Anda di halaman 1dari 2

PEDOMAN UNIT GAWAT DARURAT PROPINSI DI.

JOGJAKARTA SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Arida Utami, dr, MKes
Perubahan pola kehidupan masyarakat dengan aktifitas dan mobilitas yang tinggi
mengakibatkan semakin meningkatnya kejadian kegawatdaruratan, baik karena kondisi
tubuh seperti penyakit infeksi, penyakit jantung dan persalinan atau karena bencana alam
seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, angin puyuh, kekeringan, banjir dan
tanah longsor maupun karena bencana akibat ulah manusia seperti kecelakaan di jalan
raya, tabrakan kereta api, kebakaran, crash landing pesawat, kecelakaan industri dan
konflik horizontal di masyarakat.
Di Propinsi DKI Jakarta kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian tertinggi,
setiap tahunnya 30.000 jiwa melayang. Kejadian tersebut menduduki peringkat ke III di
ASEAN di samping penyakit jantung dan stroke yang menduduki peringkat I dan II
(Detikcom 11/06/2005). Pengamatan data Propinsi DI. Jogjakarta tahun 2003/2004
tentang 10 besar penyakit di rumah sakit ternyata angka kejadian trauma kepala akibat
kecelakaan menduduki urutan kedua setelah penyakit infeksi dan angka tersebut
cenderung meningkat setiap tahunnya.
[Gambar kecelakaan]
Ada kesulitan anggota masyarakat untuk menentukan sarana pelayanan kesehatan mana
yang harus dipilih sebagai rujukan pada saat menghadapi kegawatdaruratan medik. Pada
saat harus merujuk ke salah satu sarana pelayanan kesehatan ternyata yang mereka
dapatkan adalah pelayanan yang sangat minimal, sehingga pasien yang seharusnya
ditangani dengan pelayanan khusus tidak dapat diberikan. Sebagai contohnya pasien
contusio cerebri yang dirujuk ke rumah sakit, ternyata UGD rumah sakit tersebut tidak
mampu menanganinya, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain. Pasien tersebut
membutuhkan penanganan cepat dan tepat, namun rumah sakit tersebut belum mampu
menangani, sehingga tumbuh kesan mempermainkan pasien. Sampai saat ini pelayanan
gawat darurat (di rumah sakit maupun di puskesmas) membingungkan masyarakat awam
yang memerlukan pelayanan apabila terjadi kegawatdaruratan medik (Medical
Emergency), hal tersebut disebabkan tidak adanya petunjuk yang jelas. Oleh karena itu
UGD perlu di standarisasi mulai dari papan nama, sarana, prasarana yang harus dimiliki,
serta profesionalitas tenaga medis yang menanganinya.
[gambar IGD]
Atas dasar tersebut, maka Dinas Kesehatan Propinsi DI. Jogjakarta telah menerbitkan
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat yang diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Pedoman dalam pendirian sarana pelayanan kesehatan.
2. Pedoman penyelenggaraan pelayanan kegawat-daruratan.

3. Pedoman perijinan dan pembinaan sarana pelayanan kesehatan pemerintah


maupun Swasta.
Berdasarkan pedoman pelayanan UGD yang diterbitkan Dinas Kesehatan DI. Jogjakarta
semua sarana pelayanan kesehatan mempunyai tolok banding untuk meningkatkan atau
menyetarakan mutu pelayanan kegawatdaruratannya. Bagi sarana pelayanan kesehatan
pedoman tersebut juga diharapkan dapat menimbulkan inspirasi pengembangan dan
pembuatan prosedur teknis medis kegawatdaruratan yang lebih rinci. Dengan demikian
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Materi lebih lanjut:
1. Pedoman pelayanan gawat darurat Dinas Kesehatan DI. Jogjakarta [Dapat diakses
di website IHQN dalam bentuk file pdf.]

Anda mungkin juga menyukai