Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAHAN DEMOKRASI

LIBERAL
Oleh:

SISTEM
DEMOKRASI
LIBERAL

Multi Partai

Pengertian Kabinet

Pemilihan Umum
1955

DPR

Dekrit Presiden 5 Juli


1959

Konstituan
te

KETIDAKSTABILAN POLITIK
Berlakunya masa demokrasi liberal

(1950-1959), di dalam negeri Indonesia


masih menimbulkan beberapa gangguan
keamanan, diantaranya gangguan
keamanan dari dalam negeri, seperti :
Pemberontakan DI / TII di berbagai kota
Pemberontakan APRA
Pemberontakan RMS
Pemberontakan PPRI dan Permesta

Pada masa berlakunya UUDS 1950,


Negara Kesatuan RI menganut sistem
demokrasi liberal dengan sistem
kabinet parlementar. Dalam kabinet
parlementar, para mentri bertanggung
jawab kepada parlemen. Oleh karena
itu, jatuh bangunyakabinet sangat
tergantung pada parlemen. Pada masa
demokrasi liberal jumlah partai politik
ukup banyak.

Sejak tahun 1950 sampai dengan 1959, ketidak


stabilan politik juga di tunjukan dengan sering
bergantinya kabinet, dalam kurun waktu sekitar 9
tahun telah berganti kabinet sebanyak 7 kali, di
antaranya :
Kabinet Masa Demokrasi Liberal :
1. Kabinet Natsir (September 1950 Maret 1951)
2. Kabinet Sukiman (April 1951 April 1952)
3. Kabinet Wilopo (April 1952 Juni 1993)
4. Kabinet Ali Sastromidjojo I (Juli 1953 Juli 1955)
5. Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955
Maret 1956) dilaksanakan pemilu I
6. Kabinet Ali Sastromidjojo II (Maret 1956 Maret
1957)
7. Kabinet Karya atau Juanda (April 1957 Juli 1959)

2. SISTEM MULTI
PARTAI
Dampak Positif :

1. Menghidupkan suasana demokratis di


Indonesia.
2. Mencegah kekuasaan presiden yang
terlalu besar, karena wewenang
pemerintah di pegang oleh partai yang
berkuasa
3. Menempatkan kalangan sipil sebagai
pelaksana kedaulatan rakyat dan
pemerintahan.

Dampak Negatif :

1.Sejumlah partai cenderung


menyuarakan kepentingan kelompok
sendiri, bukan banyak rakyat.
2. Ada kecenderungsn persaingan
tidak sehat, baik dalam parlemen
maupun kabinet yang berupa saling
menjatuhkan.

3. PEMILIHAN
UMUM
Hasil pemilu I memunculkan empat partai

terkemuka yang meraih kursi terbanyak di


DPR dan kontituante , yaitu :
perimbangan perolehan kursi DPR Hasil
Pemilu Tahun 1955 tahap I :
Masyumi
: 60 kursi
PNI
: 58 kursi
PKI
: 32 kursi
NU
: 47 kursi
Partai lainya memperebutkan sisa 75 kursi

Perimbangan perolehan kursi


kontituante Hasil pemilu tahun 1955
tahp II :
PNI
: 199 kursi
Masyumi
: 112 kursi
NU
: 91 kursi
PKI
: 80 kursi
Partai lainnyamemperebutkan sisa
118 kursi.

Walaupun pemilu I dapat berlangsung

dengan aman, lancar dan tertib tetapi


keadaan politik dan keamanaan belum
stabil,hal ini di sebabkan oleh :
1. Sering terjadi pertentangan antar politik.
2. Partai politik hanya mempertahankan
keyakinan partainya.
3. Anggota DPR hasil pemilu belum dapat
memenuhi harapan rakyat.
4. Badan kontituante gagal menyusun UUD.

4. KEGAGALAN KONSTITUANTE
MENYUSUN UNDANG UNDANNG
DASAR

Kemacetan politik dalam kontituante, bagi

militer merupakan situasi yang


membahayakan kelangsungan bangsa
dan negara, maka KSAD Letjen AH
Nasution (atas nama pemerintah /
PERPU ) mengeluarkan larangan bagi
semua kegiatan politik mulai tanggal 3
Junu 1959. larangan itu ditindak launjuti
oleh Presiden Soekarno, dengan
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

5. DEKRIT PRESIDEN 5 Juli


1959
Pertimbangan Lahirnya Dekrit Presiden 5

Juli 1959 :
1. Anjuran untuk kembali ke UUD 1945 tidak
memperoleh keputusan dari Konstituante.
2. Konstituante tidak mungkin lagi
menyelesaikan tugasnya karena sebagian
besar anggotanya telah menolak
menghadiri sidang.
3. Kemelu6 dalam konstituante
membahayakan prsatuan, mengancam
keselamatan negara, dan merintangi
pembanggunan nasional.

Keputusan Dekrit Presiden 5 Juli 1959

:
1.Kontituante di bubarkan.
2.UUD 1945 kembali berlaku sebagai
UUD Republik Indonesia.
3.Segera membentuk MPRS dan DPAS.

Sisi Positif Dekrit Presiden :

1. Menyelamatkan dari perpecahan dan


krisis politik berkepanjangan.
2.Memberikan pedoman yang jelas (UD
1945) bagi kelangsunggan negara.
3. Merintis pembentukan lembaga
tertinggi negara (MPRS) dan lembaga
tinggi (DPAS) yang selama masa
Demokrasi Liberal tertunda tunda
pembentukanya.

Sisi Negatif Dekrit Presiden 5 Juli

1959 :
1.Memberikan kekuasaan yang besar
kepada Presiden baik terhadap MPR
maupun lembaga tinggi negara.
2.Memberi peluang bagi kalangan
militer untuk terjun dalam bidang
politik.

TERIMA KASIH ATAS


PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai