PEMBAHASAN
Setelah pengumpulan data melalui kuisoner yang pengisiannya dibantu
oleh peneliti diolah, dilakukan interpretasi dan analisa data sesuai dengan
variabel yang diteliti. Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai hubungan
antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif terhadap kejadian diare dan
ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Cisadea.
Menurut Nuraini (2009) kurangnya pengetahuan tentang IMD pada ibuibu post partum mengakibatkan mereka tidak mau memberikan ASI kepada
bayinya dikarenakan kelelahan setelah melahirkan. Morse (2000) juga
berpendapat bahwa ibu tidak melakukan IMD dikarenakan keyakinan dari budaya
mereka bahwa ASI yang pertama keluar tersebut tidak berguna bagi bayinya.
Meskipun angka pelaksanaan IMD sudah meningkat tetapi pemahaman ibu
mengenai IMD masih kurang.
Pada pelaksanaan ASI ekslusif didapatkan data 44 responden (76%)
melaksanakan ASI Ekslusif dan 14 responden (24%) tidak melaksanakan. Dari
14 responden didapatkan alasan tidak melaksanakan ASI ekslusif karena ASI
susah untuk keluar dan sibuk bekerja sehingga bayinya diberi susu formula.
Pemerintah sendiri sebenarnya sudah menganjurkan untuk memberikan
ASI saja kepada bayi dalam jangka waktu minimal 4 bulan dan lebih baik lagi bila
diberikan sampai usia 6 bulan. Faktor presdiposisi kegagalan ASI ekslusif adalah
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan juga karena ibu tidak
difasilitasi melakukan IMD. Bayi yang diberi kesempatan IMD hasilnya 8 kali lebih
berhasil dalam pemberian ASI ekslusif (Fika & Syafiq, 2003). Selain itu menurut
Sandra (2003) ibu yang melakukan IMD berpeluang 1,8 5,3 kali lebih besar
untuk tidak memberikan makanan/minuman prelaktal kepada bayinya.
6.3 Kejadian Diare dan ISPA
Dari data yang sudah ditabulasi didapatkan angka kejadian diare (+)
sebesar 10 responden (17%), diare (-) 48 responden (83%), ISPA (+) 30
responden (52%) dan ISPA (-) 28 responden (48%). Setidaknya bayi responden
mengalami episode ISPA 3 kali dalam 3 bulan terakhir dan diare dialami 1 kali
dalam 6 bulan terakhir.
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama, terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun).
Berdasarkan hasil laporan SDKI (2012) sebanyak 88,8% bayi usia 6-11 bulan
dibawa ke fasilitas kesehatan dan 110 anak dengan gejala ISPA. Selain ISPA,
diare juga merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak.Pada bayi
salah satu penyebab diare adalah efek pemberian susu formula. Dimana bayi itu
sendiri bisa alergi dengan susu yang diberikan sehingga menyebabkan diare
ataupun karena proses penyajian dari susu formula yang kurang higienis
sehingga bakteri penyebab diare dapat masuk ke tubuh bayi.
6.4 Hubungan Antara Pelaksanaan IMD dan ASI Ekslusif Terhadap Kejadian
Diare dan ISPA
Dari hasil hitung crosstab hubungan pelaksanaan IMD terhadap diare
didapatkan nilai prevalensi rasio (PR) sebesar 1,2. Sedangkan untuk hasil
crosstab pelaksanaan IMD terhadap kejadian ISPA didapatkan nilai prevalensi
rasio (PR) sebesar 7,5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan
IMD bayi akan mendapatkan proteksi terhadap kejadian diare sebesar 1,2 kali
dan sebesar 7,5 kali terhadap ISPA.
Pada hasil hitung crosstab pelaksanaan ASI ekslusif terhadap kejadian diare
didapatkan nilai prevalensi rasio (PR) sebesar 1,4 dan untuk hasil crosstab
pelaksanaan ASI ekslusif terhadap kejadian ISPA didapatkan nilai prevalensi
rasio (PR) sebesar 4,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
setidaknya ISPA menyerang 20% bayi dari 170 bayi dengan 3 perlakuan (ASI
ekslusif, ASI non ekslusif dan susu formula).
Penelitian Dewa (2012) dengan sampel sebanyak 40 bayi dengan 2
perlakuan yaitu bayi diberi ASI ekslusif (20 bayi) dan bayi dengan ASI non
ekslusif (20 bayi ) memperlihatkan bahwa bayi yang diberi ASI tanpa makanan
atau minuman tambahan lebih jarang mengalami ISPA yaitu sebanyak 17 bayi
(42,5%), sedangkan bayi yang sering mengalami ISPA 3 bayi (7,5%). Untuk bayi
yang diberi ASI disertai makanan atau minuman tambahan lebih sering
mengalami ISPA yaitu sebanyak 11 bayi (27,5%) dan yang jarang mengalami
ISPA sebanyak 9 bayi (22,5%).
Pada penelitian Siti (2009) dari 27 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
didapatkan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif dan pernah mengalami diare
sebanyak 12 bayi, sedangkan bayi yang tidak diberi ASI ekslusif dan pernah
mengalami diare sebanyak 14 bayi. Besar hubungan (OR) yang didapatkan
adalah 2,250 yang memiliki arti bahwa bayi yang tidak diberi ASI ekslusif
mempunyai peluang terkena diare 2,250 kali lebih besar dibanding dengan bayi
yang diberi ASI ekslusif.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan IMD
dan diikuti dengan ASI ekslusif dapat menurunkan angka kejadian diare dan
ISPA (dalam hal ini batuk pilek). Hal tersebut sesuai dengan teori. ASI
memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi. Bayi yang mendapat
kolostrum dari IMD dan ASI jarang terkena alergi, terutama terhadap protein susu
sapi dimana sering memberikan gejala diare. Komponen IgA pada kolostrum dan
ASI matur selain bekerja sebagai anti bakteri juga mencegah tereabsorpsinya
makromolekul asing. ASI melindungi bayi dari mikroba patogen yang berasal dari
sekitar, misal V.Kolera, E. Coli, Streptokokus dan Stapilokokus. Disamping itu IgA
melindungi bayi dari protein asing, sehingga bayi tidak mudah alergi. IgA adalah
molekul yang resisten terhadap enzim proteolitik dari saluran pencernaan dan pH
lambung dan masih menunjukkan anti bodi yang aktif pada tinja bayi yang minum
ASI.
6. 5 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa pelaksanaan penelitian ini masih banyak
kekurangan, hal ini disebabkan karena:
a. Houthrone effect, subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang
diteliti sehingga sedikit akan mempengaruhi jawaban responden.
Dengan informed consent sebelum penelitian diharapkan dapat
mengurangi efek tersebut.
b. Adanya kemungkinan bias dalam penilaian pelaksanaan IMD karena
peneliti hanya menanyakan kepada responden apakah melakukan
IMD atau tidak.
c. Adanya keterbatasan jumlah sampel dikarenakan dalam 1 posyandu
lebih banyak jumlah balitanya daripada bayi berusia kurang dari 12
bulan.