Gambar 1. Patahan cup dan cone pada Aluminum (a), patah getas pada mild steel (b)[2]
Gambar 2. Patahan yang sangat ulet (a) patahan ulet setelah mengalami necking (b) dan patahan
getas tanpa deformasi plastis [2]
Fatigue, merupakan suatu bentuk kegagalan yang terjadi pada suatu struktur yang terkena stress
dinamis atau fluktuatif, seperti misalnya jembatan,pesawat dan komponen mesin. Dalam keadaan ini,
sangat memungkinkan terjadinya kegagalan pada tingkatan stress yang jauh lebih rendah dari kekuatan
tensile atau yield (tensile or yield strength) pada saat stress statis. Istilah fatigue digunakan karena jenis
kegagalan ini biasanya terjadi setelah periode yang panjang dari siklus stress atau strain yang berulang.
Fatigue sangat penting karena merupakan penyebab terbesar terjadinya kegagalan pada metal
(diperkirakan 90%), polimer, dan keramik (kecuali glass) juga rentan terhadap jenis kegagalan ini.
Terlebih fatigue merupakan bencana dan bahaya yang terjadi sangat tiba tiba dan tanpa warning [2].
Creep, yang secara bahasa berarti penjalaran atau perambatan, merupakan jenis kegagalan yang terjadi
akibat deformasi yang ditimbulkan oleh suatu material yang sering digunakan pada suhu tinggi dan
terkena stress mekanik yang statis. Seperti misalnya pada rotor turbin mesin jet, generator uang yang
mengalami stress sentrifugal dan steam line bertekanan tingggi. Creep didefinisikan sebagai deformasi
suatu material yang permanen dan time-dependent ketika diberikan beban atau stress yang konstan,
pada umumnya creep tidak diinginkan terjadi dan sering dijadikan sebagai faktor batasan (limiting
factor) pada umur penggunaan suatu part. Telah diteliti untuk semua material; untuk metal creep
menjadi pertimbangan penting pada temperature yang lebih beasr dari 0.4 Tm ( dimana Tm merupakan
absolute melting temperaturenya). Polimer amorphous, termasuk didalamnya plastik dan rubber, sangat
sensitive terhadap deformasi creep.
Pada dasarnya pengujian impact adalah untuk menguji ketangguhan, yang dilakukan dengan cara batang
uji bertakik dipukul dengan energi tertentu, diukur berapa banyak energi yang digunakan untuk
mematahkan batang uji tersebut.
Selain untuk menghitung kapasitas energi yang mampu diserap oleh material ketika diberikan beban
yang mendadak; pengujian impact juga digunakan untuk menentukan perilaku transisi temperature dari
perilaku ulet ke getas.
Sesuai dengan ASTM Standard E 23, Standard Test Methods for Notched Bar Impact Testing of Metallic
Materials ada 2 macam standar pengujian impact, yaitu Charpy dan Izod
Gambar 3. Spesimen yang di gunakan untuk pegujian impact, charpy dan Izod (a), Gambaran skematis
dari peralatan pengujian impact (b) [2]
Gambar 4. Perbedaan posisi load pada spesimen Charpy (a) dan Izod (b)
Standard spesimen untuk pengujian impact ditunjukkan pada gambar 3a berikut representative dari alat
uji impact (gambar 3b). beberapa jenis pengujian impact telah digunakan untuk mengevaluasi
ketannguhan suatu logam, plastic, dan keramik. Pada umumnya jenis impact dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
1. Method pemberian beban (pendulum stroke or drop-weight loading)
2. Jenis takikan pada spesimen (takikan V, U)
Pengujian Charpy dan Izod merupakan jenis pengujian impact yang termasuk dalam metode pemberian
beban. Perbedaan mendasarnya terletak pada spesimen dan dimensi takikannya (gambar 4). Pengujian
dengan metode charpy melibatkan tiga titik pemberian beban, dimana batang uji ditahan dikedua sisinya.
Sebaliknya, spesimen Izod diletakkan dengan pemberian beban diatas takikannya [3].
Beberpa variable seperti ukuran dan bentuk spesimen juga konfigurasi dan kedalaman takikan bisa
mempengaruhi hasil pengujian. Hasil pengujian impact berupa data kualitatif yang digunakan untuk
tujuan desain, terutama energy impact.
Transisi ulet-getas
Salah satu fungsi utama pengujian Charpy dan Izod adalah untuk menentukan apakah dengan adanya
penurunan temperature, material mengalami transisi ulet-getas ataukah tidak. Transisi ulet-getas
berhubungan dengan temperature dari tingkat penyerapan energy impact. Transisi tersebut ditunjukkan
pada gambar 5 oleh suatu baja pada kurva A. pada temperature yang lebih tinggi Charphy V-Notch-CVN(Charpy dengan takikan V), enery CVN relative lebih besar, kaitannya dengan mode patahan ulet. Karena
temperature yang diturunkan, energy impact turun secara tiba tiba, mode patahan getas.
Kekuatan Impact (Impact strength-IS-), besarnya energi untuk mematahkan batang uji, E ( Joule,
kg.m atau ft.lb). Ada juga yang menyatakan impact strength ini sebagai energi/luas penampang
pada takikan. Bahan yang tangguh menunjukkan IS tinggi.
Pengaruh Temperatur, pengujian dilakukan pada berbagai temperatur, pada temperatur rendah
cenderung lebih getas; temperatur transisi, temperatur perubahan ulet-getas.
Problem case
Data pada table dibawah merupakan hasil pengujian impact charpy pada suatu material.
Temperature (C) Energi Impact (J)
0
105
-25
104
-50
103
-75
97
-100
63
-113
40
-125
34
-150
28
-175
25
-200
24
(a) Gambarkan energy impact vs temperature
(b) Tentukan Temperatur transisi ulet-getas yang berhubungan dengan rata rata energy impact
maksimum dan minimum
(c) Tentukan Temperatur transisi ulet-getas ketika impact energinya sama dengan 50J
Solution
(a)
120
Energi Impact
100
80
60
40
20
-200
-150
-100
-50
Temperatur ( C)
(b)
(c) Untuk impact energy sebesar 50 J, Temperatur transisi ulet-getasnya adalah sekitar -110C
References used:
[1]Marc Andre Meyers.Mechanical Behavior of Materials. Cambridge University Press 2009
[2]Callister W.D., Materials science and Engineering: An Introduction 7th edition. 2007
[3] ASM Metal Handbook, Vol 08 Mechanical testing and Evaluation