Pendahuluan
Depresi pasca salin adalah sebuah bentuk depresi klinis yang dapat dialami
wanita berupa depresi sedang sampai berat terutama setelah proses persalinan. Depresi
pasca salin biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama pasca salin, dan dapat
berlangsung sampai beberapa bulan atau bahkan 1 tahun pasca salin. Secara spesifik,
onset dari depresi pasca salin dimulai pada minggu keempat dan berlangsung sampai
bulan keenam setelah persalinan. Kebanyakan terjadi pada 3 bulan pertama setelah
persalinan. 1,2,3
Bagi kebanyakan perempuan, gejala bersifat sementara dan relatif ringan (baby
blues), namun sekitar 10-15% wanita mengalami bentuk yang lebih berat serta depresi
menetap dan 0,1-0,2% perempuan mengalami psikosis pasca salin. Apabila dibiarkan,
maka salah satu efek jangka pendeknya adalah sering kali ibu berpikir tentang kematian
atau bunuh diri, sedangkan efek jangka panjang yang terjadi akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak secara signifikan. Oleh karena itu, skrining,
pengenalan dini serta penanganan depresi yang tepat sangat penting untuk kesejahteraan
ibu dan bayi. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan
dengan lebih serius mengingat efek yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi para ibu
pasca salin.1,2
Adapun faktor-faktor risiko depresi pasca salin adalah sebagai berikut:
1. Riwayat depresi atau penyakit mental lainnya
2. Kognitif atau gaya kepribadian tertentu (misalnya kecenderungan perfeksionis,
rendah diri, penjiplak gaya maladaptif)
3. Masalah dalam perkawinan
1
Munculnya perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak pantas,
episode kecemasan, mudah tersinggung dan menangis,
(DSM-IV)
mendefinisikan depresi pasca salin (DPS) sebagai suatu episode depresi mayor, yang
memiliki onset dalam waktu 4 minggu pasca salin. Untuk dapat menegakkan diagnosis
depresi pasca salin harus ditemukan sedikitnya 5 gejala dari gejala diatas dan harus
ditemukan hampir sepanjang hari serta hampir setiap hari ditemukan selama 2 minggu. 4
Apabila gejala-gejala tersebut kurang dari 2 minggu, maka diagnosis yang lebih tepat
adalah Baby Blues, yang dialami oleh sekitar 80% ibu baru dan biasanya berlangsung
3
beberapa jam hingga beberapa hari dan pada kebanyakan kasus sembuh spontan pada
hari ke-10 pasca salin.1,3,5
Upaya Pengenalan Dini
Upaya pengenalan dini dan intervensi adalah faktor terpenting dalam
penanganan depresi pasca salin, karena seringkali pengenalan dan intervensi yang
terlambat dan penundaan intervensi mendatangkan efek yang buruk baik bagi ibu dan
perkembangan bayi. Oleh karena itu, pengenalan dini dan intervensi yang tepat menjadi
lini pertama penanganan depresi pasca salin yang sangat penting untuk diperhatikan
para klinisi, tidak hanya dari bagian obstetri dan ginekologi saja, tetapi juga
membutuhkan multi intervensi dengan bagian lain.6
Fokus upaya pengenalan dini dan intervesi adalah pada hasil luaran ibu, alat
skrining, dan intervensi farmakologis dan psikososial yang spesifik untuk mengelola
dan mengurangi gejala DPS. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa DPS menyebabkan
efek buruk terhadap perkembangan kognitif dan sosioemosi bayi. Mengingat
konsekuensi berat terhadap generasi ini, berkembang kesadaran bahwa identifikasi
proaktif serta intervensi dini DPS sangat penting untuk menyelamatkan dan menjaga
kesejahteraan psikososial ibu dan keluarga. Pengembangan skrining universal DPS,
intervensi berbasis perawatan di rumah, dan terapi psikologis untuk ibu pasca salin
memberikan hasil yang beragam. Untuk menetapkan apa yang perlu dicari untuk
menilai kesehatan mental ibu, kesehatan mental dan neurologis bayi, kesehatan interaksi
ibu-anak, riwayat kesehatan mental keluarga, situasi sosial ekonomi saat ini atau semua
hal diatas dengan menggunakan alat skrining dini memiliki tantangan-tantangannya
tersendiri. Kompleksitas variabel ibu dan bayi serta interaksi di dalamnya menuntut
tidak hanya suatu intervensi tunggal, namun dibutuhkan pendekatan komprehensif
berbasis masyarakat untuk menghasilkan intervensi yang optimal. Banyak wanita yang
sembuh dengan terapi berupa konseling ataupun melalui dukungan terapi grup.
Disinilah dukungan lingkungan sosial pasien sangat diperlukan.5,6
Salah satu cara untuk mengeksplorasi masalah DPS bagi dokter adalah dengan
rutin melakukan skrining terhadap semua ibu pasca salin, suatu prosedur yang sangat
mudah dan efektif, namun hampir tidak pernah dilakukan. Pilihan terbaik tes skrining
DPS dari segi kemudahan yang diberikan, validitas, spesifisitas dan sensitivitas yaitu
The Edinburgh Postnatal Depression Scale adalah sebuah kuesioner standar yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi wanita dengan depresi pasca salin (lihat lampiran
4
untuk skala EPDS dan pedoman penilaian). Skala ini telah divalidasi menggunakan
wawancara psikiatri standar dan diterjemahkan ke dalam empat belas bahasa, dan
memiliki sensitivitas sekitar 86% serta spesifisitas sekitar 90%. Hal ini merupakan hasil
statistik yang mengesankan apabila melihat bahwa tes hanya terdiri dari 10 pertanyaan
pilihan
ganda
dan membutuhkan
waktu
5 menit
untuk
menyelesaikannya. Selain itu, sebagai bukti lain efektivitas skala ini, satu penelitian
menunjukkan bahwa skrining rutin dengan EPDS meningkatkan tingkat diagnosis DPS
dari 3,7% menjadi 10,7% dalam praktek keluarga. Ditambah dengan skrining terhadap
faktor-faktor risiko merupakan strategi yang efektif karena faktor-faktor risiko tertentu
adalah prediktor yang sangat kuat mengenai kerentanan pasien terhadap DPS.4,7
BAHAN DAN CARA KERJA
Tempat Penelitian : Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Subjek Penelitian : Semua ibu primigravida pasca salin yang dirawat di Rumah
Sakit Khusus Daerah Ibu
penelitian.
Cara Kerja
Semua ibu primigravida pasca salin dalam 48 jam pertama dan 14 hari
setelahnya yang menyetujui penelitian, dibagikan formulir yang berisikan 10
pertanyaan Edinburgh Post Natal Depresion Scale (EPDS). Ibu membaca dan
menjawab sendiri pertanyaan tanpa adanya intervensi dari peneliti. Total nilai
Edinburgh Post Natal Depresion Scale (EPDS) > 12 dikategorikan depresi
pasca salin.
Analisa data
Prevalensi depresi pasca salin berdasarkan total nilai Edinburgh Post Natal
Depresion Scale (EPDS) > 12 di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah diketahui dengan analisa deskriptif meliputi jumlah dan persentase,
hubungan antara karakteristik subjek penelitian meliputi umur, pendidikan,
pekerjaan, riwayat depresi dalam keluarga, kehamilan yang diinginkan dengan
5
depresi pasca salin digunakan Chi Square test dan Fishers Exact Test dengan
tingkat kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama bulan April sampai Mei 2013 ( 1 April 10 Mei 2013 ) terdapat subjek
penelitian 100 orang, dan ibu pasca salin dibagikan formulir yang berisikan 10
pertanyaan Edinburgh Post Natal Depresion Scale (EPDS). Berikut beberapa tabel yang
menerangkan prevalensi depresi pasca salin berdasarkan variabel yang berbeda-beda.
Dalam penelitian yang dilakukan terdapat 8 subjek penelitian non respon, sehingga
subjek penelitian yang berhasil diamati dalam 2 periode berbeda yaitu sebanyak 92
subjek penelitian.
Tabel 1. Prevalensi depresi pasca salin (48 jam setelah
persalinan) berdasarkan skor EPDS
Skor EPDS
> 12 (Depresi)
22
23,9
12 (Tidak
Depresi)
70
76,1
TOTAL
92
100
> 12 (Depresi)
20
21,7
12 (Tidak
Depresi)
72
78,3
TOTAL
92
100
Prevalensi depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan) di RSKDIA Siti
Fatimah sebesar 23,9 %. Prevalensi depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) di
RSKDIA Siti Fatimah sebesar 21,7 %. Angka ini tidak berbeda jauh dengan peneliti
lain. Beberapa peneliti melaporkan prevalensinya sekitar 5-25%.8 Angka kejadiannya di
6
(+)
()
Nilai P
<20
38
14
63,6
24
34,2
21 40
54
36,4
46
65,8
TOTAL
92
22
100
70
100
0,028
(+)
()
Nilai P
<20
38
13
65
25
35
21 40
54
35
47
65
TOTAL
92
20
100
72
100
0,03
Dari keseluruhan kasus berdasarkan umur penderita, depresi pasca salin (48 jam
setelah persalinan) didapatkan pada umur < 20 tahun sebanyak 14 kasus (63,6%), umur
21-40 tahun sebanyak 8 kasus (36,4%). Depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan)
7
didapatkan pada umur < 20 tahun sebanyak 13 kasus (65%), umur 21-40 tahun
sebanyak 7 kasus (35%).
Hasil analisis Chi Square Test yang menganalisis hubungan umur dengan depresi
pasca salin (48 jam setelah persalinan) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kejadian depresi paska salin (48 jam setelah persalinan) dengan umur pasien di
RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,028 (nilai p<0,05). Sedangkan
hasil analisis Chi Square Test yang menganalisis hubungan umur dengan depresi pasca
salin (14 hari setelah persalinan) juga menunjukkan adanya hubungan antara kejadian
depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) dengan umur pasien di RSKDIA Siti
Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,03 (nilai p<0,05). Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Robertson yang mendapatkan tidak ada hubungan kelompok
umur ibu dengan kejadian depresi pasca salin.13
Tabel 5. Distribusi depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan)
berdasarkan tingkat pendidikan
Depresi Pasca Salin
Pendidikan
(+)
()
Nilai P
Dibawah
SMA/Sederajat
62
17
77,3
45
64,3
SMA/Sederajat
Ke atas
30
22,7
25
35,7
TOTAL
92
22
100
70
100
0,223
(+)
()
Nilai P
Dibawah
SMA/Sederajat
62
17
85
45
62,5
SMA/Sederajat
Ke atas
30
15
27
37,5
TOTAL
92
20
100
72
100
0,103
Dari keseluruhan kasus berdasarkan tingkat pendidikan, depresi pasca salin (48
jam setelah persalinan) didapatkan pada pasien dengan pendidikan dibawah
SMA/Sederajat sebanyak 17 kasus (77,3%) dan pendidikan SMA/Sederajat ke atas
sebanyak 5 kasus (22,7%). Depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) didapatkan
pada pasien dengan pendidikan dibawah SMA/Sederajat sebanyak 17 kasus (85%) dan
pendidikan SMA/Sederajat ke atas sebanyak 3 kasus (15%).
Hasil analisis Chi Square Test yang menganalisis hubungan pendidikan dengan
depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan) menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kejadian depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan) dengan tingkat
pendidikan pasien di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,223
(nilai p>0,05). Sedangakan hasil analisis Chi Square Test yang menganalisis hubungan
pendidikan dengan depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) juga menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara kejadian depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan)
dengan tingkat pendidikan pasien di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan
nilai p=0,103 (nilai p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Robertson
yang mendapatkan tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
depresi pasca salin.13
Tabel 7. Distribusi depresi pasca salin berdasarkan pekerjaan (48 jam setelah
persalinan)
Depresi Pasca Salin
Pekerjaan
(+)
N
()
%
Nilai P
%
9
Bekerja
38
18
81,8
20
28,6
Tidak Bekerja
54
18,2
50
71,4
TOTAL
92
22
100
70
100
Tabel 8. Distribusi depresi pasca salin berdasarkan pekerjaan (14 hari setelah
persalinan)
Depresi Pasca Salin
Pekerjaan
(+)
()
Nilai P
Bekerja
38
16
80
22
27,7
Tidak
Bekerja
54
20
50
72,3
TOTAL
92
20
100
72
100
Dari keseluruhan kasus berdasarkan pekerjaan, depresi pasca salin (48 jam
setelah persalinan) didapatkan pada pasien yang bekerja sebanyak 18 kasus (81,8%) dan
tidak bekerja sebanyak 4 kasus (18,2%). Depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan)
didapatkan pada pasien yang bekerja sebanyak 16 kasus (80%) dan tidak bekerja
sebanyak 4 kasus (20%).
Hasil analisis Chi-Square yang menganalisis hubungan pekerjaan dengan
depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kejadian depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan) dengan pekerjaan pasien
di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,0001) (nilai
p<0,05). Sedangakan hasil analisis Chi-Square yang menganalisis hubungan pekerjaan
dengan depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) juga menunjukkan terdapat
hubungan antara kejadian depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) dengan
pekerjaan pasien di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,000
(p<0,0001) (nilai p<0,05). Beberapa pustaka mendapatkan pekerjaan yang berlebihan
atau masalah rumah tangga mempunyai faktor risiko terjadinya depresi pasca
persalinan.8,15
10
Riwayat
N
Depresi Keluarga
(+)
()
Ada
10
31,8
3,7
Tidak Ada
82
15
68,2
67
96,3
TOTAL
92
22
100
70
100
Nilai P
0,007
Riwayat
N
Depresi Keluarga
(+)
()
Ada
10
25
6,9
Tidak Ada
82
15
75
67
93,1
TOTAL
92
20
100
72
100
Nilai P
0,036
pasca salin (14 hari setelah persalinan) juga menunjukkan terdapat hubungan antara
kejadian depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan) dengan riwayat depresi dalam
keluarga pada pasien di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,036
(nilai p<0,05). Beberapa peneliti menemukan adanya hubungan depresi pada keluarga
dengan depresi pasca salin.15
(+)
()
Nilai P
Tidak
Diinginkan
16
14
63,6
2,9
Diinginkan
76
36,4
68
97,3
TOTAL
92
22
100
70
100
0,000
(p<0,0001)
(+)
()
Nilai P
Tidak
Diinginkan
16
12
60
5,5
Diinginkan
76
40
68
94,5
TOTAL
92
20
100
72
100
0,000
(p<0,0001)
yang tidak diinginkan sebanyak 12 kasus (60%) dan pada kehamilan yang diinginkan
sebanyak 8 kasus (40%).
Hasil analisis Fishers Exact Test yang menganalisis hubungan kehamilan yang
diinginkan atau tidak diinginkan dengan depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian depresi pasca salin (48 jam
setelah persalinan) dengan kehamilan yang diinginkan atau tidak diinginkan pada pasien
di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,0001) (nilai
p<0,05). Hasil analisis Fishers Exact Test yang menganalisis hubungan kehamilan yang
diinginkan atau tidak diinginkan dengan depresi pasca salin (14 hari setelah persalinan)
juga menunjukkan terdapat hubungan antara kejadian depresi pasca salin (14 hari
setelah persalinan) dengan kehamilan yang diinginkan atau tidak diinginkan pada pasien
di RSKDIA Siti Fatimah secara bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,0001) (nilai
p<0,05). Peneliti lain mendapatkan terjadinya depresi pasca salin tidak berhubungan
apakah kehamilan tersebut terencana atau tidak.10 Penelitian di Norwegia mendapatkan
hubungan pasangan yang tidak harmonis cenderung mengalami depresi pasca salin. 14,15
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Prevalensi depresi depresi pasca salin (48 jam setelah persalinan) di RSKDIA
Siti Fatimah dengan menggunakan skor EPDS sebesar 23,9 %. Prevalensi depresi pasca
salin (14 hari setelah persalinan) di RSKDIA Siti Fatimah dengan menggunakan skor
EPDS sebesar 21,7 %. Depresi Pasca Salin (48 jam dan 14 hari setelah persalinan)
berhubungan dengan umur, pekerjaan, adanya riwayat depresi dalam keluarga dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Depresi Pasca salin (48 jam dan 14 hari setelah
persalinan) tidak berhubungan dengan pendidikan.
SARAN
Diperlukannya konseling antenatal yang baik agar ibu primigravida secara fisik
dan psikis siap menghadapi persalinan sehingga prevalensi depresi pasca salin di kota
Makassar dapat dikurangi. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor13
faktor lain yang berhubungan dengan depresi pasca salin dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan populasi yang lebih luas di kota Makassar.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Carvalho, A., Linhares, M., Padovani, F., Martinez, F. Anxiety and depressionin
mothers of preterm infants and psychological intervention during hospitalization
in neonatal ICU. The Spanish Journal of Psychology. 2009: 12; 161170.
2. Miles, M. S., Hoditch-Davis, D., Schwartz, T. A., Scher, M. Depressive
symptoms in mothers of prematurely born infants. Journal of Developmental &
Behavioral Pediatrics. 2007: 28; 36-44.
3. Wisner KL, Parry BL, Piontek CM. Postpartum depression. The New England
Journal of Medicine. 2002: 194-99.
4. Reck C, Stehle E, Reinig K, Mundt C. Maternity blues as a predictor of DSM-IV
depression and anxiety disorders in the first three months postpartum. J Affect
Disord. 2009: 113(1-2); 77-87.
5. Pearlstein T, Howard M, Salisbury A, Zlotnick C. Postpartum depression. Am J
Obstet Gynecol. 2009: 200(4); 357-64.
6. Cox JL, Holden JM, Sagovsky R. Detection of postnatal depression:
development of the 10-items Edinburgh postnatal depression scale. Br J
Psychiatry. 1987: 150;782-86.
7. Beck CT. Postpartum depression: it isn't just the blues. Am J Nurs. 2006 ;
106(5); 40-50.
8. Wisner KL et al. Postpartum Depression. N Engl J Med. 2002: 347;194-199.
9. Teri Pearlstein, Margaret Howard, Amy Salisbury Caron Zlotnick. Postpartum
depression. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2010: 4; 357-364.
10. Toohey, J. Depression during pregnancy and postpartum. Clin Obstet Gynecol.
2012:55(3); 788-97.
11. Spinelli MG. Antepartum and postpartum depression. J Gend Specif Med.
2008:1(2);33-6.
15
12. Robertson E. Antenatal risk factors for post partum depression: a synthesis of
recent literature. Gen Hosp Psychiatry 2004;26:289-95
13. Bloch M. Cortisol response to ovine corticotrophin-releasing hormone in a
model of pregnancy and parturitions in euthymic women with and without a
history of post partum depression. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism 1990;2:695-9
14. Post partum depressions. Facts of life.Issue briefing for health reporters. Center
for the Advancement of Health, November 2004;9:11
15. Pedersen CA. Postpartum mood and anxiety disorders: a guide for the
nonpsychiatric clinician with an aside on thyroid associations with postpartum
mood. Thyroid 2009; 9(7): 691-7.
16
LAMPIRAN
The Edinburgh Postnatal Depression Scale
(Skala Depresi Postnatal Edinburgh)
Karena Anda baru saja memiliki bayi, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan
Anda. Harap garisbawahi jawaban yang paling mendekati apa yang Anda rasakan
DALAM 14 HARI YANG LALU, bukan hanya apa yang Anda rasakan hari ini.
1. Saya bisa tertawa dan bisa melihat sisi lucu dari hal-hal
a. Seperti yang biasanya saya selalu bisa
b. Tidak terlalu bisa sekarang
c. Pasti tidak begitu bisa
d. Tidak bisa sama sekali
2. Saya telah melihat ke depan dan dapat menikmati sesuatu
a. Sebanyak yang pernah saya lakukan
b. Kurang dari biasanya
c. Pasti kurang dari biasanya
d. Sangat susah melakukannya
3. * Saya telah menyalahkan diri secara berlebihan ketika terjadi suatu kesalahan
a. Ya, sebagian besar waktu
b. Ya, beberapa waktu
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak, tidak pernah
Respon kategori dinilai 0, 1, 2, dan 3 menurut bertambah beratnya gejala. Item yang
ditandai dengan tanda bintang menunjukkan pemberian skor terbalik (yaitu 3, 2, 1, dan
0). Total skor dihitung dengan menambahkan nilai untuk masing-masing sepuluh item.
Item individual dijumlahkan untuk menghasilkan skor keseluruhan. Skor 12+
mengindikasikan kemungkinan depresi (dengan spesifisitas sekitar 90% dan sensitivitas
86%), tetapi bukan tingkat keparahannya. Jika perempuan dengan skor 12+, dianggap
perlu dilanjutkan untuk mengetahui riwayat psikiatris penuh dengan menggunakan
DSM IV. Seorang perempuan dengan skor 5-11 harus dievaluasi lagi dalam 2-4 minggu
untuk menilai apakah gejala bertambah buruk. Seorang pasien dengan skor kurang dari
12 pada EPDS, tetapi mendapat skor 3 atau 2 pada pertanyaan 10 memastikan perlunya
pemeriksaan psikiatri menyeluruh. Skor EPDS dirancang untuk membantu, bukan
menggantikan penilaian klinis.
20