Anda di halaman 1dari 11

PERBANKAN INDONESIA

Disusun Oleh :
Claudius Edit A.
Dini Gunawan
Doni Andiansyah
Hilarious Digo
Dwi Sutrisno

(1211031024)

Robert Mario Daud S.

(1211031084)

Wayan Krisma Angga P.

(1211031102)

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014/2015

A. PENGERTIAN PERBANKAN DAN BANK


Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan
demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama
perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan
memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem
pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem
keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan Bank merupakan badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
B. SEJARAH SINGKAT PERBANKAN DI INDONESIA
Dari waktu ke waktu kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami
banyak perubahan. Selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia
perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia
perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial.
Perkembangan faktor internal dan external tersebut menyebabkan kondisi
perbankan di Indonesia dapat dikelompokan dalam 4 periode. Masing-masing
periode mempunyai ciri khusus yang tidak dapat disamakan dengan periode
lainnya. Deregulasi di sektor riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an
serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an adalah dua
peristiwa utama yang telah menyebabkan munculnya empat periode kondisi
perbankan di Indonesia sampai dengan tahun 2000. Keempat periode itu adalah:

a. Kondisi Sebelum Deregulasi (1980-an)


Perbankan paa masa ini snagat dipengaruhi oelh berbagi kepentingan
ekonomi dan politik dari penguasa. Pada masa kolonial kegiatan
perbankan di wilayah Hindia-Belanda ini tetama diarahkan untuk melayani
kegiatan usaha dari perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah. Fungsi
perbankan pada masa itu adalah sebagai berikut :
1. Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana
investasi dan modal kerja perusahaan-perushaan besa milik kolonial.
2. Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar
milik kolonial.
3. Membantu pemindahan dana jasa modal dari wilayah kolonial ke
negara penjajah.
4. Sebagai tempat sementara dari dana hasil pemungutan pajak.
5. Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan
pemerintah kolonial.
b. Kondisi Sesudah Deregulasi (Sebelum 1990-an)
Fenomena yang terjadi pada masa sebelum deregulasi seolah-olah menjadi
suatu lingkaran yang tidak ada ujungnya. Untuk mengatasi situasi yang
serba tidak menguntungkan ini, cara yang ditempuh pemerintah adalah
melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan
sektor moneter. Seperti, Paket 1 Juni 1983, dikeluarkannya SBI oleh Bank
Indonesia pada tahun 1084, dikeluarkannya ketentutan prdagangan SPBU
dan fasilitas diskonto oleh BI, dan berbagai Paket-Paket Deregulasi yang
dikeluarkan pada masa itu.
c. Kondisi Saat Krisis Ekonomi Mulai Akhir 1990-an
Perkembangan perbankan yang cukup pesat pada masa setelah deregulasi
ternyata tidak berlangsung cukup lama utnuk dapat mengangkat Indonesia
menjadi engara dengan tingkat kesejahteraan yang sama dengan negaranegara lain di Asia Tenggara. Perkembangan ini dalam waktu singkat
terhenti karena adanya krisis ekonomi pada akhir 1990-an. Banyak
prubahanan yang terjadi dalam perbankan pada masa itu:
1. Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap
perbankan di Indonesia menurun drastis.
2. Sebagian besar bank dalma keadaan tidak sehat.
3. Adanya spread negatif.
4. Munculnya penggunaan peraturan perundangan yang baru.
3

5. Jumlah bank menurun.


d. Kondisi Terakhir
Ada beberapa hal yang menandai kondiis terakhir sektor perbankan di
Indonesia, antara lain :
1. Selesainya penyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
2. Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank
Indonesia untuk membentuk atau menyusun lembaga pengawas
perbankan yang independen.
3. Peluncuran konsep permodalan baru berupa Basel II yang merupakan
hasil penyempurnaan atas The 1988 Based Capital Accord (Basel I).
4. Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
5. Pembentukan organisasi Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK).
6. Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Selain sejarah perkembangan perbankan di Indonesia, terdapat pula sejarah
singkat mengenai bank-bank milik pemerintah, antara lain:
a. Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No
13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun
1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di
nasionalkan di tahun 1951.

b. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor


Bank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur
setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia
(BNI) Unit II yang bergerak di bidang rural dan expor impor (exim),
dipisahkan lagi menjadi:
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU
No 21 Tahun 1968.
2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank
Expor Impor Indonesia.
c. Bank Negara Indonesia (BNI 46)
Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah
menjadi Bank Negara Indonesia 46.
4

d. Bank Dagang Negara (BDN)


BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP No
13 Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan
diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara.
BDN merupakan satu-satunya Bank Pemerintah yangberada diluar Bank
Negara Indonesia Unit.
e. Bank Bumi Daya (BBD)
BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Hendles Bank, kemudian
menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank
Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi
Bank Bumi Daya.
f. Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah UU
No 13 Tahun 1962.

g. Bank Tabungan Negara (BTN)


BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank
Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia
Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20
Tahun 1968.
h. Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD),
Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
dan Bank Expor Impor Indonesia (Bank Exim). Hasil merger keempat
bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.
C. JENIS-JENIS BANK

Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, bank dapat


digolongkan berasarkan jenis kegiatan usahanya, seperti bank tabungan, bank
pembangunan, dan bank ekspor impor. Setelah undang-undang tersebut berlaku,
jenis bank yang diakui secara resmi hanya terdiri atas dua jenis, yaitu Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
a. Bank Umum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegaitan usaha secara konvesional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya membeikan jasa
dalam lalu-lintas pembayaran. Berikut merupakan kegiatan usaha yang
dapat dilakukan oleh bank umum :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan suratsurat dimaksud;
b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan
c.
d.
e.
f.
g.

suratsurat dimaksud;
Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
Obligasi;
Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun; dan
Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan

1 tahun.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan


perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat;
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan

kegiatan lain

berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;


13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang Undang tentang Perbankan dan
peraturan perundangundangan yang berlaku;
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku;
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang berlaku;
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya,
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku;
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku; dan
18. Melakukan kegiatan usaha

bank

berupa

Penitipan

dengan

Pengelolaan/Trust.
Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh bank umum di
atas, terdapat juga larangan bagi bank umum sebagai berikut:
1. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada bank atau perusahaan lain
dalam bidang keuangan serta, kecuali penyertaan modal sementara

untuk mengatasi akbat kegagaln kredit atau kegagalan pembiayaan


berdasarkan prinsip syariah.
2. Melakukan usaha perasuransian;
3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam uraian di atas.

b. Bank Perkreditan Rakyat


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Perkrditan
Rakyat merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvesional dan/atau berdasarkan prisip syariah yang dalam kegiatannya
tidak membeikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Berikut kegiatan
yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit; dan
3. Menyediakan pembiayaan dan menempatkan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
4. Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka,
sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain.
Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh bank umum di
atas, terdapat juga larangan bagi bank umum sebagai berikut:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai
Pedagang Valuta Asing (PVA) dengan izin OJK;
3. Melakukan penyertaan modal;
4. Melakukan usaha perasuransian;
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam huruf B di atas.
D. PENGALIHAN FUNGSI PERBANKAN DARI BI KE OJK

Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara


berkelanjutan dan stabil diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang
terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, sehingga diperlukan
OJK yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu, independen dan
akuntabel.
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - Kementerian Keuangan
ke OJK. Sejak 31 Desember 2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehatihatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan
microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup
pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang BI.
Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK berkoordinasi
dengan BI untuk melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan.
Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh
maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
E. ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN TAHUN 2014
Sejak akhir tahun 2013, pengawasan perbankan telah beralih dari BI kepada OJK.
Dengan bergabungnya pengawasan perbankan yang merupakan bagian penting

dalam industri jasa keuangan di Indonesia, maka pengawasan terhadap industri


jasa keuangan secara terintegrasi telah dimulai oleh OJK. OJK mempunyai tekad
dan komitmen yang tinggi untuk melanjutkan sekaligus meningkatkan fungsi
pengaturan dan pengawasan industri keuangan, termasuk dengan meningkatkan
komunikasi dengan para pelaku industri untuk mendapat masukan dan input untuk
pengembangan industri keuangan ke depan. Terdapat 4 faktor utama yang akan
mewarnai perkembangan dan pertumbuhan industri perbankan, yang masingmasing menuntut dukungan kebijakan yang tepat, yaitu: Pertama, seiring
peningkatan jumlah penduduk usia produktif serta membesarnya kelompok kelas
menengah, konsumen perbankan akan menuntut layanan yang lebih cepat,
fleksibel, dengan produk yang semakin variatif, termasuk interchangeability dari
instrumen kredit dengan instrumen pasar uang dan pasar modal. Kedua,
perbankan siap meningkatkan penyaluran kredit investasi terutama di sektor
manufaktur,

energi

dan

infrastruktur

dalam

rangka

memperbarui

dan

merevitalisasi kapasitas perindustrian sehingga dapat menghasilkan produkproduk dengan nilai tambah tinggi. Ketiga, perubahan lanskap regulasi industri
perbankan yang menuntut reformasi yang komprehensif, mencakup antara lain
struktur permodalan, likuiditas, governance, dan sekuritisasi, guna menurunkan
probabilitas kegagalan institusi. Keempat, meskipun integrasi di sektor perbankan
dalam kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) baru akan terjadi pada tahun
2020, namun terintegrasinya pasar modal 2015 dapat memberikan tekanan di sisi
pendanaan dan pembiayaan bank. Di sisi pendanaan nasabah akan memiliki lebih
banyak alternatif penempatan dana selain perbankan. Sedangkan di sisi
pembiayaan, dunia usaha akan lebih mudah untuk masuk bursa di luar negeri
sehingga berpotensi mengurangi pangsa kredit domestik.
Selanjutnya, untuk mengantisipasi integrasi perbankan ASEAN pada tahun 2020,
OJK akan memperjelas arah kegiatan usaha perbankan dan meningkatkan daya
saing agar dapat memanfaatkan pasar ASEAN. Perbankan harus siap
mengantisipasi hal tersebut dan OJK akan memfasilitasi dengan membangun
komunikasi dengan otoritas di negara-negara lain, terutama untuk menjamin
kesetaraan (level of playing field).

10

F. STUDI KASUS (Tamabahin yang punya robert)

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Budi, Santoso dan Nuritomo.2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat.
Sumber Internet :
www.ojk.go.id

11

Anda mungkin juga menyukai