Anda di halaman 1dari 11

ASKEP PADA IBU HAMIL

MOLA HIDATIDOSA

Disusun Oleh:
KELOMPOK VI
Deby Hapsari Maharani
Iin Nurhasanah
Leni Mariana

(10006)
(10015)

(10021)

Novita Tiodora

(10028)

Nurul Rahma Triyani

(10029)

Siti Arifah

(10039)

Titi Dwi Astuti

(10044)

AKADEMI KEPERAWATAN SUMBER WARAS


JAKARTA
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah
dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Maternitas
yang berjudul Mola hidatidosa Gravidarum.
Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada seluruh dosen,
khususnya dosen Maternitas, Ns.Putryati,S.Kep atas bimbingannya,
teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian tugas
Maternitas ini, keluarga yang telah memberi motivasi, dan semua
pihak yang telah terlibat.
Tugas Maternitas ini di selesaikan sebagai salah satu syarat
dalam proses belajar. Penyusun menyadari walaupun sudah berusaha
sekuat kemampuan yang maksimal untuk mencurahkan segala pikiran
dan kemampuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunannya. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa.
Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran,
penyusun mengucapkan terima kasih banyak. Semoga sumbangsih
pembaca mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Amiin ..

Jakarta, 18 April 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: perdarahan,
toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah perdarahan
dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Definisi mola
hidatidosa itu sendiri adalah : Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan
abnormal dimana fetus tidak ditemukan tetapi hanya gelembung dan jaringan mola itu
saja. Gelembung-gelembung tersebut sebenarnya adalah villi chorialis yang berisi cairan
sehingga tegang dan berbentuk buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa terhadi pada ibu
multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang, jika tidak dilakukan
penanganan secara komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat
adanya kehamilan dengan mola hidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional)
dimana Tumor Trofoblast Gestasional ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Choriocarsinoma non villosum dan Choriocarsinoma villosum yang bersifat hematogen
dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak.
http://infokomaccess.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-pada-klienmola.html Jumat, 08 Juli 2011

B. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN


Pembahasan makalah ini dibatasi oleh tinjauan teori mengenai Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Mola Hidatidosa.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan Pada Pasien dengan Mola
Hidatidosa.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti konsep dari Mola Hidatidosa.
b. Mahasiswa
mampu
melakukan
pengkajian
keperawatan,
diagnosa
keperawatan,merumuskan rencana keperawatan secara teori.

D. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN


Pembahasan makalah ini dibatasi oleh tinjauan teori mengenai Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Mola Hidatidosa

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini terdiri dari tiga Bab,yaitu :


Bab I terdiri dari latar belakang, tujuan pembahasan, ruang lingkup pembelajaran,
sistematika penulisan, metode penulisan.
Bab II terdiri dari pengerti Mola Hidatidosa, klasifikasi, anatomi fisiologi, etologi, tanda
dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, asuhan keperawatan
pada pasien Mola Hidatidosa ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan).
Bab III Penutup
Kesimpulan.

F. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan yang
menggambarkan tentang Asuhan Keperawatan Pada pasien Mola Hidatidosa melalui
studi literatur dari berbagai sumber.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah tumor jinak (benigna) dari chorion. (bagian Obstetri Dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 2000).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma trofoblastik
gestasional (ACOG, 1993). Ada dua jenis yang berbeda : komplet atau klasik, mola
dan mola sebagian, yang bisa menjadi bagian dari penyakit trofoblastik (DePetrillo,
dkk, 1987).
B. KLASIFIKASI
1. Koriokarsinoma adalah tumor ganas (maligna) dari trofoblast dan biasanya timbul
setelah kehamilan mola, kadang kadang setelah abortus atau persalinan. Tumor
ini bewarna ungu dan sangat rapuh.
Koriokarsinoma terbagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Koriokarsinoma Nonvillosum
2. Koriokarsinoma Villosum
Etiologi :
1. Status sosial dan ekonomi
2. Umur
3. Gizi
4. Consanguinitas (perkawinan satu keluarga)
Tanda dan gejala :
1. Pada dinding uterus nampak benjolan sebesar kacang bogor
2. Nekrosis
3. Hemorrhagi
4. Infeksi
5. Subinvolusi (uterus tidak mampu kembali seperti semula)
6. Metastase pada paru paru, atau vagina
7. Reaksi biologis yang tetap positif atau yang bahkan naik kuantitatifnya
setelah kelahiran mola
8. Terjadi perforasi rahim dengan tanda perdarahan di intraperitoneal

