Anda di halaman 1dari 8

SOAL NOMOR 1

Karakteristik Filsafat
1. Skeptisis
Skeptisis adalah sikap keragu raguan terhadap suatu kebenaran sebelum
memperoleh argumen yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Dan sikap
skeptisis ini dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:
a. Bersifat gradusi. Yaitu sikap ragu yang naik menjadi yakin.
b. Bersifat degradasi. Yaitu sikap yakin yang turun menjadi ragu.
c. Bersifat bertahan. Yaitu tetap pada posisi semula.
Skeptisisme yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama,
yaitu graduasi. Rene Descartes yang merupakan salah seorang tokoh filsafat
dipandang sebagai figur, dengan ucapannya, cogito ergo sum (saya berfikir
maka saya ada). Kemudian Descartes menganjurkan agar setiap konsep /
kebenaran, walau telah diketahui kebenarannya tetapi harus diragukan terlebih
dahulu sebelum memperoleh argumentasi yang kuat terhadap kebenaran
tersebut. Oleh karena itulah sikap skeptisisme Descartes bersifat metodologis,
yaitu secara metode, segala sesuatu harus diragukan terlebih dahulu untuk
menganalisanya lebih dalam, sehingga memperoleh argumentasi tentang
kebenaran sesuatu. Dalam kaitannya dengan agama, skeptisisme memiliki
makana eksklusif , yaitu bukan meragukan kebenaran ajaran agama. Karena hal
itu bertentangan dengan ajaran agama sendiri, melainkan meragukan
kemampuan manusia dalam memperoleh kebenaran tersebut. Dengan kata lain,
adanya kebenaran tidak diragukan, yang diragukan ialah kemampuan
memperoleh kebenaran tersebut.
2. Komunalisme
Komunalisme berasal dari kata komunal yang berarti umum. Maksudnya ialah
hasil pemikiran filsafat adalah milik masyarakat umum. Tidak memandang ras,
kelas ekonomi, dan lain lain. Misalnya, hasil pemikiran Yunani bisa
dimanfaatkan oleh orang Asia, Eropa, Afrika, dan lain lainnya. Terlepas dari
sesuai atau tidaknya pemikiran tersebut dengan situasi dan kondisi dimana
filsafat itu dipraktikkan.
3. Desintrestednes
Berasal dari kata interest yang berarti kepentingan, kemudian diberi awalan dis
yang berarti tidak. Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas)
kefilsafatan tidak dimotivasi dan tidak bertujuan untuk kepentingan tertentu.

Jadi, seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa adanya bukan
bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji. Ia bertugas
menjelaskan dunia atau bahkan merubah dunia. Dengan kata lain, filsuf
tidak berada pada status mempertahankan, melainkan menjelaskan dan
merobahnya kepada kondisi ideal
4. Universalisme
Istilah universalisme berasal dari kata universal yang berarti menyeluruh. Yaitu
berfilsafat adalah hak seluruh ummat manusia secara umum. Perbedaanya
dengan komunalisme ialah pada isinya. Jika komunalisme mengandung makna
bahwa isi / hasil temuan filsafat menjadi milik semua ummat manusia kapan
dan dimana saja. Sedangkan universalisme berbicara dari segi hak.. yaitu semua
manusia berhak melakukan kajian filsafat.
Keempat karakter ini dapat disimpulkan dengan untaian kata berikut: Tanah
tak bertuan, Bumi tak berbatas, laut tak berdalam, dan samudera tak bertepi.
Karakteristik Ilmu
Ilmu lahir karena manusia dibekali Tuhan suatu sifat ingin tahu. Menurut Naramon
dalam Nazir (2003), ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau semua
aspek tentang progress manusia secara menyeluruh. Di dalamnya termasuk
pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistimatis melalui pengamatan dan
percobaan yang terus menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang
bersifat umum. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan suatu
rasionalisasi sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan
keterampilan observasi, percobaan (eksperimentasi), klasifikasi, analisis serta
membuat generalisasi. Dengan adanya keingintahuan manusia terus menerus, ilmu
akan terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan
berfikir secara logis yang disebut penalaran. Mengacu pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ilmu membahas dan membicarakan segala macam pengetahuan yang dapat
dimiliki manusia, baik pengetahuan lahir maupun pengetahuan bathin, termasuk
masalah-masalah yang tresedental dan metafisik.
Pengertian Ilmu menurut Nazir (2003). Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat
umum dan sistimatis, pengetahuan dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut
kaidah-kaidah yang umum. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur
menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistimatis.

Menurut Naroman dalam Nazir (2003), Ilmu mencakup lapangan yang sangat luas,
menjangkau semua aspek tentang progress manusia secara menyeluruh. Di dalamnya
termasuk pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistimatis melalui pengamatan
dan percobaan yang terus menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran
yang bersifat umum.
Selanjutnya menurut Harsoyo (1977), ilmu adalah:
1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistimatiskan atau kesatuan
pengetahuan yang terorganisasikan
2. Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris,
yaitu dunia terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh panca indra manusia.
Secara umum karakteristik ilmu adalah:
1. Bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru, dan tidak
menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat
menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
Contoh:
Penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya
ceramah, tetapi ada metode lain misalnya diskusi yang bisa digunakan di kelas
dalam rangka mengaktifkan siswa.
Media pembelajaran tidak selamnya harus elektronik, tetapi manual juga bisa
digunakan selama tepat dalam penggunaannya
2. Kebenarannya tidak mutlak
Kebenaran suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena yang
menyelidiki/menemukannya

adalah

manusia.

Kekeliruan/kesalahan

yang

mungkin terjadi bukan karena metode, melainkan terletak pada manusia yang
kurang tepat dalam penggunaan metode tersebut.
Contoh:
Pendekatan dalam pembelajaran muncul berbagai nama, misalnya
pembelajaran partisipatif, kontekstual learning, kooperatif learning

3. Bersifat Objektif

Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/meneliti


sesuatu harus didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung
pada pemahaman secara pribadi.
Contoh:
Berbagai model pembelajaran muncul dengan diawali penggunaannnya dalam
pembelajaran, kemudian diteliti efektivitas dari masing-masing model tersebut,
kemudian disosialisasikan Harsoyo (1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu itu ada
empat, yaitu: bersifat rasional, empiris, umum dan akumulatif.
Dari ke empat ciri tersebut, contoh kongkritnya yaitu :
1. Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio) yang
bersifat objektif.
Contoh:
Penggunaan pembelajaran partisipatif dapat menumbuhkan kreativitas pada
siswa, karena pada pelaksanaannya setiap siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat/gagasan, atau dalam mengambil keputusan
Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kerjasama diantara
peserta belajar, karena dalam pelaksanaannya peserta belajar dibagi dalam
kelompok kecil untuk memecahkan suatu permasalahan
2. Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu sifatnya
tidak

abstrak.

Berdasarkan

pengalaman

hidup

dan

penelitian

dapat

menghasilkan ilmu.
Contoh:
Penggunaan pembelajaran partisipatif didasarkan pada pengamatan bahwa
keaktifan dan kreatvitas peserta didik sangat memuaskan, karena setiap siswa
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek
Penggunaan pembelajaran kooperatif dianggap efektif dalam menciptakan
peserta didik untuk belajar bekerja sama ketika harus memecahkan suatu
masalah, sehingga pada diri anak tumbuh rasa kebersamaan
3. Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu
tidak hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat
dimanfaatkan secara makro tanpa dibatasi oleh ruang.

Contoh:
Penggunaan model pembelajaran partisipatif ataupun pembelajaran kooperatif
tidak hanya digunakan oleh seorang guru dalam mata pelajaran tertentu, tetapi
dapat juga digunakan oleh guru lainnya dalam mata pelajaran yang berbeda
Penggunaan media dengan memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran
dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan potensi lokal yang
dimilikinya
4. Bersifat Akumulatif
Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya.
Ilmu sifatnya tidak statis, setelah diperoleh ilmu tentang sesuatu, maka akan
muncul ilmu-ilmu baru lainnya.
Contoh:
Setelah muncul model pembelajaran partisipatif dan model pembelajaran
kooperatif, muncul lagi model pembelajaran lainnya , misalnya model
kontekstual learning
Karakteristik Agama
Agama merupakan suatu aturan atau system yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME serta tata kaidah yang
bersangkutan dengan pergaulan manusia dan manusia serta linhkungannya, dengan
agama hidup akan menjadi terarah dan pasti. Tanpa agama hidup tak akan seperti
yang kita harapkan, manusia menjalani hidup dengan sewenang-wenang karena tidak
adanya aturan atau agama yang menjadi pandangan hidup. Setiap manusia wajib
memeluk agama dalam menjalankan kehidupannya. Sebagaimana yang kita ketahui
khususnya di Negara kita sendiri yaitu Indonesia, memiliki beberapa agama yaitu,
islam, Kristen, hindu, budha, dan katolik.
Dalam meyakini suatu agama tentu kita telah mengetahui dasar-dasar agama
tersebut, sehingga dalam menjalankannya, kita terasa ikhlas dan tanpa beban. Seperti
kita ketahui, masing masing pemeluk agama menganggap bahwa agama yang di anut
nya adalah yang paling benar. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan
pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang
luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang
luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan
bahasa manusianya sendiri.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada


Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang
menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan menaati segenap ketetapan,
aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan. Dengan demikian diperoleh
keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan.
Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian
tersebut dapat disebut agama.
SOAL NOMOR 2
Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diterima selama tidak ada fakta yang
menolak kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat pragmatis. Ilmu
pengetahuan dipandang benar dan dianggap sebagai pengetahuan yang sahih
sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia. Ilmu
pengetahuan juga tidak selalu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap
masalah-masalah manusia. Ilmu pengetahuan mempunyai berbagai keterbatasan dan
keterbatasan inilah yang memerlukan bantuan filsafat dalam memberikan jawaban.
Setelah kita memahami tentang ilmu itu sendiri, kita akan lebih mudah dalam
menafsirkan apa itu kebenaran ilmiah. Yaitu, kebenaran yang sesuai dengan fakta dan
mengandung isi pengetahuan. Pada saat pembuktiannya kebenaran ilmiah harus
kembali pada status ontologis objek dan sikap epistemologis (dengan cara dan sikap
bagaimana pengetahuan tejadi) yang disesuaikan dengan metodologisnya. Hal yang
penting dan perlu mendapat perhatian dalam hal kebenaran ilmiah yaitu bahwa
kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari
para ilmuwan pada bidangnya masing-masing. Jadi harus tetap memasukkan
pertimbangan berbagai nilai sesuai dengan karakteristik ilmu itu sendiri.
Ilmu bersifat pasteriori (kesimpulan ditarik setelah melakukan pengujian
secara berulang), sedangkan filsafat bersifat priori (kesimpulan ditarik tanpa
pengujian tetapi pemikiran dan perenungan). Keduanya sama-sama menggunakan
aktivitas berfikir, walaupun cara berfikirnya berbeda. Keduanya juga sama-sama
mencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat sendiri
tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori keilmuan melalui observasi ataupun
eksperimen untuk mendapatkan justifikasi.

Jadi, pendapat yang disetujui adalah pendapat yang kedua bahwa ilmu
pengetahuan tidak bebas nilai.
SOAL NOMOR 3

Teori Kebenaran
Korespondensi

Teori Kebenaran Koherensi

Kebenaran Korespondensi adalah berpikir tentang pembuktian sesuatu itu relevan dengan
sesuatu yang lain. Relevansi tersebut dibuktikan dengan adanya peristiwa yang sejalan atau
berlawanan arah antar fakta yang diharapkan, anatara fakta dengan kepercayaan yang diyakini,
yang sifatnya spesifik (Phenomonologi Russell).
Contoh: Ibu Kota R.I. adalah Jakarta.
Bila kenyataannya memang Ibu Kota R.I. adalah Jakarta, maka pernyataan itu adalah suatu
kebenaran
Suatu yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan
dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi. Pemilik hirarki yang lebih tinggi
dari sesuatu unsur tersebut dapat berupa skema, sistem, atau nilai. Secara sederhana teori
kebenaran koherensi adalah kebenaran saling berhubungan
Contoh:

Semua manusia pasti akan mati = A - B


Ahmad adalah seorang manusia = C - A
Ahmad pasti mati
=C-B
Yaitu pengetahuan atau pernyataan dapat bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan
itu tersusun sedemikian rupa sesuai dengan aturan tata bahasa yang berlaku.

Teori Kebenaran Sistematis

Teori Kebenaran NonDeskripsi

Contoh: adanya perbedaan makna antara kalimat seorang dokter mengoperasi pasien di ruang
operasi dan seorang dokter mengoperasi, pasien di ruang operasi. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan susunan kalimat
Yaitu suatu pengetahuan atau pernyataan bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan
itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan
kesepakatan bersama untuk menggunakannya.

Teori Kebenaran Pragmatis

Contoh: Petani menanam jagung (tapi sebenarnya yang ditanam adalah bibit jagung, untuk
diharapkan menjadi jagung nantinya)
Yaitu pengetahuan bernilai benar apabila pengetahuan itu dinyatakan dapat dipergunakan
dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam hal ini kebenaran pragmatis tidak
mempermasalahkan pentingnya hakikat kebenaran, tetapi yang lebih diutamakan adalah
tentang berguna atau tidaknya suatu pengetahuan itu.

Teori Kebenaran Sintaksis

Contoh: Pena dianggap benar bila dapat digunakan untuk menulis.


Yaitu suatu pengetahuan atau pernyataan bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan
itu memiliki arti dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya berdasarkan kenyataan atau
hal yang diacu.
Contoh: meja tulis, meja makan, meja computer.

Teori kebenaran yang sesuai untuk saat ini adalah semua teori kebenaran, karena
kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subjek tentang
sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita,
perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum. Semua teori kebenaran
itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masingmasing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.

TUGAS

Filsafat

Disusun Oleh:
Fauziah Devi
Eko Hariyanto
Gilang Tirta

Universitas Negri Yogyakarta


2015

Anda mungkin juga menyukai