oleh
Dewinta Candra Putri
13/345896/KG/9481
Nama Penulis
Judul
Tujuan
Nama Penulis
Judul
Tujuan
1. Core Quotation
Saranson (dalam Rudkin, 2003) berpendapat bahwa rasa bermasyarakat
membutuhkan rasa saling menghargai, saling ketergantungan dalam memberi dan
menerima bantuan serta mempertahankan situasi tersebut. (hlm.71)
Pada individu yang memiliki rasa bermasyarakat yang tinggi, mereka akan
menunjukkan loyalitas dan mengidentifikasi diri sendiri dengan merujuk pada daerah
asalnya. (hlm.71)
Rasa bermasyarakat mengarah pada rasa kepemilikan, merasa menjadi bagian
kecil dari sebuah struktur komunitas yang besar. Rasa bermasyarakat juga merupakan
persepsi akan adanya kesamaan dengan orang lain, pernyataan adanya saling
ketergantungan satu sama lain, kesediaan untuk memelihara saling ketergantungan ini
dengan cara memperlakukan orang lain sesuai dengan harapan individu kepada orang
lain, memelihara perasaan bahwa seseorang merupakan bagian dari sebuah struktur
yang lebih besar, stabil, dan dapat diandalkan (Sarason, dalam Duffy & Wong, 1996).
2. Argument
Manusia sebagai makhluk sosial sudah pasti membutuhkan interaksi dengan
orang lain. Berhadapan dengan sebuah setting perubahan sosial yang membentuk
tindakan dan nilai, identitas indera dan gagasan kita dalam realita. Seperti teori
perspektif sosiokultural dimana manusia menguji bagaimana lingkungan sosial dan
budaya belajar mempengaruhi perilaku kita, berbicara dan perasaan.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
a.
b.
c.
d.
bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia
terbentuk sebuah pengetahuan.
2.
terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam
masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien
Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia
terdiri dari tiga hal yakni :
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu
sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang
lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying
orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Referensi:
Materi kuliah Psikologi FKG UGM 2013
http://arifwibowo158.blogspot.com/2011/11/manusia-sebagai-makhluksosial.html
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/03/perspektif-utama-dalampsikologi.html
3. Links
Sosialisasi atau sifat bermasyarakat sangat berperan penting dalam meraih
pengetahuan. Sebagai contoh lingkungan formal seperti disekolah, seseorang siswa
bergaul dengan teman sekolahnya dan berintraksi dengan guru dan karyawan sekolah.
Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. Dengan adanya proses
sosialisasi pendidikan tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus
ia lakukan. Contoh dalam jurnal yang pertama adalah sosialisasi tentang penyakit
demam berdarah serta keikutsertaan masyarakat dalam promosi kesehatan. Apabila
masyarakat memiliki pengetahuan yang luas tentang demam berdarah maka
masyarakat dapat memperkecil kemungkinan terjangkitnya penyakit demam berdarah.
Begitu pula dengan jurnal kedua dimana pengetahuan ibu tentang kesehatan akan
sangat membantu pelayanan antenatal ibu.
Referensi:
Materi kuliah Psikologi FKG UGM 2013
http://maktalasari.blogspot.com/2013/06/sosialisasi-pendidikan.html
4. Questions and Comments
Demi meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit
DB, perlu mempertimbangkan faktor pemberdayaan psikologis pada diri individu.
Pemberdayaan dapat diperkuat dengan adanya status pendidikan dan penghasilan
individu. Dengan memiliki sumber daya pengetahuan atau informasi serta didukung
dengan kemampuan untuk mandiri dari segi penghasilan, mempengaruhi individu untuk
aktif dalam berbagai kegiatan pencegahan penyakit DB.
1. Core Quatation
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (hlm 70)
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan internal dan eksternal.
Keluarga
memiliki
berbagai
dukungan
suportif
seperti
dukungan
emosional,
Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman
dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan
atas
suatu
pola.
Manakala
informasi
berkemampuan
untuk
berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk
menindaki.
Referensi :
http://lorantina.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-psikologipendidikan.html
Materi kuliah Psikologi FKG UGM 2013
3. Links
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2005). Dalam jurnal kedua ini telah
disebutkan bahwa dukukang sosial dari keluarga dan orang terdekat sangat
berpengaruh juga. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan
anaknya yang bersepakat untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan berbagai
tugas yang terdapat dalam keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien.
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama
dalam suatu rumah. Sedangkan para masyarakat yang menganut sistem kekerabatan
diperluaskan (extended family) agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam
satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi : kakek, nenek,
paman dan bibi di samping anggota keluarga lain. Pada sosialisasi dilakukan oleh
orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak.
4. Questions and comments
Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
cakupan pelayanan antenatal. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin
tinggi cakupan pelayanan antenatal; (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan cakupan pelayanan antenatal. Semakin tinggi dukungan
keluarga, maka semakin tinggi cakupan pelayanan antenatal; (3) Ada hubungan positif
yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan cakupan
pelayanan antenatal. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu dan dukungan keluarga,
maka semakin tinggi cakupan pelayanan antenatal
Nama
NIM
: 13/345896/KG/9481
KESIMPULAN
Sosialisasi pendidikan berasal dari dua kata sosialisasi dan pendidikan. Pada awalnya
sosialisasi itu berkembang sesuai dengan obyek dan tujuannya sendiri, demikian pula
pendidikan. Dengan perkembangan masyarakat yang begitu cepat dalam segala aspek
kehidupan yang memerlukan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan.Sosialisasi tidak dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat ,begitu juga dengan pendidikan.Perkembangan masyarakat
yang sangat kompleks memerlukan ilmu pengetahuan yang kompleks pula yaitu dengan
sosialisasi pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, senantiasa memerlukan ilmu-ilmu lain yang dapat
mendukung dan menunjang pendidikan, diantaranya sosialisasi, karena sosialisasi sangat
penting supaya tercapainya cita-cita dari pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Josef, F.M. dan Afiatin, T. 2010. Partisipasi dalam Promosi Kesehatan pada Kasus Demam
Berdarah (DB) Ditinjau dari Pemberdayaan Psikologi dan Rasa Bermasyarakat. Jurnal
Psikologi. 37 (1) p.65-81
Agustini, N.N.M., Suryani, N., dan Murdani, P. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja
Puskesmas Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. 1 (1) p.67-79
Materi kuliah Psikologi FKG UGM 2013
http://arifwibowo158.blogspot.com/2011/11/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/03/perspektif-utama-dalam-psikologi.html
http://maktalasari.blogspot.com/2013/06/sosialisasi-pendidikan.html
http://lorantina.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-psikologi-pendidikan.html