2. Mola Destruens (Invasive Mole)


Tumor ini mempunyai daya yang luar biasa untuk menyerbu ke dalam jaringan
dinding rahim, hingga menyebabkan perforasi, tapi lebih jarang mengadakan
metastase. Secara patologis chorioadenoma destruens termasuk jenis
choriocarsinoma villosum (itu begitu ganas).

Diagnosa dibuat hysteerektomi atau karena klinis ada tanda-tanda perforasi.


Terapi :
Hysterektomi, methotrexate.
Sampai sekarang telah dibicarakan abortus, kehamilan ekto dan mola hydatidosa
yang ketiga-tiganya menimbulkan perdarahan pada hamil muda.
Penyulit lain dari kehamilan muda ialah hyperemesis gravidarum dan
retrofleksio uteri gravid yang untuk keperluan sistematik dibicarakan kemudian.
C. ANATOMI

D. PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. Villi korealis
diubah menjadi masa gelembung-gelembung bening yang besarnya berbeda-beda.
Masa tersebut dapat tumbuh membesar sampai mengisi uterus yang sama besarnya
dengan kehamilan normal lanjut.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
1. Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu
terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim
dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki
fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi sehigga timbul gelembung.
3. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata
akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio
komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus

menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan


melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Menurut Sarwono (1994), patofisiologis dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena
tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu
hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan
karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan di dalam jaringan
masenkim villi.
D. ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan.
2. Imunoselektif dari trofoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat
gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk
memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
4. Paritas tinggi, Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik
yang dapat di identifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen
atau menotropiris (pergonal).
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba
dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat
tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)
E. TANDA DAN GEJALA
Pada pasien dengan amnenorrhe terdapat :
1. Anemia
2. Rasa mual dan muntah yang berlebihan
3. Keram perut
4. Perdarahan pada vagina berwarna coklat tua atau merah terang bisa sedikit atau
banyak.

5. Perdarahan kadang kadang sedikit, kadang kadang banyak. Karena perdarahan


ini pasien biasanya anemis.
6. Rahim lebih besar daripada sesuai tuanya kehamilan.
7. Hiperemesis, lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
8. Mungkin timbul preeklampsi atau eklampsi. Terjadinya eklampsi dan preeklampsi
sebelum minggu ke 24, menunjuk kearah mola hydatidosa.
9. Tidak ada tanda tanda adanya janin : tidak ada ballottement, tidak ada bunyi
jantung anak, dan tidak nampak rangka janin pada rontgen foto. Pada mola
partialis, keadaan yang terjadi, dapat diketemukan janin.
10. Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam darah dan urine.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen foto : kalau ada rangka janin maka kemungkinan terbesar bahwa
kehamilan biasa walaupun pada mola partialis kadang kadang terdapat janin.
Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.
2. Reaksi biologis, misalnya Galli Mainini : pada mola hydatidosa kadar
gonadotropin chorion dalam darah dan dalam urine sangat tinggi maka reaksi
Galli Mainini dilakukan kuantitatif. Kadar gonadotropin yang diperoleh selalu
harus dibandingkan dengan kadar gonadotropin pada kehamilan biasa dengan
umur yang sama. Pada kehamilan muda kadar gonadotropin naik dan mencapai
puncaknya pada hari ke 100 sesudah kadar tersebut menurun.
3. Pemeriksaan panggul dan fisik dengan frekuensi sering
4. Pengukuran kadar HCG serum selama min 1 tahun
5. Pemeriksaan ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake
pattern) dan tidak terlihat janin
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Kuretase suction merupakan suatu cara evakuasi kehamilan mola yang aman,
cepat dan efektif pada hampir semua wanita (Scott, dkk, 1990).
2. Pemberian kontrasepsi oral untuk mengindikasikan koriokarsinoma. Kesembuhan
pada keadaan keganasan ini didefinisikan sebagai hilangnya semua tanda klinis
dan tanda hormonal selama 5 tahun. Pada pasien (kehamilan harus dihindari
selama 1 tahun).
3. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara
Acosta-Sison)
H. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Anemia akibat perdarahan yang berulang-ulang
3. Perforasi akibat tindakan pembedahan dan keganasan

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama meliputi perdarahan, menstruasi terakhir untuk menentukan


perkiraan lama gestasi.
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan fisik meliputi rasa nyeri unilateral dituba dan ovarium
4. Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hCG yang rendah
5. Pemeriksaan diagnostik meliputi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan per vaginam.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan
oral, ketidaknyamanan mulut, mual akibat peningkatan kadar -hCG
4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat
penyakit
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam
penyakitnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan per vaginam.


Tujuan

: klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan.

Kriteria hasil : tidak ada perdarahan


Intervensi
:
1. Monitor tanda-tanda vital klien dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 88
x/menit, RR 22 24 x/menit, suhu 36-37 C).
2. Mengawasi turgor kulit rasionalnya juga untuk memonitor adanya tanda-tanda
dehidrasi.
3. Monitor intake dan output rasionalnya kita dapat mengetahui dengan segera
cairan yang masuk dan keluar baik lewat peroral maupun parental.
4. Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Pantau cairan IV
6. Kolaborasi dokter untuk pemberian therapy rasionalnya adalah untuk mencegah
terjadinya kekurangan cairan lebih lanjut sehingga sesegera mungkin diberikan
terapi.

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit.


Tujuan
: Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
a. Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan.
b. Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat.
Intervensi
:
1. Pantau intensitas nyeri klien
2. Pantau tanda-tanda vital klien
3. Bicarakan alasan individu mengalami peningkatan atau penurunan nyeri
(misalnya: keletihan/meningkat atau adanya distraksi/menurun)

4. Beri individu kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur yang
tidak terganggu pada malam hari.
5. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi serta
metode pereda nyeri lain.
6. Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
7. Ajarkan strategi relaksasi khusus (misal : bernapas perlahan, teratur, atau nafas
dalam, kepalkan tinju)
8. Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol/pijat punggung
9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan
oral, ketidaknyamanan mulut, mual akibat peningkatan kadar -hCG
Tujuan
: nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan nafsu makannya meningkat
b. Klien terlihat tidak lemah
c. Porsi makan klien habis
Intervensi
:
1. Kaji porsi makan yang dihabiskan klien
2. Beri makanan porsi kecil namun sering
3. Jelaskan alasan mengapa nafsu makan klien menurun akkibat kemoterapi
4. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat bagi proses penyembuhan penyakit
5. Beri dorongan klien agar meningkatkan selera makannya
6. Pantau kadar -hCG pasien secara berkala
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penetapan asupan nutrisi klien

4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat
penyakit
Tujuan
: Klien menyatakan dapat menerima penyakitnya dengan baik
Kriteria Hasil :
a. Klien terlihat tidak cemas akibat penyakitnya
b. Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.
Intervensi
:
1. Beri kenyamanan dan ketentraman hati.
2. Singkirkan stimulasi yang berlebihan.
3. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi pemahaman, bantu
klien mengenali ansietas untuk mulai memahami atau memecahkan masalah.
4. Gali intervensi yang menurunkan ansietas.
5. Beri aktivitas yang dapat menurunkan tegangan.
6. Pantau keadaan umum klien.
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam
penyakitnya.

Tujuan
: Klien mengetahui kapan saja dia bisa melakukan hubungan
seksual
Kriteria Hasil :
a. Pola seksualitas klien normal
b. Klien terlihat tidak cemas terhadap aktifitas seksualnya
c. Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.
Intervensi
:
1. Identifikasi penyebab ketidakefektifan pola seksualitas
2. Jelaskan pada klien waktu untuk melakukan hubungan seksual sesuai
kondisinya
3. Beri edukasi tentang keadaan klien apabila berhubungan seksual
4. Tekankan bahwa penyakitnya tidak mempunyai dampak yang serius pada
fungsi seksualitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai