Anda di halaman 1dari 13

2.1.

Kebun
a. Penanaman
Kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit di kebun milik KUD Sawit Makmur Mandiri I memiliki
tahun tanam 1979, 1981, 1986, 1987 dan 1989 (berumur17-27 tahun) dengan jarak tanam 8m x 8m.
b. Perawatan Tanaman
Kegiatan perawatan tanaman kelapa sawit meliputi pembersihan piringan, penunasan, pemupukan.
Penyiangan gulma
Pemeliharaan piringan dilakukan tiga kali setahun dan umumnya disesuaikan dengan waktu
pemupukan. Pembersihan areal dilakukan dengan cara dibabat atau dikoret dan juga dengan
penggunaan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah Round up digunakan 3 kali setahun.
Penunasan
Penunasan dilakukan untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan atau yang
ditinggalkan di pohon karena berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, bobot tanadan, dan produksi
TBS meskipun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan. Jumlah pelepah bila tanaman
berumur > 8 tahun adalah 40-48 pelepah/pohon. Penunasan pada kebun ini dilakukan sekali
setahun.
Pemupukan
Pemberian pupuk ditabur merata dalam piringan dengan jarak 1,5 m dari batang pohon. Jumlah dan
jenis penggunaan pupuk pada kebun ini adalah : Urea : 1 kg/pokok, TSP : 1 kg/pokok dan KCl : 1
kg/pokok, diberikan dengan frekwensi 3 kali setahun (4 bulan sekali).
c. Panen dan Produksi
Pemanenan
Tandan Buah Segar (TBS) yang cukup matang dipanen dengan cara manual menggunakan dodos
dan pisau pemotong bergalah (egrek) dengan tenaga manusia. Buah yang layak panen adalah buah
luar yang telah lepas dari tandan dan jatuh ke tanah (piringan) yang diistilahkan sebagai brondolan
(Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit


Tingkat Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan
Mentah
00 Tidak ada, buah berwarna hitam pekat
0 1-12,5 % buah luar*) membrondol
Matang 1 12,5-25 % buah luar membrondol
2 25-50 % buah luar membrondol
3 50-75 % buah luar memberondol
Lewat Matang 4 75-100 % buah luar membrondol
5 Buah dalam juga membrondol dan terdapat buah busuk
Sumber : Pedoman Teknis PPKS, 1999.
Keterangan: Buah luar adalah : buah yang terlihat dari luar yaitu buah yang terdapat diujung
spikelet. Banyaknya buah luar dipengaruhi berat tandan, bila berat tandan 10-15 kg umumnya
memiliki buah luar antara 100-200 buah.
Buah dikatakan layak apabila :
1. Sudah terdapat 2 buah brondolan untuk tiap kg tandan dengan tandan yang beratnya > 10 kg.
2. Sudah terdapat 1 buah brondolan untuk tiap kg tandan dengan tandan yang beratnya 10 tahun.
Kriteria umum tersebut adalah pencerminan dari tingkat kematangan tandan yang optimal yaitu :
matang atau disebut sebagai fraksi 1,2 dan 3.
Cara Pemanenan
Cara panen meliputi pemotongan pelepah, memotong tandan dari pohon, memotong gagang pohon
tandan, mengumpulkan brondolan, mengangkut tandan dan brondolan ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) serta memotong dan menyusun pelepah pada gawangan mati.
Produksi
Produksi tanaman kelapa sawit pada kebun sawit milik KUD Sawit Makmur Mandiri I dari tahun
2005 tertera pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2. Data Produksi TBS (ton/bulan) pada Kebun Sawit Milik KUD Sawit Makmur Mandiri I
yang Akan Dikaji pada Tahun 2005
No. Nama Pekebun Tahun Tanam Luas Kebun
(ha) Nomor Kapling Produksi TBS (Ton/bulan)
1. Abdolla Ali 79/81 4 108 4,9
2. Abdolla Ali 79/81 4 99 4,6
3. Istiah 79/81 4 109 4,6
4. Sugeng 79/81 4 110 4,7
5. Suroto 86/87/89 4 89 4,8
6. Jarwan Sujarwadi BA 86/87/89 4 62 5,0
7. M. Rafiq 86/87/89 4 77 4,7
8. Yahya 86/87/89 4 63 5,1
9. Rusli Chandra 86/87/89 4 88 4,6
10. Edy Purwanto 86/87/89 4 64 4,6
11. Robiah Daulay 81/84 4 102 4,7
12. Aminah 86/87/89 4 79 4,8
13. Sampe Teguh 86/87/89 4 101 5,0
14. Marolop Munthe 81/84 4 76 4,7
15. Nabsiah 86/87/89 4 91 4,8
16. Marolop Munthe 84 4 100 5,0
17. Aliman 79/81 4 133 4.7
18. Pulung Pandia 86/87/89 4 90 4.9
Jumlah 72
Sumber : Data Primer (Wawancara Dengan Petani Pemilik), 2007
Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
Pengangkutan TBS dari Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dengan menggunakan truk ke PKS,

penimbangan dilakukan sebelum masuk pabrik di jembatan timbang. Selisih antara berat truk
sewaktu berisi TBS dengan berat yang diterima di PKS adalah berat bersih (netto). Setelah
penimbangan, dilakukan sortasi TBS dilantai/peron loading ramp untuk mengetahui mutu TBS yang
akan diolah.
2.2. Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
A. Produksi
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Batu telah beroperasi dengan kapasitas 30 ton TBS/jam, beroperasi
selama 20 jam/hari (300 hari/tahun). Sumber bahan baku PKS adalah Tansan Buah Segar (TBS)
kelapa sawit dari kebun masyarakat sekitar, karena PKS Aek Batu tidak memiliki kebun kelapa
sawit sendiri.
B. Pengolahan Hasil
Proses pengolahan minyak kelapa sawit dilakukan dalam beberapa tahap di masing-masing stasiun
sehingga menghasilkan minyak sawit dan inti sawit. Stasiun-stasiun tersebut dapat dijelaskan sesuai
dengan tahapan pengolahan yaitu sebagai berikut:
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Bunch Reception Station)
Buah kelapa sawit setelah tiba di pabrik kemudian ditimbang di weight bridge untuk mengetahui
berat tandan buah segar (TBS = Fresh Fruit Bunch/FFB) yang diterima. Truk pengangkut bahan
baku kemudian memasuki loading ramp untuk memindahkan FFB ke dalam lori rebusan.
2. Penimbunan dan Pemindahan Buah (Fruit Loading Ramp)
Loading ramp adalah tempat penimbunan sementara dan pemindahan tandan buah kedalam lori
rebusan. Tandan buah dituang pada tiap-tiap sekat dan diatur dari pintu ke pintu lainnya dengan
isian sesuai kapasitas.
3. Lori Rebusan (Fruit Cage Bogies)
Lori rebusan adalah alat yang digunakan untuk mengangkut dan tempat merebus buah. Lori rebusan
diisi penuh dan merata (2,5-2,7 ton) per lori dan dihindari isian jangan sampai membubung yang
dapat mengakibatkan packing pintu tergesek buah dan buah jatuh ke dalam rebusan.

