Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat
kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias
perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut
tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying
factor), yang mana bersifat medik maupun non medik. Di antara faktor non medik
dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan
hidup, perilaku, dan lain-lain.
Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine
menunjukkan bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung
dengan memperbaiki status sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu
dari seluruh faktor langsung yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status
kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1 Ketiga hal tersebut akan
berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam model yaitu kehamilan, timbulnya
komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Dari model Mc Carthy dan Maine
tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor tidak langsung harus
selalu melalui faktor penyebab yang langsung.
Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan
faktor penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975)
melaporkan bahwa salah satu sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus
kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menyatakan bahwa anemia merupakan salah
satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6b menyatakan bahwa anemia
merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7 menunjukkan
bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk
mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung

berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan


meningkatnya kesakitan ibu.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang
anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan bahwa dampak anemia
pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses
persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas
(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI
rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
perinatal, dan lain-lain).
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi
pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita
hamil yang lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia
pada trimester III berkisar 50-79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia
kehamilan di Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah
60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12 rumah sakit pendidikan/rujukan di
Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan anemia yang melahirkan di
RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut meningkat dengan
bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana
prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya
paritas.13 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia
pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester
ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada
ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi
pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga
diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia
menderita anemia gizi.

Indonesia, prevalensi anemia tahun l970an adalah 46,570%. Pada SKRT tahun
1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun
1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil
sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992
prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 71,2% dan pada
tahun 1994 meningkat menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di
Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan
Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten
Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun 1999
sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi 76,74% dan pada tahun 2001
sebesar 68,65%.
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1)
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2)
Kekurangan

Hb

dalam

darah

mengakibatkan

kurangnya

oksigen

yang

dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan
efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi di
Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu yang
tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa risiko
kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita
hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum
24 minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu
faktor kehamilan dengan risiko tinggi.
Angka kejadian anemia di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia
kurang dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9 tahun serta 10-14 tahun.
Pada usia tersebut bayi masih memiliki cukup cadangan besi dari ibunya yang
diberikan selama dalam kandungan. Tetapi setelah usia 6 bulan cadangan besi itu akan
semakin menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah
kekurangan besi.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan
Anemia secara teori.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian, anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi,

manifestasi

klinis,

komplikasi,

pemeriksaan

diagnosis,

penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan Anemia.
C. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN
Pembahasan makalah ini dibatasi pada tinjauan teori tentang Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Hamil dengan Anemia.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakan dari
literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari tiga Bab, yaitu :
Bab I terdiri dari : latar belakang, tujuan pembelajaran, ruang lingkup
pembelajaran, metode penulisan, sistematika penulisan.
Bab II terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologi sel darah merah, etiologi,
klasifikasi, patofisiologi,

manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan

diagnostik, penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan pada Ibu Hamil


dengan Anemia (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi).
Bab III terdiri dari : kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Anemia adalah:

Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah atau eritrosit dalam sirkulasi darah
atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai penbawa

oksigen ke seluruh jaringan. (Menurut Tarwoto, 2008)


Anemia pada ibi hamil adalah :
Keadaan dimana terjadi kekurangan darah merah dan menurunnya hemoglobin
kurang dari 9,5 g/dl dalam tubuh ibu hamil (Hb normal > 11 g/dl) . ( Tarwoto, Anemia

pada Ibi hamil, hal. 70)


Anemia pada ibu hamil adalah :
Kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga
kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ- organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi Hb <
10,5 11,0 g/dl (Menurut Laros dalam Trula Myers, 1998)

2. ANATOMI FISIOLOGI

a) Anatomi

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar


7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagia tengahnya 1 mikron atau
kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah
terjadi diffusi oksigen, karbondioksida, dan sitoplasma, tetapi tidak
mempunyai inti sel. Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta
hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan

globin adalah bagian dari protei yang tersusun dari 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6-phospate dehydogenase).
Hemoglobin mengandung kira-kira 90% besi dan berfungsi membawa oksigen
dengan cara mengikat oksigen (oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung
usia dan jenis kelamin.
Hemoglobin adalah protei berpigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah. Normalnya alam darah pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita
14,0 g/dl (Susan M Hinchliff, 1996) . Rata-rata konsentrasi hemoglobin
(MCHC = Mean cell concentration of haemolobin) pada sel darah merah
32g/dl.
b) Fisiologi

Sel darah merah terdiri dari membran dan hemoglobin. Hemoglobin itu
sendiri mengandung globin (terdiri dari 4 polipeptida) dan heme (mengandung
pigmen merah porfirin sehinnga darah arteri yang kaya oksigen menjadi lebih
merah dibgandingkan darah pada vena yang kurang oksigen) hemoglobin
menyusun 95% dari berat sel darah merah.
Pada laki-laki dewasa setiap 100 ml darah mengandung 14-16 gr
hemoglobin.
Hemoglobin sangat penting dalam pengangkutan oksigen, karena
mempunyai kemampuan daalam berkaitan dalam berkaitan dengan oksigen
membentuk oksihemoglobin. Kemampuan ikatan ini dipengaruhi oleh Ph
darah dan temperatur ( Black 1993). Menurunnya ph (asidosis) akan
menurunkan saturasi oksigen sehingga kemampuan suplai ke jaringan menjadi
berkurang. Saturasi oksigen juga berkurang pada hipotermia. Disamping
oksigen, hemoglobin juga dapat berikatan dengan karbondoksida yang
merupakan hasil metabolisme tubuh diangkut melalui proses diffusi dalam
kapiler untuk selanjutnya ditransfer ke alveoli. Gas lain yang dapat berikatan
adalah karbonmonoksida. Jika hemoglobin banyak berikatan dengan
karbondioksida dan monoksida maka kemampuan untuk mengikat dengan

oksigen akan berkurang. Sehingga mengakibatkan jaringan kekurangan


oksigen atau hipoksia jaringan.
Zat besi merupakan unsur utama pembentuk hemoglobin. Pada tubuh
orang dewasa kira-kira mengandung 50 mg besi per 100ml darah. Total
kebutuhan zat besi kira-kira antara 2-6 gr, tergantung berat badan dan kadar
Hb nya ( Black, 1994). Sedangkan hormon-hormon yang penting dalam
pembentukansel darah merah adalah hormon tiroid, tiroid stimulating hormon,
adrenal cortical steroid, adrenocorticotropic hormon dan eritropoitin.
Penurunan hormon adrenal akan mempengaruhi respon eritropoetik.
3. ETIOLOGI
1) Kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan darah
2)
3)
4)
5)

ibu dan janinnya.


Penyakit tertentu : penyakit ginjal, jantung, pencernaan, DM.
Asupan gizi yang kurang
Cara mengolah makanan yang kurang tepat
Kebiasaan makan atau pantangan terhadap makanan tertentu seperti ikan, sayuran,

dan buah- buahan.


6) Kebiasaan minum kopi, teh bersamaam dengan makan.
7) Kebisaan minum obat penenang dan alkohol.
4. KLASIFIKASI
1) Anemia defisiensi zat besi
Merupakan anemia yang disebabkan karena kekurangan asupan besi dalam
gizi atau akibat perdarahan, absorbsi yang jelas, hiperemesis, akibat kehilangan darah
haid yang banyak, kehamilan yang sering dan berkali- kali, kehilangan darah yang
sedikit- sedikit tapi terus menerus seperti hemoroid. Normalnya zat besi dikeluarkan
tidak lebih dari 1 mg setiap hari melalui urine, kulit, feses. Pada wanita selama
menstruasi akan kehilangan kurang lebih 15 mg dan kurang lebih 500 mg kehilangan
besi selama kehamilan normal.
Anemia ini diobati dengan pemberian zat besi dan pangaturan diet. Jiak tidak
terlihat respon yang cepat terhadap terapi zat besi atau bila kadar hemoglobinnya
kurang dari 8 g, transfusi dengan packet red cell dapat diberikan.
Pada wanita hamil denga janin tunggal kebutuhan zat besi sekitar 1000 g
selama hamil atau naik sekitar 200- 300 %. Perkiraan besarnya zat besi yang perlu
ditimbun selama hamil 1040 g. Dari jumlah itu, 200 g zat besi tertahan oleh tubuh
ketika melahirkan dan 840 g sisanya hilang. Sebanyak 300 g besi ditransfer ke
janin dengan rincian 50- 75 g untuk pembentukan plasenta, 450 g untuk
menambah jumlah sel darah merah dan 200 g hilang ketika melahirkan. Kebutuhan

zat besi pada trimester I relatif lebih sedikit yaitu sekitar 0,8 g/ hari, tetapi pada
trimester II dan III meningkat menjadi 6,3 g/ hari.
2) Anemia Defisiensi Asam Folat
Asam folat diperlukan untuk pertunbuhan jaringan dan produksi sel- sel
darah merah. Asam folat merupakan satu- satunya vitamin yang dibutuhkan selam
hamil. Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi, sintesis
DNA, pematangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dn plasenta.
Sekitar 24- 60% wanita di berbagai negara mengalami defisiensi asam folat,
karena kandungan asam folat dalam makanan tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan wanita hamil. Karena kebutuhan asam folat selama hamil 2x lipat sebelum
hamil. Diet yang kaya akan sayuran hijau dan protein hewani biasanya sudah
memadai untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat itu.
Pada wanita tidak hamil kebuthan sama folat sekitar 50- 100 g / hari, pada
wanita hamil terjadi peningkatan menjadi 200- 400 g / hari. Peningkatak kebutuhan
ini diakibatkan meningkatnya sintesis jaringan pada ibu dan janinnya. Normalnya
kadar serum folat ibi hamil > 6,0 ng/ml, jika < 2,0 ng/ml indikasi anemia. Pada
anemia defisiensi asam folat, karakteristik sel darah merah > dan tidak matur
sehingga disebut megaloblastosis.
Sebagian besar wanita hamil yang beresiko adalah para wanita yang memiliki
riwayat perdarahan anterpatum/ retardasi pertumbuhan pada bayinya, wanita- wanita
dengan kondisi sosio ekonomi yang buruk, wanita dengan kehamilan kembar atau
multi gravida dengan 4 atau lebih kehamilan sebelumnya.
Penanganan spesifik untuk anemia ini adalah pemberian tablet asam folat
setiap hari yang dikombinasi dengan perbaikan diet jika diperlukan. Sebagian dokter
akan meresepkan asam folat setiap hari sebagai tindakan preventif bagi semua
pasiennya, sebagian lain hanya memberikan pada pasien- pasien yang beresiko.
3) Anemia Hipoplastik
Disebabkan karenasumsum tulang tulang kurang mampu membuat sel- sel
darah baru. Darah tepi menunjukkan gambaran normositer dan normo- chrom. Tidak
ditemukan ciri- ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Sumsum tulang
bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata. Ciri lain adalah
pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak memberi hasil, maka
satu- satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah, yang
sering perlu diulang beberapa kali.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita dengan selamat
mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya
biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi. Anemia aplastik (panmielophtisis)

dan anemia hipolastik berat yanng tidak diobati mempunyai prognosis buruk, baik
bagi ibu maupun bagi anak.
4) Anemia Hemolitik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil ; apabila ia
hamil, maka anemianya biasanya anemianya menjadi lebih berat. Sebaliknya
mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan
beratnya. Obat- obat penambah darah tidak memberi hasil. Transfusi darah, yang
kadang- kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk
meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksia janin.
Splenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik bawaan dalam trimester II atau III.
Pada anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari penyebabnya. Sebab- sebab itu
harus disingkirkan, misalnya pemberian obat- obat yang

dapat menyebabkan

sumsum tulang harus segera dihentikan.

5) Anemia- Anemia lain


Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia
Hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing
tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor ganas,
dsb, dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan
mempunyai pengaruh tidak baik bagi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas,
serta bagi anak dalam kehamilan.
Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya misalnya, antibiotik
untuk infeksi, obat- obat anti malaria, anti sifilis, obat cacing, dan lain- lain. Prognosis
bagi ibu

dan anak tergantung pada sebab anemianya, serta berhasil tidaknya

pengobatannya.
5. PATOFISIOLOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau


kehilangan sel darah merah berlebih atau keduanya.Kegagalan sumsum (misal
berkurangnya

eritropoesis)

dapat

terjadi

karena

kekurangan

nutrisi,pajanan

toksik,invasi tumor,atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah


merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemolisis(destruksi).Pada kasus yang
disebut terakhir,masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai

dengan ketahanan sel darah nerah normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah
merah yang menyebabkan desruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah(disolusi)terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendoteliel,terutama dalm hati dan limpa.Sebagai hasil samping proses
ini,bilirubin yang terbentuk dalam fagosit,akan memasuki aliran darah.Setiap
kenaikan

destruksi

sel

darah

merah(hemolisis)segera

direfleksikan

dengan

peningkatan bilirubin plasma.(Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang,kadar di


atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik,maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma(hemoglobinema).Apabila

konsentrasi

plasmanya

melebihi

kapasitas

haptoglobin plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengiksy


semuanya( misal apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl),hemoglobin akan
terdifusi dalam glomelurus ginjal dan ke urin (hemoglobinuria).Jadi ada atau tidaknya
hemoglobinema dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi
penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat
merupaka petunjuk untuk sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan

apakah Anemia

pada

pasien

tertentu

disebabkan

oleh

penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi,diperoleh dengan dasar :
1) Hitung retikulosist dalam sirkulasi darah
2) Derajat ploriferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematanganya,seperti yang terlibat dalam biopsi
3) Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinema
Eritropoesis(produksi sel darah merah) apat dtentukan dengan cara mengukur
kecepatan dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi eritrosit.Rentang
hidup sel darah merah pasien (kecepatan hemolisis)dapat diukur dengan menandai
sebagian diantaranya

dengan injeksi kronium radioaktif , dan mengikuti sampai

bahan tersebut mmenghilang dari sirkulasi darah sampai beberapa hari sampai
minggu.
6. MANIFESTASI KLINIS
1)
2)
3)
4)

Pucat pada mata


Kekuningan pada mata
Cepat lelah, sering pusing dan sakit kepala
Sering terjadi keram di kaki

10

5) Terjadi sariawan, peradangan gusi, peradangan pada lidah dan peradangan pada
sudut mulut
6) Pemeriksaan hemoglobin < 9,5 g/dl
7) Tekanan darah turun
8) Mengalami diare
9) Depresi
10) Gangguan tidur
11)
Perlambatan frekwensi nadi

7. KOMPLIKASI
1) Pada ibu menjadi penyulit persalinan
2) Resiko syok hipovilemik pada waktu persalinan
3) Mudah terjadi penyakit selama kehamilan
4) Keguguran, lahir premature
5) Bayi lahir dengan berat badan rendah
6) Kelainan bawaan/cacat pada janin
7) Kematangan fungsi organ tubuh janin tidak sempurna
8) Ablasio plasenta
9) Gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel otak
10) Perdarahan sebelum dan selama persalinan karena atonia uteri
11) Kematian akan lebih besar
12) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
13) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat
menyebabkan decompensatio cordis
14) Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibupada
persalinan sulit walaupun tidak terjadi perdarahan
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Konsentrasi Hb
2) Hematokrit
3) Keadaan sel darah merah
4) Meningkatnya kemampuan

:
< 10 g/dl
:
< 30%
:
mikrositik
total mengikat zat besi (iron binding capacity)

hingga 350-500 mg/dl


5) Serum besi
6) Saturasi transferring
7) Jumlah eritrosit

:
:
:

8) Jumlah retikulosit

9) Pewarnaan SDM

10) LED

:
11

<50-60 mg /100ml
<15-16
menurun(AP),menurun berat(aplastik) :
MCV (Volume korpuskular rerata) dan
MCH (hemoglobin korpuskular rerata)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokromik (DB),peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
bervariasi,
misal menurun (AP),
meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/ hemolisis)
mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia)
peningkatan menunjukan adanya refleksi

imflamasi,mis peningkatan perusakan


SDM atau penyakit malignasi.
11) Masa hidup SDM

berguna dalam membedakan diagnosa


anemia, mis pada tipe anemia tertentu,
SDM mempunyai waktu hidup lebih
pendek
12) Tes kerapuhan eritrosit
:
menurun (DB)
13) SDP
:
jumlah sel total sama dengan SDM
(diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun(aplastik)
14) Jumlah trombosit
:
menurun (aplastik), meningkat (DB),
normal atau tinggi (hemolitik).
15) Hemoglobin elektroforesis :
mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin
16) Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : meningkat (AP,hemolitik)
17) Folat serum
:
membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi
masukan/ absorbsi
18) Guaiak
:
mungkin positif untuk darah pada
urin,feses,dan isi gaster,menunjukan
perdarahan akut/kronis (DB)
19) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah,ukuran,dan bentuk,membentuk membedakan tipe anemia
mis,peningkatan megaloblas (AP),lemak sumsum demgan penurunan sel darah
(aplastik)
20) Pemeriksaan

endoskopik

dan

radiografik

memeriksa

sisi

perdarahan,perdarahan GI
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Mengatasi penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan, dll.
2) Pemberian nutrisi/makanan yang lebih banyak mengandung unsur zat besi,
diantaranya daging hewan, telor, ikan, sayuran hijau.
3) Pemberian tablet zat besi selama kehamilan. Pemberian suplemen besi
merupakan salah satu cara yang dianggap paling cocok bagi ibu hamil untuk
meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena sangat
efektif dimana satu tablet di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam
folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama masa kehamilan
minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan
sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Setiap satu kemasan tablet besi terdir
dari dari 30 tablet yang terbungkus dalam kertas aluminium foil sehingga obat
tidak cepat rusak dan tidak berbau. Pemberian zat besi untuk dosis pencegahan
1x 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila Hb < 11 gr/ dl) adalah 3x 1 tablet.

12

Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung
tidak banyak makan. Pada keadaan ini zata besi akan mudah diserap.
4) Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan makanan
tinggi zat besi, usupan zat besi.
5) Pemberian diet tinggi asam folat seperti ayam, hati, ikan, daging, telor,
brokoli, bayam, asparagus, air jeruk, kacang- kacangan.
6) Pemberian suplemen folat pada trimester I : 280 mg/ hr, trimester II : 660 mg/
hr, trimester III : 470 mg/ hr.
7) Hindari faktor- faktor yang dapat mengurangi penyerapan asama folat seperti
alkohol, kopi, kontrasepsi oral, aspirin, obat- obat penenang, obat anti kejang.
8) Bila karena reaksi toksik-imunologik yang didapat dapat diberikan
kortikosteroid (prednison,predisolon) kalau perlu dilakukan splenektomi. Bila
keduanya tidak

berhasil dapat diberikan obat-obat sitostatik, seperti

klorambusil dan siklofosfamid.


9) Transfusi darah : sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan
trombosit, berikan darah segar atau platelet concentrate.
10) Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.
11) Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.
12) Androgen, seperti fluoklimesteron,

testosteron,

metandostenolon, dan

nondrolon.
13) Imunosupresif , seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin, dkk
menyarankan penggunaan pada pasien> 40th yang tidak dapat menjalani
transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi
berulang.
14) Transplantasi sumsum tulang
10. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah untuk mendapatkan data pada pasien. Pada
anemia ibu hamil data yang perlu dikaji meliputi :
A. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit DM
- Riwayat penyakit Ginjal
- Riwayat penyakit Jantung
- Riwayat penyakit Darah
- Penyakit Pencernaan
b. Pola kebiasaan
- Pola makan
- Sumber makanan dan jenis makanan

13

- Kebiasaan minum teh, kopi, alkohol, merokok,


c. Kaji sosial ekonomi
d. Jumlah keluarga
e. Jarak kelahiran
f. Pemeriksaan kesehatan selama kehamilan
g. Riwayat persalinan
B. Pemeriksaan fisik
a. Ekspresi wajah
b. Konjungtiva dan sklera
c. Keadaan kuku, kulit
d. Tekanan darah dan nadi
e. Kardiovaskuler
f. Keadaan ginjal
g. Adakah stomatitis, glositis, cheilitis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian,diagnosa keperawatan utama untuk
klien ini mencakup hal-hal berikut :
1. Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah
sel-sel darah merah di sirkulasi.
2. Aktual/resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai
darah ke miokardium.
3. Aktual/resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan respons
peningkatan frekuensi pernafasan
4. Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake,mual dan anoreksia
5. Aktual/resiko tinggi intoleransi aktifitas yang berhubungan

dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan


6. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,penurunan status
kesehatan,situasi krisis,ancaman atau perubahan kesehatan
3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan perencanaan dan implementasi keperawatan adalah membantu klien dalam
mengatasi masalah kebutuhan dasarnya,meningkatkan kebutuhan adaptasi klien secara
optimal,dan mengurangi resiko komplikasi.
Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake,mual,dan anoreksia.
Tujuan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

14

Kriteria : klien secara subjektif termotifasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai
anjuran,klien dan keluarga tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien,asupan meningkat
pada porsi makan yang disediakan.
INTERVENSI
Jelaskan tentang manfaat makan bila

RASIONAL
Dengan pemahaman klien akan lebih

dikaitkan dengan kondisi klien saat ini


Anjurkan agar klien memakan makanan yang

koperatif mengikuti aturan


Untuk menghindari makanan yang justru

disediakan di rumah sakit

dapat mengganggu proses penyembuhan

Beri makanan dalam keadaan hangat dan

klien
Untuk meningkatkan selera dan mencegah

porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi

mual,mempercepat perbaikan kondisi,serta

protein
Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan

mengurangi beban kerja jantung


Klien kadangkala mempunyai selera makan

nutrisi tambahan yang tidak bertentangan

yang sudah terbiasa sejak di rumah.Dengan

dengan penyakitnya

bantuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi


dengan tidak bertentangan dengan pola diet

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut

akan meningkatkan pemenuhan nutrisi.


Higiene oral yang baik akan meningkatkan

sebelum dan sesudah makan serta sebelum

nafsu makan klien

dan sesudah intervensi/pemeriksaan per oral


Beri motifasi dan dukungan psikologis
Kolaborasi
Dengan nutrisi tentang pemenuhan diet klien

Menigkatkan secara psikilogis


Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan

Pemberian multivitamin

kondisi klien
Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari
penurunan asupan nutrisi secara umum dan
memperbaiki daya tahan.

15

Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menrunnya


pengangkutan dengan menurunnya pengangkutan oksigen sekunder dari penurunan
sel-sel darah merah srkulasi.
Tujuan: Perfusi perifer klien meningkat
Kriteria: Klien tidak mengeluh pusing, tanda-tanda vital dalam batas normal, konjungtiva
merah (tidak pucat), CRT <3 detik, urin > 600ml/hari.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status mental klien secara teratur.
Mengetahui derajat hipoksia pada otak.
Kaji faktor-faktor yang menyebabkan
Berkurangnya sel darah merah dapat
penurunan sel darah merah.

disebabkan kekurangan kofaktor


eritropoesis,seperti:asam folat,vit.B12,dan
besi.Pada anemia,karena semua sistem organ
dapat terlibat,maka dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas.Karena jumlah
efektif sel darah merah berkurang,,aka lebih

Kaji warna kulit,sianosis,nadi perifer,dan

sedikit oksigen yang dikirimkan kejaringan.


Mengetahui derajat hipoksemia dan

diaforesis secara teratur.


Pantau urin output

peningkatan tahanan perifer


Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya produksi urine.Pemantauan
yang ketat pada produksi urine <600ml/hari
merupakan tanda-tanda terjadinya syok

Catat adanya keluhan pusing

kardiogenik
Keluhan pusing merupakan manifestasi
penurunan suplai darah kejaringan otak yang

Pantau frekunsi jantung dan irama.

parah.
Perubahan ferkuensi dan irama jantung
menunjukan komplikasi distritmia

16

Berikan makanan kecil/mudah

Makanan besar dapat meningkatkan keja

dikunyah,batasi asipan kafein.

miokardium.Kafein dapat merangsang


langsung ke jantung sehingga meningkatkan
frekuensi.

Kolaborasi
Pemberian tranfusi darah

Tranfusi dengan PRC (packed red cell) lebih


rasional diberikan pada klien yang
mengalami anemia akibat penurunan sel-sel

Pemberian antibiotika

darah merah
Kematian biasanya disebabkan oleh
perdarahan/infeksi,meskipun
antibiotik,khususnya yang aktif terhadap
basil gram negatif,telah mengalami kemajuan
besar pada klien ini.Klien dengan leukopenia
yang jelas (penurunan abnormal sel darah
putih) harus dilindungi terhadap kpntak
dengan orang lain yang mengalami
infeksi.Antibiotik tidak boleh diberikan
secara profilaksis pada klien dengan kadar
neutrofil rendah dan abnormal (netropenia)
karena antibiotik dapat mengakibatkan
kegawatan akibat resistensi bakteri dan

Pertahankan cara masuk heparin (IV)

jamur.
Jalur yang penting untuk pemberian obat

sesuai indikasi
Pemantauan laboraturium

darurat.
Pemantauan darah rutin berguna untuk

Pemberian imunosupresif

melihat perkembangan pasca intervensi.


Terapi imunosupresif globulin anti timosit
(ATG) diberikan untuk menghentikan fungsi
imunologi yang memperpanjang aplasia,
sehingga memungkinkan sumsum tulang
mengalami penyembuhan.Klien yang
berespons terhadap terapi biasanya akan
sembuh dalam beberapa minggu sampai 3
bulan, tetapi respons dapat lambat sampai 6

17

Transplantasi

bulan setelah penanganan


Transplantasi sumsum tulang dilakukan
untuk memberikan persediaan jaringan
hematopoetik yang masih dapat berfungsi.

Aktual/resiko tinggi nyeri ang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium,peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan : Terdapat penurunan respon nyeri dada dan keluhan klien teratasi
Kriteria : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penuruan perfusi
perifer,urine >600ml/hari
INTERVENSI
Catat karakter nyeri,lokasi,intensitas,serta

RASIONAL
Variasi penampilan dan perilaku klien karena

lama,dan penyebaran.
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan

nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.


Nyeri berat dapat menyebabkan syok

nyeri dengan segera,

kardiogenik yang berdampak pada kematian

Lakukan manajemen nyeri keperawatan sbb :

mendadak.
Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan

Atur posisi fisiologis


Istirahatkan klien

oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia.


Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen perifer,sehingga menurunkan
kebutuhan miokardium serta meningkatkan
suplai darah dan oksigen ke miokardium
yang membutuhkan oksigen untuk

Berikan oksigen tambahan dengan

menurunkan iskemia.
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada

nasal kanul/masker sesuai indikasi.

untuk pemakaian miokardium sekaligus


mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri

Manajemen lingkungan:lingkungan
tenang dam batasi pengunjung .

dada.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi oksigen ruangan yang berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada
diruangan.

18

Ajarkan tehnik relaksasi pernafasan


dalam
Ajarkan tehnik distraksi pada saat
nyeri

Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan


menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan otak .
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfin
dan enfekalin yang memblok reseptor nyeri
untuk tidaj dikirimkan ke korteks serebri

Lakukan manajemen sentuhan

sehingga menurunkan persepsi nyeri.


Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.dipton rinan
dapat meningkatkan aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen

Kolaborasi Pemberian Terapi Farmakologis

ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.


Obat-obatan antiangina bertujuan untuk

Antiangina

meningkatkan aliran darah baik dengan


menambah suplai oksigen atau dengan
mengurangi kebutuhan miokardium akan

Antiangina (nitroglyserin)

oksigen
Nitrat berguna untuk kpntrol nyeri dengan

Analgesik

efek vasodilator koroner


Menurunkan nyeri hebat,memberikan
sedasi,dan mengurangi kerja miokardium..

Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut
Tujuan : Perubahan pola napas klien teratasi.
19

Kriteria klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit, respons batuk
berkurang
INTERVENSI
Auskultasi bunyi napas (krakles)

RASIONAL
Indikasi edema paru, sekunder akibat

Kaji adanya edema

dekompensasi jantung
Curiga gagal kongestif atau kelebihan

Ukur intake dan output

volume cairan
Penurunan curah jantung, mengakibatkan
gangguan ferfusi ginjal, retensi natrium atau

Timbang berat badan

air, dan penurunan pengeluaran urine


Perubahan tiba-tiba dari berat badan

Pertahankan pemasukan total cairan

menunjukkan gangguan keseimbangan cairan


Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang

2.000m/24 jam dalam toleransi

dewasa, tetapi memerlukan pembatasan

kardiovaskular
Kolaborasi

dengan adanya dekompensasi jantung

Natrium meningkatkan retensi cairan dan

Berikan diet tanpa garam

volume plasma yang berdampak terhadap


peningkatan beban kerja jantung dan akan

Berikan diuretik, contoh : furosemide,

meningkatkan kebutuhan miokardium


Diuretik bertujuan menurunkan volume

sprinolakton, hidonolakton

plasma dan menurunkan retensi cairan di


jaringan, sehingga menurunkan risiko
terjadinya edema paru

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke


jaringan dengan kebutuhan sekunder dan penurunan curah jantung
Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas
Kriteria klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama
mobilisasi di tempat tidur
Intervensi
Catat frekuensi dan irama jantung serta

Rasional
Respons klien terhadap aktivitas dapat

20

perubahan tekanan darah selama dan sesudah

mengindikasikan penurunan oksigen

aktivitas
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan

miokardium
Menurunkan kerja miokardium atau

berikan aktivitas senggang yang tidak berat


Anjurkan klien untuk menghindari

konsumsi oksigen
Dengan mengejan dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan abdomen, misalnya

takikardia serta peningkatan tekanan darah

mengejan saat defekasi


Jelaskan pola peningkatan bertahap dari

Aktivitas yang maju memberikan kontrol

tingkat aktivitas. Contoh : bangun dari kursi

jantung, meningkatkan regangan, dan

bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat

mencegah aktivitas berlebihan

setelah 1 jam setelah makan


Pertahankan klien tirah baring sementara

Untuk mengurangi bebasn jantung

sakit
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit

Meningkatkan kontraksi otot sehingga

kritis
Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas

membantu aliran vena balik


Untuk mengetahui fungsi jantung bila dengan

terjadi
Berikan waktu istirahat diantara waktu

aktivitas
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi

aktivitas

bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja

Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis,

jantung
Melihat dampak dari aktivitas terhadap

kerja dan frekuensi napas, serta keluhan

fungsi jantung

subyektif

Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan
kesehatan
Tujuan : Kecemasan klien berkurang
Kriteria

klien

menyatakan

kecemasan

berkurang,

mengenal

perasaannya,

dapat

mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan


dan wajah rileks
Intervensi
Bantu klien mengekspresikan perasaan

Rasional
Cemas berkelanjutan memberikan dampak

marah, kehilangan, dan takut


Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,

serangan jantung selanjutnya


Reaksi verbal / non verbal dapat

dampingi klien, dan lakukan tindakan bila

menunjukkan rasa agitasi, merah, dan gelisah

menunjukkan prilaku merusak


21

Hindari konfrontasi

Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,


menurunkan kerja sama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan

Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan

perlu

suasana penuh istirahat


Tingkatkan kontrol sensasi klien

Kontrol sensasi klien (menurunkan


ketakutan) dengan cara memberikan
informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap
sumber-sumber koping (pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan relaksasi dan
teknik-teknik pengalihan, serta memberikan

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin

respons balik yang positif


Orientasi dapat menurunkan kecemasan

dan aktivitas yang diharapkan


Beri kesempatan kepada klien untuk

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap

mengungkapkan kecemasannya
Berikan privasi untuk klien dan orang

kekhawatiran yang tidak diekspresikan


Memberikan waktu untuk mengekspresikan

terdekat

perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku


adaptasi
Adanya keluarga dan teman-teman yang
dipilih klien untuk membantu aktivits serta
pengalihatn ( misalnya membaca ) akan

Kolaborasi berikan anticemas sesuai indikasi,

menurunkan perasaan terisolasi


Meningkatkan relaksasi dan menurunkan

contohnya diazepam

kecemasan

4. EVALUASI
Hasil akhir yang diharapkan,meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer


Bebas dari nyeri
Terpenuhinya aktifitas sehari-hari
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
Menunjukkan penurunan kecemasan

22

Memahami penyakit dan tujuan perawatannya


Mematuhi semua aturan medis
Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya
berubah

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga
kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ- organ vital pada ibu dan janin menjadi
berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi Hb < 10,5 11,0 g/dl
(Menurut Laros dalam Trula Myers, 1998)
Etiologi dari anemia antara lain, kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat,
penyakit tertentu : penyakit ginjal, jantung, pencernaan, DM, asupan gizi yang kurang, cara
mengolah makanan yang kurang tepat, kebiasaan makan atau pantangan terhadap makanan
tertentu seperti ikan, sayuran, dan buah- buahan, kebiasaan minum kopi, teh bersamaam
dengan makan, kebisaan minum obat penenang dan alkohol.
Anemia pada ibu hamil diklasifikasikan menjadi, Anemia defisiensi zat besi, Anemia
Defisiensi Asam Folat, Anemia Hipoplastik, Anemia Hemolitik.
Tanda dan gejala anemia dapat berupa, pucat pada mata, kekuningan pada mata, cepat
lelah, terjadi sariawan, Pemeriksaan hemoglobin < 9,5 g/dl, tekanan darah turun, mengalami
diare, depresi, gangguan tidur, perlambatan frekwensi nadi.

B. SARAN
Untuk mencegah anemia pada ibu hamil dapat dilakukak dengan
mengonsumsi makanan seperti daging, susu, ikan, sayuran hijau, kacang hijau, serta
buah- buahan.
Untuk mengatasi anemia pada ibu hamil, identifikasi penyebab anemia,
pastikan tanda dan gejalanya, makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan
23

asam folat, makan yang cukup, konsumsi vitamin C yang lebih banyak, hindari atau
kurangi minum kopi, minuman alkohol, dan obat- obatan/ zat penenang, hindari
aktivitas yang berat.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, & Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marylinn E & Mary Frances Moorhouse & Alice C Geissler.1993.Rencana
Asuhan Keperawatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Tarwoto, & Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta : TIM.

24

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya pada penulis, sehingga tugas MATERNITAS I dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL : ANEMIA ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah MATERNITAS I.
Makalah ini disusun berdasarkan Multiple Intelegence System yang mendasari sistem
penyusunan tugas makalah MATERNITAS I ini, yaitu suatu sistem dengan meng-combine
tiap materi dari berbagai sumber,baik melalui internet, buku panduan, dan berbagai sumber
akurat lainnya yang disesuaikan oleh materi yang ada. Ucapan terima kasih tak lupa penulis
sampaikan kepada:
1. Ns. Putriyati, S.KeP selaku dosen mata kuliah MATERNITAS I yang telah
memberikan pengarahnnya kepada penulis.
2. Orang tua kami atas doanya, semangat dan dukungannya.
3. Teman-teman yang senantiasa memberikan bantuan, semangat dan dukungannya.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas
MATERNITAS I ini yang namanya tak mungkin penulis cantumkan satu per satu. Demikian
tugas MATERNITAS I ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya,
pembaca pada umumnya. Tiada gading yang tak retak tiada tulisan yang selalu sempurna.
Apabila ada salah tulis, penulis mohon maaf.

Jakarta, 07 April 2011


Penulis

25

DAFTAR
i ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran......................................................................................4
C. Ruang lingkup Pembelajaran..........................................................................4
D. Metode Penulisan............................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian ......................................................................................................5
2. Anatomi Fisiologi sel darah merah ................................................................5
3. Etiologi...........................................................................................................7
4. Klasifikasi.......................................................................................................7
5. Patofisiologi..................................................................................................10
6. Manisfestasi Klinis .......................................................................................11
7. Komplikasi ...................................................................................................11
8. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................12
9. Penatalaksanaan Medis.................................................................................13
10. Asuhan Keperawatan pada Bumil dengan Anemia.......................................15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................26
B. Saran.............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

26

ii

27

Anda mungkin juga menyukai