2. Trenching (pembuatan paritan)
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi
singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.

Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara


menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan
(terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus

bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik


perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series
dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih,
sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4).
Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona
mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai
lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut
diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :

Terbatas pada overburden yang tipis,


Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau
dengan menggunakan eksavator/back hoe),
Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

Gambar 6.4 Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan batubara

Tugas (Kerjakan di Buku Catatan)!


1. Sebutkan alat alat eksplorasi yang digunakan pada pemetaan geologi ?
2. Pada pemetaan geologi/alterasi
a.

Dimana kita menemukan/mencari singkapan? apa yang


dimaksud dengan singkapan?

b.

Ketika sudah menemukan singkapan, pengamatan


pengamatan apa saja yang dilakukan?

3. Kenapa perlu dilakukan transverse/ lintasan ? jelaskan prinsip prinsip


tansverse?
4. Informasi informasi/data apa saja yang didapatkan dari pemetaan geologi ?
5. Jelaskan perbedaan trenching, tracing float, tracing with panning?
6. Jelaskan teknis pembuatan trenching? Kapan digunakan trenching?
7. Apa yang dimaksud dengan
a.

Self drainage

b.

Overburden

c.

Strike & dip

d.

loop

Anda mungkin juga menyukai