4. Stasiun Rebusan (Sterilizer Station)


Baik buruknya mutu dan jumlah hasil olah suatu pabrik kelapa sawit terutama ditentukan oleh
keberhasilan rebusan. Oleh sebab itu merebus buah harus sesuai ketentuan dan merupakan hal yang
mutlak dilakukan. Stasiun perebusan terdiri dari beberapa alat :
a. Alat Penarik (Mobile Cantilever)
Mobile cantilever adalah alat penarik lori keluar dan masuk sterilizer (rebusan).
b. Transfer Carriage
Transfer carriage adalah jalur yang akan dilalui oleh lori-lori. Adapun beberapa syarat yang harus
diperhatikan pada transfer carriage adalah:
Transfer Carriage harus rata dan tidak naik turun, tidak bengkok dan jaraknya tetap 60 cm.
Wessel harus bersih dan sewaktu digunakan lidah wessel dapat rata dengan transfer carriage.
c. Ketel Rebusan (Sterilizer)
Ketel rebusan adalah bejana uap tekan, yang digunakan untuk merebus buah. Umumnya sterilizer
dirancang dengan panjang yang dapat memuat enam sampai sepuluh lori dengan tekanan kerja 3
kg/cm2. Untuk menjaga tekanan dalam rebusan tidak melebihi tekanan kerja yang diizinkan,
rebusan diberi katup pengaman (safety valve). Adapun tujuan perebusan antara lain :
Mematikan/menonaktifkan enzim-enzim yang dapat menguraikan minyak menjadi asam lemak
bebas sehingga mutu dapat dipertahankan.
Mengkoagulasikan zat-zat albumin agar zat tersebut tidak aktif sebagai pengemulsi pada
disperse minyak dan air.
Menghidrolisa zat-zat lendir yang terdapat dalam bentuk koloid dibagian protoplasma sel.
Melepaskan buah dari tandan, akibat adanya reaksi hidrolisa pada tempat persentuhan antara
buah dengan tangkai. Adanya reaksi hidrolisa ini akan menyebabkan buah lebih mudah terlepas dari
tandan. Hal ini berlaku umum sebagai proses pemasakan ilmiah.
Mengurangi kadar air agar lebih memudahkan pekerjaan dalam proses pengempaan (pressing),
pemisahan antara biji (nut) dengan inti (kernel) pada kernel recovery station.

d. Alat Pengangkat (Tippler Transfer Car)


Tippler Transfer Car digunakan untuk mengangkat lori berisi buah masak, menuangkan ke dalam
fruit bunch scraper, dan menurunkan lori kosong ke posisi semula. Penggunaan Tippler Transfer Car
harus kontinyu sesuai dengan kapasitas pabrik sehingga proses selanjutnya berjalan tanpa
gangguan.
5. Stasiun Penebah Buah (Threshing Station)
Alat ini digunakan untuk melepas dan memisahkan buah dari tandan. Buah dari alat pengisi
otomatis masuk ke dalam drum yang berputar ( 23 rpm), dan dengan bantuan sudu-sudu yang ada
di dalam drum, buah terangkat dan jatuh terbanting sehingga buah (brondolan) terlepas dari tandan.
Melalui kisi-kisi drum buah masuk ke dalam konveyor, dan janjangan kosong terdorong ke luar dan
masuk ke dalam konveyor janjang kosong.
a. Konveyor Janjangan Kosong (Empty Bunch Conveyor)
Alat ini digunakan untuk mengangkat janjangan kosong ke bagian pembakaran (incinerator). Pada
alat incenerator inilah tandan kosong dibakar, dan hasil pembakaran bisa dijadikan pupuk.
b. Konveyor Buah (Fruit Conveyor)
Konveyor buah adalah alat penghantar brondolan/buah masak, Pada umumnya alat ini terdiri dari :
Konveyor buah di bawah penebah, dipakai untuk menghantar buah dari penebah ke konveyor
silang.
Konveyor buah silang bawah, membawa buah ke fruit elevator.
Konveyor pembagi, dipakai untuk membawa dan membagi buah ke dalam ketel adukan.
Konveyor ulangan (recycling conveyor) dipakai untuk menghantar buah lebih dari ketel adukan
kembali ke fruit elevator.
c. Fruit Elevator
Fruit Elevator adalah alat untuk mengangkut buah/brondolan dari konveyor silang bawah ke
konveyor silang atas, untuk kemudian dibawa ke konveyor pembagi. Alat ini digerakkan oleh
electromotor. Secara umum fungsi fruit elevator adalah untuk mengangkut buah masak dari hasil

penebahan ke stasiun pemerasan.


6. Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
Daging buah selanjutnya dimasukkan pada mesin press (alat kempa) yang biasa digunakan adalah
model screw press. Alat ini terdiri dari dua buah worm screw yang ditempatkan di dalam press cake
bersama dengan dua buah cone yang dapat bergerak maju mundur. Kedua worm screw tersebut
dengan adanya tekanan dari cone menyebabkan minyak dalam mesocrap itu akan terperas dan
keluar melalui lubang-lubang kecil pada press cake. Sedangkan ampas press atau campuran fibre
(serabut) dan nut keluar melaui worm screw. Minyak yang masih melekat pada ampas press cukup
rendah. Pada proses ini dihasilkan minyak kasar (crude oil), nut dan pericarp.
a. Pemecah Ampas Kempa (Cake Breaker Conveyor)
Ampas proses yang masih bercampur biji dan berbentuk gumpalan dipecah dan dibawa oleh alat
pemecah kempa ini kepada alat selanjutnya untuk dipisahkan antara ampas dan biji. Alat ini terdiri
dari pedal-pedal yang diikatkan pada poros yang berputar 52 rpm. Kemiringan pedal diatur
sehingga pemecahan gumpalan-gumpalan terjadi dengan sempurna dan penguapan air dapat
berlangsung dengan sempurna. Untuk mempercepat penguapan air, diberikan pemanasan dengan
uap system mantel.
b. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)
Alat ini digunakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press.
Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus cukup panas yang diperoleh
dengan menginjeksi uap. Pada alat ini suhu dibuat sekitar 95-225oC dan pembuangan pasir
dilakukan secara rutin setiap empat jam sekali.
7. Stasiun Pemecah Ampas dan Biji (Depericarper Sation)
Ampas kempa yang terdiri dari nut dan fibre dimasukkan ke depericarper melalui cake breaker
conveyor yang dipanaskan dengan uap agar kandungan air dapat diperkecil sehingga press cake
terurai dan mempermudah proses pemisahan nut dan fibre. Nut ditampung pada nut silo yang dialiri
dengan udara panas pada temperature 60-80oC selama 10-14 jam untuk mengurangi kadar air dari

21% menjadi 14%. Selanjutnya fibre dialirkan ke boiler station sebagai bahan bakar boiler.
8. Tanki Minyak Kasar (Crude Oil Tank)
Tangki minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar, yang telah disaring untuk
dipompakan ke dalam tangki pisah (Crude Oil Buffer Tank) dengan pompa minyak kasar. Untuk
menjaga agar suhu cairan tetap, diberikan penambahan panas dengan menginjeksi uap. Pembersihan
secara menyeluruh (luar dan dalam) dilakukan setiap minggu akhir mengolah.
9. Tangki Pisah (Crude Oil Buffer Tank)
Pemisahan pertama minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan di dalam tangki pisah ini,
tangki pisah ini terdiri dari 3 (tiga) ruang, yaitu :
Ruang Pertama : Untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar dan penambahan panas.
Ruang Kedua : Merupakan ruang pemisahan. Minyak yang mempunyai berat jenis kecil
mengapung dan dialirkan ke dalam tangki masakan minyak (oil tank), sedangkan sludge yang
mempunyai berat jenis lebih besar daripada minyak, masuk ke dalam ruang ketiga melalui lubang
bawah sekat.
Ruang Ketiga : Ruang penampung sludge sebelum dialirkan ke dalam tangki sludge.
10. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)
Minyak yang telah dipisah pada tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi
sebelum diolah lebih lanjut pada sentripusi minyak.
11. Sentripusi Minyak (Oil Purifier)
Untuk pemurnian minyak yang berasal dari tangki masakan yang masih mengandung air 0,500,70 % dan kotoran 0,10-0,30 % dipergunakan alat pemisah sentripusi ini, yang berputar antara
5000-6000 rpm. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi, maka minyak yang mempunyai berat jenis
yang lebih kecil bergerak ke arah poros, dan terdorong ke luar oleh sudu-sudu, sedangkan kotoran
dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong kearah dinding bowl. Air keluar, padatan melekat
pada dinding bowl yang dikeluarkan dengan pencucian.
12. Tangki Apung (Float Tanks)

Tangki apung dipakai untuk mengatur jumlah minyak masuk ke dalam tangki hampa udara (vacuum
oil dryer) agar merata dan tetap (konstan).
13. Pengeringan Minyak (Vacuum Oil Dryer)
Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dari minyak dengan cara penguapan
hampa.
14. Oil Flowmeter
Oil Flowmeter digunakan untuk mengetahui jumlah aliran minyak yang diproduksi dan bekerja
secara otomatis.
15. Tangki Sludge (Sludge Tank)
Tangki ini dipergunakan untuk penampungan sludge dari hasil pemisahan tangki pisahan yang
masih mengandung minyak 7-9 %.
16. Saringan Berputar (Brush Strainer)
Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada dalam sludge sebelum diolah dalam
sludge separator. Alat ini terdiri dari tabung silinder yang berlubang-lubang halus dengan sikat-sikat
yang berputar bersama poros di tengah-tengah silinder tersebut. Cairan yang telah tersaring keluar
dari bagian atas untuk menuju desanter, sedangkan serabut/sampah dibuang dari bagian bawah.
17. Bak Penampung Sludge (Sludge Pit)
Bak ini dipergunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak, dari parit
clarifikasi dan air kondensat rebusan, untuk kemudian dipompakan dengan slurry pump ke tangki
pengutipan minyak (sludge drain tank).
18. Tangki Pengutipan Minyak (Sludge Drain Tank)
Sistem pemisahan minyak berlangsung secara gravitasi, dimana minyak dikutip dari bagian atas
dengan alat pengutip (oil skimmer) yang dapat distel naik turun sesuai dengan ketebalan minyak
yang terapung. Minyak hasil kutipan dialirkan ke dalam tangki penampung dan dipompakan ke
dalam tangki minyak kutipan dan cairan bawah dialirkan ke parit pembuangan limbah.
19. Stasiun Pengolah Biji (Kernel Recovery Station)

Stasiun pengolah biji adalah stasiun terakhir untuk memperoleh inti sawit. Biji dari pengolah biji
dan ampas (depericarper) dikirim ke stasiun ini untuk diperam, dipecah, dipisahkan antara inti dan
cangkang. Inti dikeringkan sampai batas yang ditentukan, dan cangkang dikirim ke pusat
pembangkit tenaga uap sebagai bahan bakar boiler.
20. Claybath
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke claybath untuk memisahkan antara cangkang
dengan inti. Cangkang dipakai sebagai bahan bakar boiler atau pengerasan jalan. Sedangkan inti
dialirkan masuk kernel silo untuk proses pengeringan hingga memiliki kadar air 7 % dengan tingkat
pengeringan pada temperatur 60 oC, 70oC dan 80 oC dalam waktu 5-6 jam. Selanjutnya di dalam
kernel bulk silo, inti disimpan dan siap untuk dipasarkan.
C. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah
Limbah cair yang ditimbulkan berasal dari proses produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk
menghasilkan minyak (CPO = Crude Palm Oil). Dalam proses produksi pabrik kelapa sawit sangat
memerlukan air sehingga tidak heran jika menghasilkan limbah cair dengan jumlah yang cukup
besar ( 60 % air yang digunakan akan menjadi limbah). Saalah satu cirri limbah cair dari PKS
adalah konsentrasi COD dan TSS yang tinggi yaitu :
COD : 12.000 40.000 mg/l
TSS : 10.000 30.000 mg/l
Limbah cair dengan konsentrasi COD dan TSS yang tinggi tersebut haruslah diolah terlebih dahulu
agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
Saat ini penerapan produksi (cleaner production) merupakan salah satu strategi dalam pengelolaan
lingkungan hidup di berbagai negara yang menunjukkan hasil yang efektif dalam mengatasi dampak
lingkungan. Dari hasil penelitian pusat-pusat penelitian kelapa sawit ditemukan bahwa pemanfaatan
limbah cair PKS pada tanaman kelapa sawit dapat mengurangi atau mencegah terbentuknya zat
pencemar dan mencegah berpindahnya zat pencemar dari satu media ke media lain. Pemanfaatan
limbah cair ke lahan perkebunan kelapa sawit disebut dengan aplikasi lahan (land application).

Manfaat yang didapat dengan pemanfaatan aplikasi lahan ini adalah :


Memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan kesuburan tanah
Mengurangi pemakaian pupuk anorganik
Mengurangi biaya pengoperasian dan perawatan IPAL
Mencegah pencemaran air tanah maupun badan air lainnya
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka PT. Perkebunan Milano-PKS Aek Batu menggunakan
system land application ini untuk mengelola limbah cairnya. Lay Out Instalasi Pengolahan Air
Limbah dapat dilihat pada Lampiran 3. Proses pengolahan limbah cair PKS Aek Batu adalah
sebagai berikut :
a. Cooling Pond
Colling pond berfungsi menurunkan temperatur limbah cair yang dikeluarkan dari ruang produksi.
Temperatur limbah cair dari ruang produksi 70 oC diturunkan hingga 38-40 oC yang merupakan
temperatur optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme pengurai. Limbah cair segar (fresh
effluent) bersifat asam dengan pH 4,6-4,9. Bagian dasar dan dinding cooling pond (kolam
pendingin) dilapisi dengan semen sehingga kedap air.
b. Anaerobic Pond
Pada anaerobic pond ini terjadi proses biologis oleh mikrobiologi secara anaerob atau proses yang
tidak memerlukan oksigen. Material yang dapat terdegradasi secara biologis (biodegradasi) akan
diuraikan menjadi gas methane (CH4) dan air (H2O), dengan adanya proses penguraian tersebut
konsentrasi COD yang sangat tinggi akan berkurang.
c. Facultative Pond
Facultative Pond merupakan kolam yang memanfaatkan penguraian secara anaerob dan aerob.
d. Aerobic Pond
Proses y6ang terjadi pada kola mini adalah proses degradasi biologis secara aerob atau proses yang
memerlukan oksigen. Material yang berada di dalam air olahan akan diuraikan menjadi CO2 dan
H2O. Mengingat proses yang terjadi secara aerob, maka oksigen yang dibutuhkan akan

ditambahkan ke dalam air olahan dengan menggunakan aerator.


e. Land Application
Sistem aplikasi lahan yang digunakan adalah system flat bed. Effluent dipompakan dari bakkcontrol
ke bak distribusi yang berada di areal kebun yang akan diaplikasikan dengan effluent tersebut.
Kemudian effluent akan mengalir secara gravitasi menuju flat bed. Distribusi effluent diatur dengan
menutup katup (valve) pada bak kontrol dan bak distribusi.
D. Kualitas Limbah Cair
Hasil analisis kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit Aek Batu yang akan diaplikasikan ke lahan
perkebunan sawit (kolam aerobik) dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Dari hasil analisis terlihat bahwa limbah cair PKS Aek Batu memiliki pH 7,4 (antara 6,0 9,0) dan
BOD 2184 mg/l (BOD < 5000 mg/l). Hal ini berarti bahwa limbah cair tersebut dapat diaplikasikan
ke lahan perkebunan kelapa sawit milik KUD Sawit Makmur Mandiri
Tabel 2.3. Hasil Analisis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Aek Batu
No. Parameter Satuan Hasil Baku Mutu
1. pH 7,4 6 9
2. BOD mg/l 2184 100
3. COD mg/l 4137 350
4. TSS mg/l 1502 250
5. NH3-N mg/l 314 50
6. Cd mg/l 0,0610
7. Cu mg/l 0,4618
8. Pb mg/l 0,9054
9. Zn mg/l 0,1546
10. Minyak & Lemak mg/l 1988 25
Sumber : Pusat Laboratorium Uji Mutu-LP USU, 2006.
Baku Mutu : Kep Men LH No. Kep-51/MENLH/10/1995 Lamp.B IV.

Anda mungkin juga menyukai