Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Produk halal telah menjadi pilihan hidup masyarakat di dunia. Tidak
hanya bagi umat muslim, namun juga alasan kesehatan bagi non muslim.
Banyaknya permintaan tentang produk halal menunjukkan bahwa konsumen
sadar akan keamanan dan kualitas produk halal. Salah satu upaya untuk
mengenalkan produk dan sistem halal yaitu melalui pariwisata halal.
Pariwisata halal mendapat sambutan baik bagi pemerintah di berbagai
negara, termasuk di Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia, sudah selayaknya Indonesia menjadi negara percontohan
dalam menerapkan sistem halal. Umumnya wisata halal hanya menyediakan
fasilitas selama perjalanan berupa tersedianya makanan yang terjamin halal,
fasilitas yang layak dan nyaman untuk beribadah, dan menyediakan jasa yang
tidak melanggar ketentuan syariah bagi wisatawan.
Dalam rangka membumikan produk halal di kalangan masyarakat
Indonesia, terobosan baru yang diusulkan adalah membangun Kampung
Halal. Kampung Halal ini dapat dijadikan sebagai pusat wisata produk halal
dan pusat edukasi terkait pengolahan berbagai produk halal. Dengan adanya
Kampung Halal ini, diharapkan akan meningkatkan kesadaran dan wawasan
masyarakat tentang pentingnya produk halal dalam kehidupan serta
menginisiasi bertambahnya jumlah pengusaha yang memperhatikan kehalalan
produk. Selain itu diharapkan dengan adanya Kampung Halal ini akan

2
meminimalisir jumlah masyarakat yang bersikap acuh tak acuh karena
ketidaktahuannya tentang pengaruh proses pengolahan terhadap kehalalan
produk.
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Produk halal apa yang sudah banyak beredar dan dikenal masyarakat
Indonesia?
I.2.2 Bagaiamana cara menumbuhkan wawasan dan semangat masyarakat
Indonesia untuk memperjuangkan halalisasi produk di Indonesai?
I.2.3 Bagaimana cara menginisiasi inisiatif industri kecil/menengah/besar
untuk memulai penjaminan kehalalan produknya?
I.3 Tujuan Penulisan
I.3.1 Untuk membumikan berbagai produk halal kepada masyarakat Indonesia
I.3.2 Untuk menambah wawasan dan menginisiasi semangat masyarakat
muslim Indonesia untuk memperjuangkan halalisasi berbagai produk
(obat, makanan, minuman) di Indonesia
I.3.2 Untuk meningkatkan kesadaran industri kecil/menengah/besar bahwa
jaminan kehalalan dalam pembuatan produk (bahan, proses) bisa dan
perlu diwujudkan di Indonesia
I.4 Manfaat
I.4.1 Masyarakat mengenal dan lebih memilih menggunakan berbagai produk
halal di Indonesia
I.4.2 Masyarakat muslim memberi dukungan penuh terkait upaya penjaminan
kehalalan produk di Indonesia

3
I.4.3 Industri kecil/menengah/besar mulai menyadari perlu adanya upaya
menuju penjaminan kehalalan produk yang dihasilkannya
I.5 Batasan
Dari rumusan masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran
dimensi permasalahan yang cukup luas, maka penulis memandang perlu
memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Adapun masalah yang
menjadi fokus pembahasan dalam karya tulis ini adalah terkait solusi yang
ditawarkan penulis dalam upaya mewujudkan penjaminan kehalalan produk
di Indonesia. Penulis akan mendeskripsikan bagaimana konsep Kampung
Halal yang penulis usulkan, serta dampak yang diharapkan dari adanya
Kampung Halal tersebut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Saat ini masalah halal telah menjadi bagian dari isu global seiring dengan
peningkatan kesadaran umat Islam di dunia untuk mencari produk yang dijamin
halal. Indonesia mayoritas muslim (sekitar 240 jt / 87%) merupakan pasar yang
harus diperhitungkan dan dipelihara. Halal merupakan masalah fundamental bagi
konsumen muslim. Segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air baik
yang diolah maupun tidak diolah, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sehingga dalam pembuatan olahan pangan, pemilihan bahan baku pangan, bahan
tambahan pangan (BTP), dan bahan lainnya harus benar-benar memperhatikan
segala prosesnya, mulai dari penyiapan, pengolahan, dan produksi.
Dialah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu
(QS Al baqarah [2]:29)
Bahan baku pangan dan Bahan tambahan makanan (BTP) harus memenuhi
criteria aman (bahan tidak tercemar, takaran aman & tidak berbahaya bagi
kesehatan), sehat (bergizi, menyehatkan, penggunaan tepat), utuh (utuh, tidak
dicampur bagian daging lain, gizi tidak rusak), halal.
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk.. (QS Al Araf [7]:157)
Seiring

dengan

majunya

perkembangan

bidang

teknologi

pangan

memungkinkan terjadinya percampuran antara bahan halal dan bahan haram.


Yang menjadi penentu kehalalan suatu bahan pangan adalah diantaranya tidak
mengandung alkohol atau komponen yang memabukkan, bukan hewan yang buas,

5
bertaring, berkuku panjang dan babi. Untuk bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan dan ikan dijamin kehalalannya, yang menjadi titik kritis keharamannya
adalah dari alat dan bahan yang ditambahkan ketika pengolahan, juga kemasan.
Sedangkan untuk bahan pangan yang berasal dari hewan yang dihalalkan untuk
dikonsumsi yang menjadi titik kritisnya adalah cara penyembelihan, alat dan
bahan yang digunakan atau ditambahkan ketika pengolahan, juga pengemas.
Produk yang rawan kehalalannya tersebut perlu dicermati kandungannya.
Perkembangan teknologi pangan dapat memberikan keuntungan dan
kerugian. Keuntungan terseebut antara lain dapat meningkatkan daya awet,
memperbaiki rasa, penampilan, aroma; meningkatkan nilai gizi; mempermudah
cara penyajian; serta dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun di
sisi yang lain, salah satu masalah yang ditimbulkan adalah masalah halal haram
produk.
II.1 Pariwisata Halal
Berdasarkan

Undang-Undang

tentang

Kepariwisataan

(UU.

No.10/2009) pariwisata syariah dapat didefiniskan berbagai macam kegiatan


wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi
ketentuan syariah.
Selain itu, menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 pariwisata syariah merupakan
konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah ke dalam kegiatan
pariwisata dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan
ketentuan syariah.

6
Wisata Syariah atau Halal Tourism adalah salah satu sistem pariwisata
yang diperuntukan bagi wisatawan Muslim yang pelaksanaannya mematuhi
aturan syariah (Academia.edu). Produk wisata halal kini bukan hanya tertuju
untuk wisatawan muslim namun juga untuk bagi yang bukan muslim. (KH
Amidhan, dalam travel. detik.com)
Wisata Syariah mengedepankan produk-produk halal dan aman
dikonsumsi turis muslim. Namun, bukan berarti turis non-Muslim tidak bisa
menikmati wisata syariah. Bagi turis Muslim, wisata syariah adalah bagian
dari dakwah. bagi yang non/Muslim, wisata syariah dengan produk halal ini
adalah jaminan sehat. Karena pada prinsipnya, implementasi kaidah syariah
itu berarti menyingkirkan hal-hal yang membahayakan bagi kemanusiaan dan
lingkungannya dalam produk maupun jasa yang diberikan, dan tentu
memberikan kebaikan atau kemaslahatan secara umum, sesuai dengan misi
Risalah Islamiyah yang bersifat Rahmatan Lil-Alamin. (Academia.edu).
II.2 Konsep Wisata Halal
Konsep

dalam

pengembangan

wisata

halal

adalah

dengan

mengembangkan beberapa jenis usaha pariwisata. Kemenparekraf pun akan


melakukan pelatihan dan sosialisasi mengenai wisata syariah, yaitu hotel,
restoran, biro perjalanan, dan spa. Kemenparekraf turut melakukan sosialisasi
dengan organisasi-organisasi pelaku pariwisata di Indonesia, misalnya
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Association of the
Tours and Travel (ASITA). (academia.edu)

7
II.3 Potensi Indonesia Sebagai Tujuan Wisata Halal
Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan wisata syariah
mengingat sebagian besar penduduknya adalah Muslim dan adanya faktor
pendukung seperti ketersediaan produk halal. Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, secara alami budayanya telah menjalankan
kehidupan bermasyarakat yang Islami, sehingga di sebagian besar wilayahnya
yang merupakan destinasi wisata telah ramah terhadap Muslim Traveller
(academia.edu).
Menurut Pew Research Center Forum on Religion and Public Life, pada
2010, ada 1,6 milyar penduduk muslim dunia, atau 23,4 persen dari penduduk
dunia yang mencapai enam milyar orang. Pada 2030, jumlah ini diprediksi
akan meningkat menjadi 2,2 milyar atau 26,4 persen dari total penduduk
dunia yang diperkirakan mencapai 8,3 milyar, dengan rata-rata pertumbuhan
penduduk muslim sebesar 1,5 persen per tahun (dakwatuna.com). Selain itu,
Jumlah penduduk Indonesia yang menganut agama Islam sangatlah besar,
yaitu sekitar 12,7 % dari total muslim dunia. Indonesia merupakan negar
muslim terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2010, penganut Islam di
Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 % dari jumlah penduduk Indonesia
(forum.kompas.com). Menurut penelitian dari Crescentrating, pengeluaran
wisatawan muslim dalam suatu perjalanan wisata sangat tinggi, dapat
dibayangkan uang yang dihabiskan wisatawan muslim di dunia pada tahun
2011 mencapai 126 miyar dolar AS atau setara Rp 1.222,1 triliun. Angka ini
dua kali lebih besar dari seluruh uang yang dikeluarkan oleh wisatawan Cina
yang mencapai 65 milyar dolar AS atau setara Rp 630 triliun. Hal ini dapat

8
menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk mengembangkan industri wisata
halal. (academia.edu)
Pemerintah Indonesia memang sudah mulai menggarap potensi wisata
halal. Proyek besar yang digagas dan dikawal langsung oleh Wamen Parekraf,
Dr Sapta Nirwandar tersebut, kini mulai tersosialisasi di masyarakat dengan
baik. Sapta mengakui, bahwa potensi besar yang dimiliki Indonesia belum
maksimal

digarap

jika

dibanding

negara

lain

di

Asia

Tenggara.

(Republika.co.id)
Hingga saat ini, pengembangan produk wisata syariah di Indonesia
masih dibatasi pada empat jenis usaha pariwisata, yaitu hotel, restoran, biro
perjalanan, dan Spa. Dalam Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif RI No.2 Tahun 2014 sudah ditetapkan Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah, sedangkan untuk ketiga produk
lainnya masih dalam tahap draft. (Kartika, 2014)
II.4 Pariwisata Halal Yang Sudah Berkembang
Beberapa negara telah menjadi daerah tujuan wisata syariah,
diantaranya adalah,
a. Malaysia
Malaysia menarik lebih dari 170.000 wisatawan dari negara-negara
Teluk pada tahun 2013, dan telah dinilai sebagai tujuan wisata yang ramah
bagi Muslim teratas di dunia menurut sebuah survei yang dirilis tahun lalu.
Menurut data survei itu, Malaysia menerima 102.365 wisatawan dari Arab
Saudi pada tahun 2012. Jumlah wisatawan dari Emirat Arab mencapai
18.233 orang selama periode itu. Demikian rilis Arab News, Rabu

