Anda di halaman 1dari 12

1.

Tanaman mangrove
2. Susunan dan perkembangan tanaman mangrov
3. Macam macam perikanan prov jambi
4. Kuliner dari ikan
5. Objek wisata bahari prov jambi
6. Manfaat tanaman mangrov
7. Bagaimana cara pertumbuhan karang
8. Manfaat karang
9. Apa itu zona ekonomi eksklusif
10.Apa itu zona teritorial ekslusif
11.Macam macam ikan ekonomis provinsi jambi

POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN PROPINSI JAMBI


1. Potensi Perikanan Tangkap
Perikanan Tangkap di Laut
Luas perairan laut Jambi lebih kurang 44.496 km dengan panjang pantai kurang lebih 210 km. Potensi
perikanan tangkap yang terkandung di dalamnya sekitar 114,036 ton/ tahun, dengan potensi lestari (MSY)
sekitar 71.820 ton/tahun, terdiri atas jenis-jenis ikan ekonomis penting seperti ikan Tenggiri, Bawal,
Senangin, Kembung, Udang Ketak, berbagai jenis Udang lain, dan lain-lain.
Pada tahun 2006 telah dimanfaatkan sebesar 56,9 % dan peluang pemanfaatan yang masih dapat
dikembangkan sekitar 43,1 %.
Perikanan Tangkap di Perairan Umum
Perairan umum di Provinsi Jambi berupa sungai, danau, rawa dan genangan air lainnya, luasnya sekitar
115.000 ha dengan potensi perikanan lestari yang terkandung di dalamnya sekitar 35.500 ton. Pada
tahun 2006 tingkat pemanfaatannya 15,9 %, sehingga peluang pengembangannya sebesar 84,1 %.
2. Potensi Perikanan Budidaya
A. Budidaya Laut
Perairan laut Jambi selain dapat dimanfaatkan untuk usaha penangkapan ikan, juga dapat dikembangkan
untuk usaha budidaya laut, terutama di perairan Pulau Berhala. Potensi untuk budidaya laut sekitar 50
Ha, pemanfaatannya pada tahun 2006 masih dalam pengkajian.
B. Budidaya Tambak/Air Payau
Potensi lahan untuk usaha budidaya tambak kurang lebih 18.000 ha. Pada Tahun 2006 telah dimanfaatkan
seluas 1.579,0 ha (8,7 %), berarti peluang pengembangannya mencapai 91,3 %.
C.Budidaya Keramba/ Jaring Apung
Potensi areal perairan umum yang cocok untuk budidaya keramba dan jaring apung di sepanjang aliran
Sungai Batanghari dan anak sungai serta danau-danau sepanjang DAS Batanghari cukup untuk 97.350
unit, pada tahun 2006 dimanfaatkan untuk 10.300 unit, tingkat pemanfaatannya baru mencapai 10,1 %
berarti potensi yang masih bisa dikembangkan sebesar 89,9 %.
D. Budidaya Kolam
Potensi lahan untuk budidaya kolam kurang lebih 5.035 ha. Pada tahun 2006 telah dimanfaatkan seluas
1.344,6 ha (26,7 %), sehingga peluang pengembangannya 73,3 %.
E. Budidaya Mina Padi
Potensi lahan untuk usaha mina padi kurang lebih 350 ha, terdapat pada sawah yang telah beririgasi
teknis seperti di Merangin. Pada tahun 2006 telah dimanfaatkan seluas 18,2 ha (5,2 %).

1. Gulai patin, tepek ikan, pempek, kerang bumbu, telor ikan se kuning,
Objek wisata bahari prov jambi
Pedo bungkus daun ubi,
Danau sipin, tanggo rajo, sungai batang hari, danau kerinci,
danau sigombak (tebo),
air terjun ranah sungai ipuh dan air terjun tegan kiri (bungo), air terjun
simpang narso dan air terjun seluro , danau biaro, danau kaco, sungai
batang asai ( sarolangun)
danau pauh, danau depati empat, air terjun sigerincing, air terjun sungai
piul ( merangin)
air terjun telun berasap, air panas semurup, danau kerinci , danau gunung
tujuh, (kerinci)
dermga pasr kuala tungkal, pantai pasir putih dan hutan mangrove ,
(tanjabar)
kampung laut

PERTUMBUHAN KARANG
Pertumbuhan karang mrupakan proses pertambahan panjang, volume atau perubahan tutupan
kerangka karang persatuan waktu. Proses tersebut terjadi karena adanya pengapuran atau kalsifikasi
yang tersususn dari kalsium karbonat dalam bentuk arogonit kristal (kristal serat CaCO 3) dan kalsit.
Proses pengapuran tersebut tidak lepas dari proses kalsifikasi yang terjadi di luar kalikoblas
epidermis yang terjadi secara kompleks. Bahan utama yang digunakan untuk proses kalsifikasi
sebenarnya merupakan suatu hasil metabolisme yang disekresikan. Semua bahan yang didepositkan
bergerak melalui beberapa tingkat kontrol metabolik yang saling berkaitan, sehingga terjadi
kesesuaian antara pengambilan dan pengendapan (Suharsono, 1984).
Pertumbuhan karang bercabang seperti Acroporamempunyai kecepatan tumbuh antara 10-15
cm per tahun. Sedangkan karang masif umumnya pertumbuhannya sangat lambat yakni sekitar 0,81,0 cm per tahun (Suharsono, 1984)
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang Acropora dan nonAcropora (English et.al., 1994). Perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur

skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan nonAcropora hanya memiliki radial koralit.
a) Bentuk Pertumbuhan Karang non-Acropora terdiri atas :
Bentuk Bercabang (branching), yakni memiliki cabang lebih panjang daripada diameter yang dimiliki,
banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi atau
setengah terbuka. Bersifat banyak memberikan tempat perlindungan bagi ikan dan invertebrata
tertentu.

Bentuk Padat (massive), dengan ukuran bervariasi serta beberapa bentuk seperti bongkahan batu.
Permukaan karang ini halus dan padat, biasanya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan
bagian atas lereng terumbu.

Bentuk Kerak (encrusting), tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar dan
keras serta berlubang-lubang kecil, banyak terdapat pada lokasi yang terbuka dan berbatu-batu,
terutama mendominasi sepanjang tepi lereng terumbu. Bersifat memberikan tempat berlindung untuk
hewan-hewan kecil yang sebagian tubuhnya tertutup cangkang.

Bentuk lembaran (foliose), merupakan lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu,
berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar, terutama pada lereng terumbu dan daerahdaerah yang terlindung. Bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain.

Bentuk Jamur (mushroom), berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti
punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut.

Bentuk submasif (submassive), bentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom kecil.

Karang api (Millepora), semua jenis karang api yang dapat dikenali dengan adanya warna kuning di
ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar bila disentuh.

Karang biru (Heliopora), dapat dikenali dengan adanya warna biru pada rangkanya.

b) Bentuk pertumbuhan Acropora sebagai berikut :


Acropora bentuk cabang (Branching Acropora), bentuk bercabang seperti ranting pohon.

Acropora meja (Tabulate Acropora), bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja.
Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut
atau datar.

Acropora merayap (Encursting Acropora), bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang
belum sempurna.

Acropora Submasif (Submassive Acropora), percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh.

Acropora berjari (Digitate Acropora), bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan

c) Proses KalsifikasiKarang

Proses kalsifikasisebenarnyaadalah proses mineralisasi yang terjadi di luarkalikoblas epidermis


atausuatu proses pembentukankalsiumkarbonat. Dimana bahanutama yang digunakanuntuk proses
kalsifikasisebenarnyamerupakansuatuhasilmetabolisme
danterdiridaribeberapasubstansimuchopolysacarida,

yang

yang

disekresikan,

memungkinkankarangmengikatkalsium

(Ca2+) dari air laut (Suharsono, 1984).


Kecepatanpembentukan

CaC03,

dipengaruhiolehaktivitasfotosintesisolehzooxanthella

yang

memacupengapurankerangkakarangdanolehkerjaenzim"carbonic
anhydrase.Jikazooxanthellaedicegahuntuktidakmelakukanfotosintesisataudipindahkandarijaringankar
angmakareaksipembentukan CaC03menjadisangatlambat.
Perananzooxanthellaedalammekanismekalsifikasiadalahdalammemindahkanhasilbuangan yang
dihasilkanolehkarangseperti CO2, nitrogen, fosfor, dansulfur.Disampingkalsium, unsur-unsurSr, U, Ba,
Cu, B, Li, dan Zn secaraumumselaluadadalamkerangkakarang.Zat-zatinididepositkanbersamasamadenganCaselama proses kalsifikasi (OdumdanOdum, 1955 dalamNontji, 1984)
d) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Karang
Pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
Suhu
Secara ekologis suhu sangat mempengaruhi penyebaran karang. Dimana suhu yang tidak sesuai
akan menyebabkan karang menjadi stress, bahkan menyebabkan kematian karang. Suhu optimal
untuk pertumbuhan karang adalah sekitar 25-30C (Nontji, 1993). Suhu dibawah 18C dapat
menghambat pertumbuhan karang, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada karang. Sedangkan
suhu diatas 33C dapat menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching), yaitu keluarnya
zooxanthella dari jaringan karang secara paksa oleh hewan karang sehingga warna karang menjadi
putih yang bila berlanjut akan menyebabkan karang mati (Tomascik et al, 1997).
Salinitas
Salinitas juga berpengaruh terhadap kehidupan hewan karang karena adanya proses osmoegulasi
dalam jaringan hewan karang. Dimana salinitas optimal untuk pertumbuhan karang yakni sekitar 3235%o. Oleh sebab itu sangat jarang ditemukan terumbu karang disekitar muara sungai yang besar
atau bercurah hujan lebih tinggi.
Kedalaman dan cahaya
Pertumbuhan optimum karang pada umumnya terjadi pada kedalaman di bawah permukaan. Hal ini
erat kaitannya dengan adanya cahaya yang masuk ke dalam perairan. Cahaya yang cukup harus
tersedia untuk proses fotosintesis zooxanthella yang hidup bersimbiosis dalam jaringan tubuh karang.
Cahaya yang kurang dapat menyebabkan laju fotosintesis berkurang dan bersamaan dengan itu akan
sangat berpengaruh pada jumlah kalsium karbonat yang dihasilkan. Dimana kalsium karbonat ini
sangat berguna dalam pembentukan kerangka pada proses kalsifikasi.

Kedalaman maksimal untuk pertumbuhan karang pembentuk yakni sekitar 40 meter


pada perairan jernih dan 15 meter pada perairan keruh (Tomascik et al, 1997).
Arus dan gelombang
Pergerakan air seperti arus dan gelombang merupakan transportasi zat hara, larva dan bahan
sedimen. Dimana pergerakan air dapat memberikan oksigen yang cukup, oleh sebab itu pertumbuhan
karang lebih baik pada daerah yang mengalami gelombang besar daripada daerah yang tenang dan
terlindung.
e) Metode Pengukuran Pertmbuhan Karang terdiri dari:
Manual
Pertumbuhankarangdiukursetiapbulansekalidenganmenggunakanjangkasorongpadaketelitian

0,01

cm. Pengukuranpencapaianpertumbuhankarangdenganmenggunakanrumus (Sadarun, 1999) :


= Lt Lo
dimana =

Capaianpertambahantinggi / panjang / lebarfragmenkarang


Lt = Rata-rata tinggi/panjang/lebarfragmensetelahbulanke-t
Lo = Rata-rata tinggi/panjang/lebarfragmensetelahbulanke-o

Fotogrametri
Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan secara
fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan
peta. Maka untuk mengukur perumbuhan karang maka dibutuhkan peta wilanyah karang yang akan
diukur pertumbuhannya.
X-ray
Denganteknikradiometri

(menggunakansinar-x

atau

ultra

violet)

untukmembacapola-

polapertumbuhantahunan yang terekampadabagianepitekadarirangkakarang.Garispertumbuhan yang


terekampadarangkakarangtersebutakanmemperlihatkanpola
(BuddemeierdanKinzie, 1976).
Flourescant
Alyzarn red

yang

berbedamenurutmusim

FUNGSI DAN MANFAAT TERUMBU KARANG


1. Pelindung ekosistem pantai
Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah
terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi
sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan
gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya
ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan magrove
2. Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan
dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan
anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial
perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian
mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per
tahunnya. Sekitar 300 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu
karang
Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang
bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis
ikan karang menjadi komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 10 ton
ikan per kilometer persegi pertahun.
3. Sumber obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi
obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk
dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
4. Objek wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan
alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam ,
menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
5. sumber pendidikan
Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian

Provinsi Jambi memiliki potensi bio-diversity berupa keragaman flora dan fauna,
yang sangat kaya, seperti umumnya wilayah pantai timur Pulau Sumatera. Keragaman
fauna di Provinsi Jambi antara lain berupa keragaman jenis ikan yang hidup di
perairan. Jenis-jenis ikan tersebut berbeda sesuai dengan beragam ekosistem yang
mewadahi kekayaan ekologis sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, dimana
tiap tipe ekosistem menjadi habitat bagi kelompok jenis ikan tertentu.
Sungai Batanghari merupakan salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatera
dengan panjang sekitar 1740 km dan menjadi sungai utama bagi Provinsi Jambi,
sehingga membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang membentuk
kesatuan ekologis dengan danau, rawa dan genangan air lain serta sungai-sungai kecil
yang bermuara ke Sungai Batanghari. Sungai ini melintasi beragam tipe daratan,
berpangkal di pegunungan Bukit Barisan Sumatera Barat dan berakhir di pantai Timur
Jambi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 131 spesies ikan yang
hidup di perairan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Sekitar 20 tahun terakhir ekosistem perairan dalam DAS Batanghari sudah
banyak mengalami kerusakan yang berakibat langka dan hampir punahnya beberapa
jenis ikan, diperburuk oleh kegiatan penangkapan yang sudah mencapai tangkap lebih
(over exploited) dan menggunakan cara yang tidak ramah lingkungan, terutama untuk
jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi.
Perusakan hutan yang berdampak terhadap DAS Batanghari di Provinsi Jambi
telah berlangsung sejak tahun 1980-an, terutama ketika penebangan hutan terjadi tanpa
pengendalian yang memadai. Hal ini juga diperparah oleh penangkapan ikan yang
hampir tidak terkendali, terutama sebagai akibat terbukanya peluang pemasaran ke luar
daerah atau ke luar negeri dengan harga yang sangat menggiurkan. Tingkat
pemanfaatan pada beberapa jenis ikan ekonomis penting di perairan umum Jambi
terjadi berlebih (overfishing) di mana usaha pemanfaatannya melebihi potensi lestari
dan pemanfaatan populasi ikan melebihi kapasitas stok (cadangan) perikanan setempat.
Warisan budaya adat istiadat masyarakat Jambi yang secara jelas memberikan
ruang yang luas bagi pelestarian sumberdaya perikanan diduga berbenturan dengan
motif-motif ekonomi akibat kuatnya permintaan pasar. Perbenturan nilai yang terjadi
spesifik di tiap komunitas lokal telah menghasilkan pola tindak yang beragam pula di
komunitasnya masing-masing. Umumnya aturan adat mulai mengendur, sehingga laju
perusakan sumberdaya perikanan dengan intensitas beragam terus berlanjut hingga saat
ini.
Penetapan kawasan konservasi ikan yang digalakkan sejak awal tahun 1990an oleh
Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perikanan, dalam kerjasama dengan beberapa
lembaga penelitian dan pendidikan, efektifitasnya masih belum memadai untuk
mengawal wawasan ekologis yang hidup dalam beberapa komunitas lokal. Hal ini antara
lain ditunjukkan dengan berlanjutnya proses kepunahan beberapa jenis ikan ekonomis
penting seperti Ridik angus (Balantiocheilus melanopterus) dan Keleso (Schelerofagus
formosus). Hal ini menuntut ditempuhnya upaya pelestarian sumberdaya ikan yang
lebih berdaya guna dalam kekhasan alam dan masyarakat di Provinsi Jambi.

Penerapan Hukum adat dalam pengelolalan sumberdaya ikan sudah mulai


melemah di sebagian besar wilayah dan adanya introduksi ikan asing (non-native
species) baik yang disengaja maupun tidak disengaja menjadi ancaman yang sangat
mengkhawatirkan bagi jenis-jenis ikan langka dan hampir punah di Provinsi Jambi.
Pemberlakuan Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan, yang
kemudian direvisi menjadi UU No. 45 tahun 2009 serta dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya
Ikan memungkinkan upaya pelestarian dan konservasi sumberdaya ikan yang lebih
efektif.
Melalui Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber
Daya Ikan yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor Per.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan maka penyelenggaraan inisiasi, identifikasi dan inventarisasi dan penetapan
suatu Kawasan Konservasi Perairan menjadi lebih meyakinkan. Selanjutnya dengan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.03/MEN/2010 tentang Tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.04/MEN/2010 tentang Tata
Cara Pemanfaatan Jenis Ikan dan Genetik Ikan diharapkan upaya perlindungan sumber
daya ikan kembali dapat ditingkatkan.

Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai,
yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan
alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan
bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep
dari ZEE muncul dari kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya
berdasarkan pada kebutuhan yang berkembang semenjak tahun 1945 untuk
memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas lautnya, sumbernya mengacu pada
persiapan untuk UNCLOS III.
gertian ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) adalah suatu zona selebar tidak lebih dari 200 mil laut dari
garis pangkal. Di Zona Ekonomi Eksklusif ini negara pantai memiliki hak-hak berdaulat yang
eksklusif untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan alam serta yurisdiksi tertentu
terhadap :
(a) pembuatan dan juga pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan.
(b) riset ilmiah kelautan.
(c) perlincungan dan pelestarian lingkungan laut.

Pada tahun 1957 di Indonesia mengeluarkan deklarasi Juanda yang melahirkan konsep Wawasan
Nusantara. Dalam deklarasi tersebut telah ditentukan bahwa batas perairan wilayah Indonesia ialah
12 mil dari garis dasar pantai masing-masing pulau sampai dengan titik terluar.
Pada tahun 1980 Indonesia mengeluarkan aturan tentang batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)
Indonesia sepanjang 200 mil, ini diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut sejauh 200 mil dari pulau terluar diukur saat air surut.
Pada ZEE ini, pemerintah Indonesia memiliki hak untuk mengatur segala kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam di permukaan laut, di dasar laut dan juga di bawah laut serta
mengadakan penelitian sumber daya hayati maupun sumber daya laut lainnya.

| Batas Zona Tambahan |


Pengertian Zona Tambahan adalah laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak
melebihi 24 mil laut dari garis pangkal. Di Zona tambahan ini kekuasaan negara terbatas untuk
mencegah pelanggaran-pelanggaran terhadap bea cukai, fiskal, imigrasi dan perikanan.
Pengertian Zona Tambahan menurut J.G Starke adalah suatu jalur perairan yang berdekatan dengan
batas jalur maritim atau laut teritorial, namun tidak termasuk kedaulatan negara pantai, tetapi
dalam zona ini negara pantai memiliki kewewenangan melaksanakan hak-hak pengawasan tertentu
untuk mencegah terjadinya pelaggaran peraturan perundang-undangan saniter, bea cukai, fiskal,
pajak dan juga imigrasi di wilayah laut teritorialnya. Batas zona tambahan sepanjang 12 mil atau
tidak melebihi 24 mil dari garis pangkal.
Dalam pasal 24 angka (1) UNCLOS III mengenai Zona tambahan, dinyatakan bahwa suatu zona dalam
laut lepas yang bersambungan dengan laut teritorial negara pantai itu memiliki kewenangan
melaksanakan pengawasan yang dibutuhkan untuk :
(1) Mencegah pelanggaran perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah bea cukai,
perpajakan, keimigrasian dan kesehatan.
(2) Kewenangan untuk menghukum pelanggaran-pelanggaran atau peraturan-peraturan perundangundangannya tersebut di atas.
Di dalam ayat 2 ditegaskan tentang lebar maksimum dari zona tambahan tidak boleh melampaui
dari 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal. Hal ini berarti bahwa zona tambahan tersebut hanya
mempunyai arti bagi negara-negara yang mempunyai lebar laut teritorial yang kurang dari 12 mil
laut berdasarkan konvensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958 dan sudah tidak berlaku lagi setelah
adanya ketentuan baru dalam Konvensi Hukum Laut 1982. Menurut pasal 33 angka 2 Konvensi
Hukum Laut tahun 1982, zona tambahan tidak melebihi 24 mil laut dari garis pangkal dari mana
lebar laut teritorial itu diukur.

| Batas Laut Teritorial |


Pengertian Laut Teritorial adalah laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak
melebihi dari 12 mil laut. Dalam laut teritorial ini kedaulatan negara penuh termasuk atas ruang
udara di atasnya. Hak lintas damai diakui bagi kapal-kapal asing yang melintas.
Pengertian Hak Lintas Damai Menurut Konvensi Hukum Laut 1982 adalah hak untuk melintas
secepat-cepatnya tanpa berhenti dan bersifat damai tidak mengganggu keamanan dan ketertiban
negara pantai. Pelaksanaan hak lintas damai haruslah :

(a) harus tidak mengancam atau menggunakan kekerasan yang melanggar integritas wilayah,
kemerdekaan dan politik negara pantai.
(b) harus tidak melakukan latihan militer atau sejenisnya tanpa seizin negara pantai.
(c) harus tidak melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tertentu yang
melanggar keamanan ketertiban negara pantai.
(d) harus tidak melakukan tindakan propaganda yang melanggar keamanan ketertiban negara
pantai.
(e) harus tidak melakukan peluncuran, pendaratan dari atas kapal apa pun termasuk kapal militer.
(f) harus tidak melakukan bongkar muat komoditas, penumpang, mata uang yang melanggar aturan,
perpajakan, imigrasi dan hukum negara pantai.
(g) harus tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan pencemaran.
(h) harus tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan.
(i) harus tidak melakukan kegiatan penelitian.
(j) harus tidak melakukan kegiatan yang mengganggu ke sistem komunikasi negara pantai.
(k) kapal-kapal selam yang melakukan lintas damai harus menampakkan dirinya di permukaan serta
menunjukkan bendera negaranya.
Hak lintas damai adalah hak bagi kapal asing sehingga merupakan kewajiban bagi negara pantai
untuk memberikannya. Dalam UU No. 43 Tahun 2008, pemerintah Indonesia memiliki wewenang
memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi laut teritorial dan perairan
kepulauan pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Sekian pembahasan pengertian ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), pengertian Zona Tambahan dan
pengertian Laut Teritorial, semoga tulisan saya mengenai pengertian ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif),
pengertian Zona Tambahan dan pengertian Laut Teritorial dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif),


Pengertian Zona Tambahan dan Pengertian Laut Teritorial :
- Sefriani, 2011. Hukum Internasional (Suatu Pengantar). Penerbit PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta.

Gambar Pengertian ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif),


Pengertian Zona Tambahan dan Pengertian Laut Teritorial

Anda mungkin juga menyukai