BAB I
PENDAHULAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi
merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan
bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan).
Jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa diungkapkan secara
lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari jiwa yang memateri atau gejala jiwa
yang meraga/menjasmani, yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan,
penampilan diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya untuk
memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Psikologi sebagai ilmu yang meneropong atau mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu
psikologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang
keadaan manusia. Hal ini akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak
hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain.
Psikologi dengan ilmu lain sangat berkaitan dan bersifat timbal-balik. Perilaku manusia tidak hanya
dipelajari oleh psikologi, tetapi juga oleh Antropologi, Kedokteran, Sosiologi, manajemen dan
beberapa cabang Linguistik. Semua ini. Yang membedakan Psikologi dari ilmu-ilmu prilaku lain
adalah bahwa psikologi lebih menaruh perhatian pada perilaku manusia sebagai individu, sedang
antropologi, sosiologi dan manajemen lebih pada perilaku manusia sebagai kelompok. Kedokteran
memang menaruh perhatian pada perilaku individu, tetapi lebih menekan gejala-gejala fisik dan
Psikologi lebih pada gejala-gejala mental.
Psikologi juga dipandang sebagai Ilmu Biososial karena baik aspek-aspek sosial perilaku organisme
maupun aspek-aspek Fisiologis atau Biologis terjadinya perilaku mendapat perhatian yang sama
besarnya.
Sejak awal perkembangannya Psikologi banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain. Telah diakui bahwa
psikologi berinduk kepada Filsafat, khususnya filsafat mental. Namun dalam perkembangan
selanjutnya ilmu-ilmu (Beta) seperti Fisika, Kimia dan Biologi memberikan andil yang cukup besar
baik dalam aspek metodologi maupun topik-topik kajian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU LAIN
Hakikat ilmu sebenarnya dari satu sumber, kemudian untuk memperdalam bahasanya dibagilah ilmuilmu tersebut. Namun, pembagian itu tidak boleh dikatakan sebagai dikotomi antar ilmu pengetahuan.
bahkan, untuk menguatkan dan mendukung serta menopang ilmu-ilmu untuk digunakan kepada
kebaikan manusia.
Berikut dijelaskan hubungan ilmu psikologi dengan ilmu-ilmu lain. saling lengkap-melengkapi dan
saling mendukung. Bukan sebaliknya, saling dikotomis dan menghancurkan.
Hubungan Psikologi dengan filsafat
Pada awalnya ilmu psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat , tetapi kemudian memisahkan diri dan
berdiri sendiri sebagai ilmu yg mandiri . Meskipun psikologi memisahkan diri dari filsafat , namun
psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat , karena kedua ilmu ini memiliki ilmu
obyek yang sama yaitu manusia sebagai makhluk hidup . Namun berbeda dalam pengkajiannya .
Dalam ilmu psikologi, yang dipelajari dari manusia adalah mengenai jiwa / mental, tetapi tidak
dipelajari secara langsung karena bersifat abstrak dan membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari
jiwa / mental tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses kegiatannya.
Sedangkan dalam ilmu filsafat yang dibicarakan adalah mengenai hakikat dan kodrat manusia serta
tujuan hidup manusia .
Sehingga ilmu psikologi dan filsafat terdapat suatu hubungan yang timbal balik dan saling melengkapi
antara keduanya.
kepada psikologi, yang tugasnya memang memang menunjukkan perkembangan hidup manusia
sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya pun ditunjjukkan oleh psikologi.
Hubungan Psikologi dengan Agama
Psikologi dengan agama merupakan dua hal yang berhubungan erat. Mengingat agama sendiri
diturunkan kepada umat manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan oleh kondisi psikologi dan
situasi psikologi. Tanpa dasar, agama akan sulit diterima oleh manusia. Karena didalam agama
mengajarkan tentang bagaimana agar manusia tanpa paksaan bersedia menjadi seorang hamba
yang patuh dan taat pada ajaran agama. Dalam agama, penuh dengan unsur-unsur paedagogis yang
merupakan essensi pokok dari tujuan agama yang diturunkan oleh tuhan kepada manusia. Unsur
paedagogis dalam agama tidak mempengaruhi manusia kecuali bila disampaikan sesuai petunjuk
psikologis.
Setiap orang dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya dan dapat meneliti keberagaman orang
lain. Makna agama dalam psikologis pasti berbeda-beda pada tiap orang. Bagi sebagian orang,
agama adalah ritual ibadah, seperti sholat dan puasa. Bagi agama lain adalah pengabdian kepada
sesama makhluk atau pengorbanan untuk suatu keyakinan.
Hubungan psikologi dengan agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan
manifestasi keagamaan, yaitu kesadaran agama dan pengalaman agama. Kesadaran agama hadir
dalam pikiran dan dapat dikaji dengan intropeksi. Pengalaman agama sendiri merupakan perasaan
yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi
obyek studinya dapat berupa gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku
keagamaan dan proses hubungan antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaan.
Antara psikologi dengan agama tidak bermaksud untuk melakukan penelitian/kritik terhadap ajaran
agama tertentu, tapi semata untuk memahami dan melukiskan tingkah laku keagamaan sebagai
ekspresi dalam alam pikiran, perasaan, dan sebagainya akibat adanya keyakinan agama tertentu.
Contoh bahwa psikologi dengan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan
manusia adalah jika manusia melanggar norma-norma agama dipandang dosa.
Perasaan berdosa inilah yang mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun tidak
diberikan hukuman lahiriyah. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa telah menghukum
dirinya sendiri karena berbuat pelanggaran. Jiwa mereka tertekan dan dihantui perasaan bersalah.
Dan bila yang bersangkutan tidak dapat mensublimasikan perasaannya, akan mengakibatkan
semacam penyakit jiwa yang merugikan dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah penuduk agama
sangat diperlukan untuk memberikan jalan sublimatif serta katharisasi mengingat hubungan antara
keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hakikat ilmu sebenarnya dari satu sumber, kemudian untuk memperdalam bahasanya dibagilah
ilmuilmu tersebut. Namun, pembagian itu tidak boleh dikatakan sebagai dikotomi antar ilmu
pengetahuan. bahkan, untuk menguatkan dan mendukung serta menopang ilmu-ilmu untuk
digunakan kepada kebaikan manusia.
Psikologi dengan ilmu lain sangat berkaitan dan bersifat timbal-balik. Perilaku manusia tidak hanya
dipelajari oleh psikologi, tetapi juga oleh Antropologi, Kedokteran, Sosiologi, manajemen dan
beberapa cabang Linguistik. Semua ini. Yang membedakan Psikologi dari ilmu-ilmu prilaku lain
adalah bahwa psikologi lebih menaruh perhatian pada perilaku manusia sebagai individu, sedang
antropologi, sosiologi dan manajemen lebih pada perilaku manusia sebagai kelompok
Sumber 2
memberikan bimbingan manusia adalah terhadap manusia yang melanggar norma norma yang oleh agama di pandang pendosa.