9
(28/05/2014). Selama semester pertama tahun 2013 (Januari-Juni),
Malaysia menerima lebih dari 53.000 wisatawan dari Arab Saudi. Selain
itu, negara itu juga menerima lebih dari 14.500 wisatawan dari Oman, 9390
wisatawan dari Kuwait dan 7.804 wisatawan dari Emirat Arab selama
periode yang sama. Negara Asia dengan populasi Muslim 60 persen ini
secara keseluruhan menarik wisatawan Muslim dari seluruh dunia dan telah
menjadi pelopor dalam segala hal yang berkaitan dengan halal. Kebijakan
Malaysia dalam sektor pariwisata adalah untuk memastikan lingkungan
yang nyaman bagi semua wisatawan keluarga Muslim sejalan dengan
gayahidup Islamnya. Selain itu, pemerintah Malaysia melarang segala
kegiatan yang melanggar hukum-hukum Islam yang membuat wisatawan
Arab merasa berada di sebuah negara Muslim.
b. Jepang
Mushola, jilbab yang terbuat dari sutra, sampai makanan bersertifikat
halal mulai muncul di Jepang karena meningkatnya kunjungan dari
pelancong Muslim. Jepang sebuah negara yang homogen dengan penduduk
yang menganut Islam hanya sekitar 100 ribu orang. Tetapi hal itu tidak
menghalangi pariwisata Jepang untuk merangkul sebuah tradisi yang tidak
familiar bagi mereka demi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Pemerintah Jepang sendiri berusaha menaikan jumlah wisatawan asing
hingga dua kali lipat di tahun 2020. (travel.kompas.com)
Paket wisata halal di Jepang yang disediakan antara lain muali dari
penginapan, menu makanan hingga destinasi para wisatawan. Seperti
diungkapkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori, pihaknya
ingin mempromosikan pariwisata khusus muslim, sehingga mereka dapat
menikmati tempat wisata di Jepang dengan nyaman. Yoshinori seperti

10
dikutip Republika, mengatakan salah satu peyananan yang ditawarkan utnuk
wisatawan muslim adalah penginapan yang memberikan fasilitas yang
dibutuhkan umat muslim dan menu makanan halal. (halalmui.org). Negara
lainnya yang menjadi tujuan wisata halal adalah Uni Emirat Arab,
Singapura, Rusia, China, Perancis, Thailand.

11

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

III.1 Metode Pengumpulan Informasi


Penulis menggunakan metode studi kepustakaan untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan dalam penulisan karya tulis Al-Quran ini. Studi
kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menggunakan dan mempelajari Al-Quran, As-Sunnah, buku-buku, jurnal
ilmiah, atau media lain yang ada hubungannya dengan topik dalam penulisan
karya tulis Al-Quran ini.
III.2 Metode Pengolahan Informasi
Setelah diperoleh beberapa sumber pustaka yang ada, maka dilakukan
penyeleksian sehingga diperoleh referensi yang relevan terhadap topik
bahasan upaya membumikan produk halal yang diangkat dalam karya tulis
Al-Quran ini. Selanjutnya dilakukan pengolahan data, referensi yang sudah
sesuai dijabarkan lebih lanjut dalam BAB II (Kajian Pustaka).
III.3 Metode Analisis-Sintesis
Melalui studi kepustakaan dan pengolahan informasi, penulis
memperoleh informasi-informasi baru yang selanjutnya menjadi acuan dalam
pembuatan ide-ide kreatif dalam upaya meyelesaikan permasalahan yang
diangkat dalam karya tulis ini. Ide-ide penulis dijabarkan dalam BAB IV
(Pembahasan), dan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang
disebutkan sebelumnya.
III.4 Metode Pengambilan Simpulan dan Rekomendasi
Pada tahap akhir penulisan, dilakukan pengambilan kesimpulan yang
merupakan jawaban terhadap masalah serta berisi tentang saran-saran penulis
yang didasarkan pada hasil pembahasan dalam BAB IV.

12

BAB IV
PEMBAHASAN

13
Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
memiliki banyak objek wisata alam yang indah, budaya yang mempesona dan
layak disaksikan, dan sejarah keislaman yang panjang. Potensi besar ini
merupakan peluang besar untuk mengembangkan wisata halal/syariah di
Indonesia. Selain bertujuan untuk membumikan halal di dunia, wisata halal ini
juga dapat memberdayakan ekonomi kreatif di Indonesia.
Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan!, sesungguhnya
syetan itu musuh yang nyata bagi kamu
(Q.S. Al Baqarah: 168)
Cari juga :
Q.S. Al Baqarah : 168, 173, 219; Q.S. Al Maidah: 3,4, 94; Q.S. Al Anam: 121,
145; Q.S. An Nahl: 67; Q.S. An Nisa:

Industri pariwisata syariah Indonesia harus didukung oleh industri dan


strategi pemasaran yang baik, standar dan regulasi yang tepat, harus diperkuat
oleh tenaga profesional keuangan yang cukup, dan adanya lembaga pelatihan
kepariwisataan syariah yang baik dan didukung oleh keuangan syariah yang
kompetitif. (Sofyan, 2014)

IV.1 Konsep Kampung Halal sebagai Terobosan Baru Membumikan Halal di


Indonesia
Dalam rangka membumikan produk halal, penulis menawarkan
konsep Kampung Halal sebagai wisata edukasi dengan tagline Halalisasi

14
Produk menuju Peningkatan Kualitas Bangsa. Kampung Halal ini memiliki
dua fungsi yaitu sebagai pusat wisata produk halal dan pusat edukasi
pengolahan produk halal.
Sebagai pusat wisata, Kampung Halal menyediakan berbagai produk
halal mulai dari obat-obatan, kosmetik hingga makanan dan minuman.
Penulis mengusulkan dibangunnya beberapa infrastruktur (kios dagang)
yang menjual khusus barang halal dari berbagai jenis produk, sehingga
masyarakat mulai lebih mengenal produk-produk yang sudah dijamin
kehalalannya. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia akan
menjadikan parameter halal sebagai syarat utama yang harus dipenuhi
sebelum membeli produk. Dengan kondisi masyarakat yang mayoritas lebih
memilih produk halal, maka permintaan akan produk halal meningkat tajam,
sehingga produsen akan tergerak untuk mengupayakan semua produk yang
dihasilkannya terjamin halal.
Kampung Halal sebagai pusat edukasi menyediakan berbagai
infrastruktur yang mensimulasikan bagaimana pengolahan suatu produk
yang benar dan syari sehingga produk yang dihasilkan terjamin halal.
Penulis berencana menampilkan simulasi proses penyembelihan hewan
yang syari dengan membaca bismillah; proses penjernihan air minum tanpa
menggunakan tulang belulang dari hewan haram; proses pembuatan roti,
mentega, margarin, keju dengan bahan pengemulsi nabati; proses
pembuatan gelatin yang bersumber dari bahan selain produk hewani (seperti
gom arab, rumput laut), proses pembuatan beberapa obat tanpa
menggunakan pelarut alkohol. Selain itu penulis juga berencana

15
menampilkan bagaimana tahapan sertifikasi halal yang dilakukan oleh MUI
serta kriteria-kriteria yang harus dipenuhi agar suatu produk bisa
mendapatkan label halal dari MUI.
IV.2 Langkah-langkah Perwujudan Kampung Halal
IV.2.1 Penetapan destinasi wilayah
Hal ini penting,karena pariwisata syariah tidak hanya berupa daya tarik
objek wisata religi atau tempat wisata ziarah semata, tetapi harus ada fasilitas
pendukung seperti tempat penginapan/hotel syariah, bank syariah, masjid,
restoran, dan fasilitas lainnya yang memenuhi standar berdasarkan ketentuan
Islam.
IV.2.2 Wisata Pengenalan Produk Halal
Menyediakan berbagai produk halal mulai dari makanan, minuman,
obat-obatan hingga kosmetik. Sehingga wisatawan dapat dengan mudah
menemukan berbagai kebutuhan produk yang telah dijamin kehalalannya.
IV.2.2 Wisata Edukasi Industri Pengolahan
Merupakan wisata edukasi dan wisata kuliner halal dimana wisatawan
diajak untuk mengetahui proses pemilihan bahan baku sampai proses
produksi. Wisatawan juga diajak untuk mengenal lebih jauh titik kritis bahan
yang harus diperhatikan.

a. Olahan Pangan
Wisatawan dapat terlibat langsung dalam pembuatan olahan makanan dan
menikmati hasilnya secara langsung. Olahan makanan yang ditawarkan
antara lain: Roti, Mentega, dan Keju dari Pengemulsi Nabati.

16
-

Pada pembuatan roti, titik kritis pada bahan yaitu: Tepung Terigu, Bread
Improver, Butter, Flavour / Essence, Emulsifier, FCMP, SKM, SMP,
Margarine, Pemoles Loyang, Yeast, Filler (Jam, Keju, Coklat, dll), Rum

(X)
Produksi Keju perlu enzim rennet untuk koagulasi susu, yang mana
enzim tersebut enzim dapat berasal dari sapi/babi, atau dengan enzim

lain. Sehingga perlu dikeahui secara jelas asal-usulnya.


b. Obat-obatan
Wisatawan juga bisa menyaksikan bagaimana pertimbangan
pemilihan bahan pelarut obat dalam proses pembuatannya. Alkohol biasa
digunakan sebagai pelarut bahan obat yang sukar larut air, namun farmasis
bisa berupaya untuk mencari subtituen pelarut yang berupa pelarut
campuran (sistem kosolven) melalui perhitungan konstanta dielektrik,
sehingga penggunaan alkohol sebagai pelarut obat bisa diminimalisir.
c. RumahPotong Hewan Secara Syari
Daging hasil penyembelihan dan pemingsanan harus dicermati. Bila
tidak, maka daging tersebut bisa termasuk dalam kriteria haram. Sehingga
proses penyembelihan hewan harus dicermati.

d. Penjernihan Air
Air minum dalam kemasan yang dalam proses penjernihannya harus
menggunakan karbon aktif dan harus bebas dari penggunaan tulang babi.

17
e. Penyiapan paket-paket wisata halal menambah nilai jual yang bisa
menarik wisatawan
Bazar Ramadhan, Fasilitas ibadah, Festival Kebudayaan Islam,
kantin kejujuran, fasilitas perbankan syariah.
IV.2.3 Wisata Edukasi Tahapan Sertifikasi dan Labelisasi Halal
Wisatawan dapat mengetahui secara detail terkait tahapan sertifikasi halal
hingga mengetahui kriteria-kriteria yang harus dipenuhi agar suatu produk
dapat dilabel halal. Wisatawan dapat menggali info ini secara bebas melalui
pusat informasi yang akan dibangun di Kampung Halal ini. Selain itu
wisatawan juga akan mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya jaminan
kehalalan produk.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

18
V.1 Kesimpulan
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan wisata
halal/syariah. Kampung Halal sebagai wisata edukasi dengan tagline
Halalisasi Produk menuju Peningkatan Kualitas Bangsa juga dapat
memberdayakan ekonomi kreatif di Indonesia. Kampung Halal ini dapar
berfungsi sebagai pusat wisata produk halal dan pusat edukasi pengolahan
produk halal.
V.2 Saran
Kampung Halal ini harus didukung oleh industri dan strategi pemasaran
yang baik, standar dan regulasi yang tepat, harus diperkuat oleh tenaga
profesional keuangan yang cukup, serta adanya lembaga pelatihan
kepariwisataan syariah yang baik dan didukung oleh keuangan syariah yang
kompetitif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad nin Abdurrahman. 2008. Tafsir Ibnu Katsir.
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafii
Anonim. 2013. LPPOM MUI, Pelopor Standar Halal dan Pendiri Dewan Pangan
Halal Dunia. LPPOM MUI. Diakses di http://www.halalmui.org tanggal 30
September 2013.
Anonim. 2012. Sertifikasi Halal: Kriteria HAS 23000:1. Jakarta: LPPOM MUI
Az-Zabidi, Abdul Lathif. 2008. Ringkasan Shahih Al-Bukhari. Bandung: Mizan
Ied-Al-Hilali, Syaikh Salim bin. 2008. Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Quran
dan As-Sunnah Jilid 3. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafii
Sugijanto. 2012. Sertifikasi & Labelisasi Bahan dan Produk Halal. Pembinaan
Masyarakat Tentang Produk Pangan Halal. Surabaya
Auliya

Sofyan.

2014.

Strategi

Pengembangan

Pariwisata

Syariah.

http://aceh.tribunnews.com [19 September 2014].


Titing Kartika.
Provinsi

Mengubah Persepsi Pariwisata Syariah. Majalah Pendidikan


Jawa

Barat

Bhinneka

Karya

Winaya,

Mei

2014.

http://www.stiepar.ac.id [18 September 2014].


Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai