PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat
kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias
perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut
tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying
factor), yang mana bersifat medik maupun non medik. Di antara faktor non medik
dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan
hidup, perilaku, dan lain-lain.
Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine
menunjukkan bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung
dengan memperbaiki status sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu
dari seluruh faktor langsung yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status
kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1 Ketiga hal tersebut akan
berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam model yaitu kehamilan, timbulnya
komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Dari model Mc Carthy dan Maine
tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor tidak langsung harus
selalu melalui faktor penyebab yang langsung.
Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan
faktor penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975)
melaporkan bahwa salah satu sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus
kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menyatakan bahwa anemia merupakan salah
satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6b menyatakan bahwa anemia
merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7 menunjukkan
bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk
mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung
Indonesia, prevalensi anemia tahun l970an adalah 46,570%. Pada SKRT tahun
1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun
1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil
sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992
prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 71,2% dan pada
tahun 1994 meningkat menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di
Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan
Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten
Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun 1999
sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi 76,74% dan pada tahun 2001
sebesar 68,65%.
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1)
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2)
Kekurangan
Hb
dalam
darah
mengakibatkan
kurangnya
oksigen
yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan
efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi di
Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu yang
tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa risiko
kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita
hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum
24 minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu
faktor kehamilan dengan risiko tinggi.
Angka kejadian anemia di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia
kurang dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9 tahun serta 10-14 tahun.
Pada usia tersebut bayi masih memiliki cukup cadangan besi dari ibunya yang
diberikan selama dalam kandungan. Tetapi setelah usia 6 bulan cadangan besi itu akan
semakin menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah
kekurangan besi.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan
Anemia secara teori.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian, anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi,
manifestasi
klinis,
komplikasi,
pemeriksaan
diagnosis,
penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan Anemia.
C. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN
Pembahasan makalah ini dibatasi pada tinjauan teori tentang Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Hamil dengan Anemia.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakan dari
literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari tiga Bab, yaitu :
Bab I terdiri dari : latar belakang, tujuan pembelajaran, ruang lingkup
pembelajaran, metode penulisan, sistematika penulisan.
Bab II terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologi sel darah merah, etiologi,
klasifikasi, patofisiologi,
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Anemia adalah:
Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah atau eritrosit dalam sirkulasi darah
atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai penbawa
2. ANATOMI FISIOLOGI
a) Anatomi
globin adalah bagian dari protei yang tersusun dari 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6-phospate dehydogenase).
Hemoglobin mengandung kira-kira 90% besi dan berfungsi membawa oksigen
dengan cara mengikat oksigen (oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung
usia dan jenis kelamin.
Hemoglobin adalah protei berpigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah. Normalnya alam darah pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita
14,0 g/dl (Susan M Hinchliff, 1996) . Rata-rata konsentrasi hemoglobin
(MCHC = Mean cell concentration of haemolobin) pada sel darah merah
32g/dl.
b) Fisiologi
Sel darah merah terdiri dari membran dan hemoglobin. Hemoglobin itu
sendiri mengandung globin (terdiri dari 4 polipeptida) dan heme (mengandung
pigmen merah porfirin sehinnga darah arteri yang kaya oksigen menjadi lebih
merah dibgandingkan darah pada vena yang kurang oksigen) hemoglobin
menyusun 95% dari berat sel darah merah.
Pada laki-laki dewasa setiap 100 ml darah mengandung 14-16 gr
hemoglobin.
Hemoglobin sangat penting dalam pengangkutan oksigen, karena
mempunyai kemampuan daalam berkaitan dalam berkaitan dengan oksigen
membentuk oksihemoglobin. Kemampuan ikatan ini dipengaruhi oleh Ph
darah dan temperatur ( Black 1993). Menurunnya ph (asidosis) akan
menurunkan saturasi oksigen sehingga kemampuan suplai ke jaringan menjadi
berkurang. Saturasi oksigen juga berkurang pada hipotermia. Disamping
oksigen, hemoglobin juga dapat berikatan dengan karbondoksida yang
merupakan hasil metabolisme tubuh diangkut melalui proses diffusi dalam
kapiler untuk selanjutnya ditransfer ke alveoli. Gas lain yang dapat berikatan
adalah karbonmonoksida. Jika hemoglobin banyak berikatan dengan
karbondioksida dan monoksida maka kemampuan untuk mengikat dengan
zat besi pada trimester I relatif lebih sedikit yaitu sekitar 0,8 g/ hari, tetapi pada
trimester II dan III meningkat menjadi 6,3 g/ hari.
2) Anemia Defisiensi Asam Folat
Asam folat diperlukan untuk pertunbuhan jaringan dan produksi sel- sel
darah merah. Asam folat merupakan satu- satunya vitamin yang dibutuhkan selam
hamil. Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi, sintesis
DNA, pematangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dn plasenta.
Sekitar 24- 60% wanita di berbagai negara mengalami defisiensi asam folat,
karena kandungan asam folat dalam makanan tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan wanita hamil. Karena kebutuhan asam folat selama hamil 2x lipat sebelum
hamil. Diet yang kaya akan sayuran hijau dan protein hewani biasanya sudah
memadai untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat itu.
Pada wanita tidak hamil kebuthan sama folat sekitar 50- 100 g / hari, pada
wanita hamil terjadi peningkatan menjadi 200- 400 g / hari. Peningkatak kebutuhan
ini diakibatkan meningkatnya sintesis jaringan pada ibu dan janinnya. Normalnya
kadar serum folat ibi hamil > 6,0 ng/ml, jika < 2,0 ng/ml indikasi anemia. Pada
anemia defisiensi asam folat, karakteristik sel darah merah > dan tidak matur
sehingga disebut megaloblastosis.
Sebagian besar wanita hamil yang beresiko adalah para wanita yang memiliki
riwayat perdarahan anterpatum/ retardasi pertumbuhan pada bayinya, wanita- wanita
dengan kondisi sosio ekonomi yang buruk, wanita dengan kehamilan kembar atau
multi gravida dengan 4 atau lebih kehamilan sebelumnya.
Penanganan spesifik untuk anemia ini adalah pemberian tablet asam folat
setiap hari yang dikombinasi dengan perbaikan diet jika diperlukan. Sebagian dokter
akan meresepkan asam folat setiap hari sebagai tindakan preventif bagi semua
pasiennya, sebagian lain hanya memberikan pada pasien- pasien yang beresiko.
3) Anemia Hipoplastik
Disebabkan karenasumsum tulang tulang kurang mampu membuat sel- sel
darah baru. Darah tepi menunjukkan gambaran normositer dan normo- chrom. Tidak
ditemukan ciri- ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Sumsum tulang
bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata. Ciri lain adalah
pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak memberi hasil, maka
satu- satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah, yang
sering perlu diulang beberapa kali.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita dengan selamat
mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya
biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi. Anemia aplastik (panmielophtisis)
dan anemia hipolastik berat yanng tidak diobati mempunyai prognosis buruk, baik
bagi ibu maupun bagi anak.
4) Anemia Hemolitik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil ; apabila ia
hamil, maka anemianya biasanya anemianya menjadi lebih berat. Sebaliknya
mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan
beratnya. Obat- obat penambah darah tidak memberi hasil. Transfusi darah, yang
kadang- kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk
meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksia janin.
Splenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik bawaan dalam trimester II atau III.
Pada anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari penyebabnya. Sebab- sebab itu
harus disingkirkan, misalnya pemberian obat- obat yang
dapat menyebabkan
pengobatannya.
5. PATOFISIOLOGI
eritropoesis)
dapat
terjadi
karena
kekurangan
nutrisi,pajanan
dengan ketahanan sel darah nerah normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah
merah yang menyebabkan desruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah(disolusi)terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendoteliel,terutama dalm hati dan limpa.Sebagai hasil samping proses
ini,bilirubin yang terbentuk dalam fagosit,akan memasuki aliran darah.Setiap
kenaikan
destruksi
sel
darah
merah(hemolisis)segera
direfleksikan
dengan
konsentrasi
plasmanya
melebihi
kapasitas
apakah Anemia
pada
pasien
tertentu
disebabkan
oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi,diperoleh dengan dasar :
1) Hitung retikulosist dalam sirkulasi darah
2) Derajat ploriferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematanganya,seperti yang terlibat dalam biopsi
3) Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinema
Eritropoesis(produksi sel darah merah) apat dtentukan dengan cara mengukur
kecepatan dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi eritrosit.Rentang
hidup sel darah merah pasien (kecepatan hemolisis)dapat diukur dengan menandai
sebagian diantaranya
bahan tersebut mmenghilang dari sirkulasi darah sampai beberapa hari sampai
minggu.
6. MANIFESTASI KLINIS
1)
2)
3)
4)
10
5) Terjadi sariawan, peradangan gusi, peradangan pada lidah dan peradangan pada
sudut mulut
6) Pemeriksaan hemoglobin < 9,5 g/dl
7) Tekanan darah turun
8) Mengalami diare
9) Depresi
10) Gangguan tidur
11)
Perlambatan frekwensi nadi
7. KOMPLIKASI
1) Pada ibu menjadi penyulit persalinan
2) Resiko syok hipovilemik pada waktu persalinan
3) Mudah terjadi penyakit selama kehamilan
4) Keguguran, lahir premature
5) Bayi lahir dengan berat badan rendah
6) Kelainan bawaan/cacat pada janin
7) Kematangan fungsi organ tubuh janin tidak sempurna
8) Ablasio plasenta
9) Gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel otak
10) Perdarahan sebelum dan selama persalinan karena atonia uteri
11) Kematian akan lebih besar
12) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
13) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat
menyebabkan decompensatio cordis
14) Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibupada
persalinan sulit walaupun tidak terjadi perdarahan
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Konsentrasi Hb
2) Hematokrit
3) Keadaan sel darah merah
4) Meningkatnya kemampuan
:
< 10 g/dl
:
< 30%
:
mikrositik
total mengikat zat besi (iron binding capacity)
:
:
:
8) Jumlah retikulosit
9) Pewarnaan SDM
10) LED
:
11
<50-60 mg /100ml
<15-16
menurun(AP),menurun berat(aplastik) :
MCV (Volume korpuskular rerata) dan
MCH (hemoglobin korpuskular rerata)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokromik (DB),peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
bervariasi,
misal menurun (AP),
meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/ hemolisis)
mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia)
peningkatan menunjukan adanya refleksi
endoskopik
dan
radiografik
memeriksa
sisi
perdarahan,perdarahan GI
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Mengatasi penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan, dll.
2) Pemberian nutrisi/makanan yang lebih banyak mengandung unsur zat besi,
diantaranya daging hewan, telor, ikan, sayuran hijau.
3) Pemberian tablet zat besi selama kehamilan. Pemberian suplemen besi
merupakan salah satu cara yang dianggap paling cocok bagi ibu hamil untuk
meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena sangat
efektif dimana satu tablet di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam
folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama masa kehamilan
minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan
sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Setiap satu kemasan tablet besi terdir
dari dari 30 tablet yang terbungkus dalam kertas aluminium foil sehingga obat
tidak cepat rusak dan tidak berbau. Pemberian zat besi untuk dosis pencegahan
1x 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila Hb < 11 gr/ dl) adalah 3x 1 tablet.
12
Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung
tidak banyak makan. Pada keadaan ini zata besi akan mudah diserap.
4) Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan makanan
tinggi zat besi, usupan zat besi.
5) Pemberian diet tinggi asam folat seperti ayam, hati, ikan, daging, telor,
brokoli, bayam, asparagus, air jeruk, kacang- kacangan.
6) Pemberian suplemen folat pada trimester I : 280 mg/ hr, trimester II : 660 mg/
hr, trimester III : 470 mg/ hr.
7) Hindari faktor- faktor yang dapat mengurangi penyerapan asama folat seperti
alkohol, kopi, kontrasepsi oral, aspirin, obat- obat penenang, obat anti kejang.
8) Bila karena reaksi toksik-imunologik yang didapat dapat diberikan
kortikosteroid (prednison,predisolon) kalau perlu dilakukan splenektomi. Bila
keduanya tidak
testosteron,
metandostenolon, dan
nondrolon.
13) Imunosupresif , seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin, dkk
menyarankan penggunaan pada pasien> 40th yang tidak dapat menjalani
transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi
berulang.
14) Transplantasi sumsum tulang
10. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah untuk mendapatkan data pada pasien. Pada
anemia ibu hamil data yang perlu dikaji meliputi :
A. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit DM
- Riwayat penyakit Ginjal
- Riwayat penyakit Jantung
- Riwayat penyakit Darah
- Penyakit Pencernaan
b. Pola kebiasaan
- Pola makan
- Sumber makanan dan jenis makanan
13
dengan
14
Kriteria : klien secara subjektif termotifasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai
anjuran,klien dan keluarga tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien,asupan meningkat
pada porsi makan yang disediakan.
INTERVENSI
Jelaskan tentang manfaat makan bila
RASIONAL
Dengan pemahaman klien akan lebih
klien
Untuk meningkatkan selera dan mencegah
protein
Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan
dengan penyakitnya
Pemberian multivitamin
kondisi klien
Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari
penurunan asupan nutrisi secara umum dan
memperbaiki daya tahan.
15
kardiogenik
Keluhan pusing merupakan manifestasi
penurunan suplai darah kejaringan otak yang
parah.
Perubahan ferkuensi dan irama jantung
menunjukan komplikasi distritmia
16
Kolaborasi
Pemberian tranfusi darah
Pemberian antibiotika
darah merah
Kematian biasanya disebabkan oleh
perdarahan/infeksi,meskipun
antibiotik,khususnya yang aktif terhadap
basil gram negatif,telah mengalami kemajuan
besar pada klien ini.Klien dengan leukopenia
yang jelas (penurunan abnormal sel darah
putih) harus dilindungi terhadap kpntak
dengan orang lain yang mengalami
infeksi.Antibiotik tidak boleh diberikan
secara profilaksis pada klien dengan kadar
neutrofil rendah dan abnormal (netropenia)
karena antibiotik dapat mengakibatkan
kegawatan akibat resistensi bakteri dan
jamur.
Jalur yang penting untuk pemberian obat
sesuai indikasi
Pemantauan laboraturium
darurat.
Pemantauan darah rutin berguna untuk
Pemberian imunosupresif
17
Transplantasi
Aktual/resiko tinggi nyeri ang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium,peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan : Terdapat penurunan respon nyeri dada dan keluhan klien teratasi
Kriteria : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penuruan perfusi
perifer,urine >600ml/hari
INTERVENSI
Catat karakter nyeri,lokasi,intensitas,serta
RASIONAL
Variasi penampilan dan perilaku klien karena
lama,dan penyebaran.
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan
mendadak.
Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
menurunkan iskemia.
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
Manajemen lingkungan:lingkungan
tenang dam batasi pengunjung .
dada.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi oksigen ruangan yang berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada
diruangan.
18
Antiangina
Antiangina (nitroglyserin)
oksigen
Nitrat berguna untuk kpntrol nyeri dengan
Analgesik
Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut
Tujuan : Perubahan pola napas klien teratasi.
19
Kriteria klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit, respons batuk
berkurang
INTERVENSI
Auskultasi bunyi napas (krakles)
RASIONAL
Indikasi edema paru, sekunder akibat
dekompensasi jantung
Curiga gagal kongestif atau kelebihan
volume cairan
Penurunan curah jantung, mengakibatkan
gangguan ferfusi ginjal, retensi natrium atau
kardiovaskular
Kolaborasi
sprinolakton, hidonolakton
Rasional
Respons klien terhadap aktivitas dapat
20
aktivitas
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan
miokardium
Menurunkan kerja miokardium atau
konsumsi oksigen
Dengan mengejan dapat mengakibatkan
sakit
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit
kritis
Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas
terjadi
Berikan waktu istirahat diantara waktu
aktivitas
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi
aktivitas
jantung
Melihat dampak dari aktivitas terhadap
fungsi jantung
subyektif
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan
kesehatan
Tujuan : Kecemasan klien berkurang
Kriteria
klien
menyatakan
kecemasan
berkurang,
mengenal
perasaannya,
dapat
Rasional
Cemas berkelanjutan memberikan dampak
Hindari konfrontasi
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan
perlu
mengungkapkan kecemasannya
Berikan privasi untuk klien dan orang
terdekat
contohnya diazepam
kecemasan
4. EVALUASI
Hasil akhir yang diharapkan,meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga
kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ- organ vital pada ibu dan janin menjadi
berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi Hb < 10,5 11,0 g/dl
(Menurut Laros dalam Trula Myers, 1998)
Etiologi dari anemia antara lain, kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat,
penyakit tertentu : penyakit ginjal, jantung, pencernaan, DM, asupan gizi yang kurang, cara
mengolah makanan yang kurang tepat, kebiasaan makan atau pantangan terhadap makanan
tertentu seperti ikan, sayuran, dan buah- buahan, kebiasaan minum kopi, teh bersamaam
dengan makan, kebisaan minum obat penenang dan alkohol.
Anemia pada ibu hamil diklasifikasikan menjadi, Anemia defisiensi zat besi, Anemia
Defisiensi Asam Folat, Anemia Hipoplastik, Anemia Hemolitik.
Tanda dan gejala anemia dapat berupa, pucat pada mata, kekuningan pada mata, cepat
lelah, terjadi sariawan, Pemeriksaan hemoglobin < 9,5 g/dl, tekanan darah turun, mengalami
diare, depresi, gangguan tidur, perlambatan frekwensi nadi.
B. SARAN
Untuk mencegah anemia pada ibu hamil dapat dilakukak dengan
mengonsumsi makanan seperti daging, susu, ikan, sayuran hijau, kacang hijau, serta
buah- buahan.
Untuk mengatasi anemia pada ibu hamil, identifikasi penyebab anemia,
pastikan tanda dan gejalanya, makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan
23
asam folat, makan yang cukup, konsumsi vitamin C yang lebih banyak, hindari atau
kurangi minum kopi, minuman alkohol, dan obat- obatan/ zat penenang, hindari
aktivitas yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, & Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marylinn E & Mary Frances Moorhouse & Alice C Geissler.1993.Rencana
Asuhan Keperawatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Tarwoto, & Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta : TIM.
24
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya pada penulis, sehingga tugas MATERNITAS I dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL : ANEMIA ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah MATERNITAS I.
Makalah ini disusun berdasarkan Multiple Intelegence System yang mendasari sistem
penyusunan tugas makalah MATERNITAS I ini, yaitu suatu sistem dengan meng-combine
tiap materi dari berbagai sumber,baik melalui internet, buku panduan, dan berbagai sumber
akurat lainnya yang disesuaikan oleh materi yang ada. Ucapan terima kasih tak lupa penulis
sampaikan kepada:
1. Ns. Putriyati, S.KeP selaku dosen mata kuliah MATERNITAS I yang telah
memberikan pengarahnnya kepada penulis.
2. Orang tua kami atas doanya, semangat dan dukungannya.
3. Teman-teman yang senantiasa memberikan bantuan, semangat dan dukungannya.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas
MATERNITAS I ini yang namanya tak mungkin penulis cantumkan satu per satu. Demikian
tugas MATERNITAS I ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya,
pembaca pada umumnya. Tiada gading yang tak retak tiada tulisan yang selalu sempurna.
Apabila ada salah tulis, penulis mohon maaf.
25
DAFTAR
i ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran......................................................................................4
C. Ruang lingkup Pembelajaran..........................................................................4
D. Metode Penulisan............................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian ......................................................................................................5
2. Anatomi Fisiologi sel darah merah ................................................................5
3. Etiologi...........................................................................................................7
4. Klasifikasi.......................................................................................................7
5. Patofisiologi..................................................................................................10
6. Manisfestasi Klinis .......................................................................................11
7. Komplikasi ...................................................................................................11
8. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................12
9. Penatalaksanaan Medis.................................................................................13
10. Asuhan Keperawatan pada Bumil dengan Anemia.......................................15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................26
B. Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
26
ii
27